17. Suddenly Care?

678 58 4
                                    

Saat pulang sekolah Liam berjalan mengendap - endap mendekati Kaiza yang sedang bersiap siap mengeluarkan motornya. Saat Kaiza akan memundurkan motornya keluar, ia terkejut mendapati Liam yang diam menatapnya.

"Apa?" Liam hanya tersenyum canggung lalu mengulurkan tangannya.

"Maaf ya? Gue janji ga bakal ngintipin lo kaya tadi..." Kaiza memandang tangan itu bingung, anak ini sedang meminta maaf model apa?

"Iya" Ucap Kaiza seadanya tanpa menerima uluran tangan itu. Ia kembali lanjut mengeluarkan motornya.

Liam menatap nanar ke arah tangannya, lalu tersenyum getir. Ia menunggu Kaiza selesai mengeluarkan motornya.

"Udah di maafin?" Tanyanya, ia masih belum puas dengan jawaban Kaiza.

"Iyaa" Kaiza menjawabnya dengan kesal anak ini jika tidak di jawab, mungkin akan bertanya 100x.

Mendengar sudah di maafkan Liam tersenyum senang, tapi tubuhnya masih diam disana.

"Terus?" Kaiza bingung kenapa anak ini belum juga pergi atau kenapa tidak memintanya untuk pulang bersama? Biasanya Liam akan merengekinnya untuk mengajaknya pulang bersama.

"Nggak ada? Yaudah lo pulang aja" Ucap Liam sambil melakukan gerakan 'silahkan' dengan tangan kanannya menyuruh Kaiza berjalan.

Kaiza hanya mengerutkan dahinya, tumben sekali anak ini? apa sedang dalam mode jinak?

"Lo?" Kaiza menunjuk kearah Liam, yang malah diikuti dengan anak itu menunjuk dirinya sendiri dengan bingung.

"Gue? Gue kenapa?"

"Pulangnya?" Ketika sadar apa yang di maksud Kaiza dia langsung ber-oh ria.

"Gue dijemput" Kaiza hanya diam, ia lalu mematikan motornya dan menyilangkan tangannya di dada seperti sedang menunggu.

"Kok di matiin? Lo ga pulang?"

"Emang kenapa?" Ucap Kaiza tidak senang karena seakan - akan Liam mengusirnya.

"Ya.. Ya, enggak papa? Ya- yaudah.. Gue kesana ya?" Ucap Liam dengan canggung sambil menunjuk posko satpam untuk menunggu jemputannya.

"Kenapa disana? Biasanya lo nunggu disini?" Ucap Kaiza entah darimana anak itu bisa tau.

"Hah..? Ya gapapa ...? Disanakan ada tempat duduk, cape berdiri" Ucap Liam karena memang tujuannya itu. Memang aneh jika ia ingin menunggu di posko? kenapa tatapan Kaiza seakan - ¹akan sangat mengintimidasinya.

"Lo beneran dijemput?" Liam hanya mengangguk, memang dengan siapa lagi ia akan pulang?

"Naik" Liam bingung apa maksudnya, diakan sudah bilang dia akan di jemput. Kenapa Kaiza malah menyuruhnya naik ke motornya?

"Gue anter sampe posko" Ucap Kaiza menunjuk ke arah posko yang memang cukup jauh dari parkiran dimana mereka berada.

"Hah?" Liam masih memproses omongan Kaiza diotaknya, membuat Kaiza mendengus kesal karena Liam sangat lamban.

Kaiza menarik tangan Liam mendekat ke joke belakangnya "Lo ga lupa cara naik motorkan?" Liam akhirnya naik ke motor dengan ragu. Sikap Kaiza malah membuatnya bingung sekarang.

Kaiza menghentikan motornya tepat di depan posko, Liam langsung turun dan berdiri di sebelah Kaiza. Ia pikir Kaiza akan langsung pergi, namun dia malah mematikan mesin motornya.

"Lho? Ga pulang?" Kaiza mendecak kesal ke arah Liam.

"Lo kenapa pengen banget gue pulang si?" Ucapnya, Liam yang di tanya dengan nada kesal itu hanya diam kebingungan. Padahal dia hanya bertanya.

"Ga gitu maksud gue.. it--"

"Liam?" Sebuah mobil berhenti di belakang Liam membuat keduanya menoleh.

"Ehh? Papi?" Kaiza memiringkan kepalanya untuk melihat sosok yang berada di dalam mobil itu, ternyata Papa dari Liam.

Kaiza langsung memasang helmnya kembali dan berlalu dari sana. Ia hanya ingin melihat Liam sudah di jemput saja, lalu pulang. Tapi kenapa ia harus melakukannya? Kaiza mendesah frustasi saat mengingat kelakuannya tadi.

"Itu siapa?" Di dalam mobil Papi Liam langsung mengintrogasinya saat Liam sudah duduk di kursi penumpang.

"Hah? Aah.. Itu.. Anu, temen! Temen Liam" Ucap Liam terbata - bata, pasalnya ia juga masih kebingungan dengan sikap Kaiza di tambah harus memberi alasan ke Papinya.

"Jangan bohong, itu anak yang buat kamu pulang malem itukan? Jadi dia cewenya? Dasar ga sopan! Bukannya dia tegur Papi, padahal dia tau kamu tadi manggil Papi" Omel Papinya, Liam hanya bisa terdiam.

"Gamau ya Papi kamu sama dia, first impression Papi udah jelek"

"Apasih Papi? Dia aslinya ga gitu"

"Tuhkan dibela.. Beneran dia orangnya kan?" Kena sudah Liam, ia hanya melirik Papinya kesal.

"Tau ah!" Liam membuang pandangannya ke arah jendela dengan kesal.

tbc..

Halo, jika kalian menyukai cerita ini berikan bintang terbaik kalian ya. Dukungan kalian akan sangat berharga dalam cerita ini, terimakasih. Salam hangat dariku👄

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang