"Liam.. Mamah khawatir banget Nak..." Ucap Michelle sejak tadi memeluknya sambil menangis di dalam mobil, saat ini mereka sedang menuju ke kantor polisi untuk menindak lanjuti orang orang yang telah menculik anaknya.
"Ga papa Mah.. Liam ga papa"
"Ga papa apanya, liat ini ujung bibir lebam, pipi kamu juga merah... Bahkan Mami sama Papi ga pernah tega pukul kamu.." Tangis Michelle, Liam hanya bisa diam mendengar itu. Fikirannya masih melayang ke Kaiza yang tiba tiba datang dengan keadaan kacaunya.
"Tuh! Untung ada Kaiza.. Kamu Pi! Minta maaf sama dia udah marah marah!" Omel Michelle, membuat Liam langsung menatap bingung ke Maminya.
"Papi marahin Kaiza?"
"Iya.. Dia mikir Kaiza yang bawa kamu!"
"Ya gimana ga curiga? Anaknya ikut ngilang barengan Liam ilang? Lagian kamu liat sendirikan dia ga jelasin apa apa pas aku tuduh? Makin emosilah aku"
"Ya buktinya apa? Yang paling cepet nemuin Liam, Kaiza"
"Makannya itu aku makin curiga, aku bakal introgasi dia!" Michelle mendengus lelah dengan suaminya
-
"Kaiza Om mau bicara" Ucap Mavrendra yang saat ini tengah berada di hadapan Kaiza yang duduk di bangku tunggu luar ruangan introgasi.
Kaiza langsung berdiri dan berjalan keluar dari kantor polisi, diikuti oleh Mavrendra.
"Kalian tunggu sini aja" Perintah Mavrendra, keduanya hanya bisa menurut sambil berharap Mavrendra tidak melakukan apapun kepada Kaiza.
Sesampainya di luar, Mavrendra langsung melayangkan pertanyaan "Jujur sama saya! Kenapa kamu bisa ketemu Liam secepat itu?" Kaiza awalnya hanya diam menunduk, akhirnya angkat bicara.
"Saya kenal orang yang nyulik Liam, salah satu komplotannya jebak saya. Bilang kalo bakal beberin semua rahasia Keenan yang selama ini ngikutin Liam dan rencananya kedepannya. Saya gatau kalo Keenan ternyata diem diem udah ngelancarin aksinya buat jebak Liam juga, saya yang terlalu lengah sampai gatau." Ucap Kaiza saat mengingat dirinya malah terhanyut dalam rasa sakit hatinya melihat Nia mendekati Liam padahal Nia adalah salah satu bagian dari rencana Keenan yang tidak ia sadari.
"Sebelum Liam hilang, kita sempet ketemu. Saya coba cari petunjuk lewat situ. Dan akhirnya nemuin Liam"
"Terus tiga hari ini kamu kemana aja?" Tanya Mavrendra,
"Saya di rumah sakit om" Ucap Kaiza seadanya.
"Kenapa--"
"Kaiza!" Panggil Lionard membuat Kaiza menoleh sebentar kebelakang dan kembali menatap Mavrendra.
"Saya boleh minta sesuatu om?" Mata Kaiza yang terlihat begitu lelah menatap tepat ke arah Mavrendra, Mavrendra sedikit terkejut karena baru sadar dengan penampilan Kaiza yang begitu kacau.
"Apa?"
-
Kasus Liam akhirnya selesai, mereka berempat akhirnya di masukkan ke lapas remaja dan dengan keputusan orang tua Keenan juga.
Mereka dibuat malu dengan kelakuan anaknya, kedua orang tua Keenan sampai memohon agar kasus anaknya tidak di sebarkan kemana mana karena akan mengancam reputasinya sebagai seorang Pengusaha Tambang Batu Bara itu.
Mereka mengaku amat menyesali perbuatan anaknya dan meminta maaf penuh sesal, mereka sadar telah salah mendidik Keenan selama ini karena selalu menuruti kemauan anaknya. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjebloskan anaknya itu ke lapas remaja agar menyesali perbuatannya.
Setelah kasus di tutup, Liam-pun di paksa kedua orang tuanya untuk menjalani pemeriksaan. Mereka takut Liam punya trauma atau luka lain yang mendalam. Namun Liam dinyatakan sehat secara fisik dan non fisik.
Liam akhirnya bisa kembali kesekolah, seperti biasanya. Ia tidak menyangka, yang biasanya ia kemana mana selalu berempat sekarang tersisa Axel saja yang menemaninya.
"Gue jadi sedih anjing, tapi gue marah juga! Gue udah sedeket itu sama Keenan, ga gue doang kita semua.. tapi itu dua orang tega banget anjing" Ucap Axel dengan menggebu gebu mengingat kedua temannya itu.
"Udahlah, kita fokus sama yang ada aja sekarang" Ucap Liam berusaha ikhlas, mengingat kelakuan keduanya membuat dirinya sedih sekaligus merasa marah.
"Oh yaa, terus soal Kaiza? Kok dia bisa nemuin lo?" Liam menggeleng, semenjak kejadian itu ia sudah jarang bertemu Kaiza. Kadang pas pasan namun Kaiza tidak menatap ke arahnya. Entah memang tidak terlihat, atau dirinya sengaja.
"Lo udah bilang makasih?" Liam menggeleng.
"Si bego! Harusnya bilang, kalo ga ada dia gue rasa lo udah di gondol Keenan" Liam memukul bahu Axel karena bicara asal.
"Jangan asal ngomong napa!"
"Ya maap, nih biasanya nih kalo istirahat gue liat Kaiza sering banget ke perpus"
"Lo ngapain liatin Kaiza?" Axel memberikan ekspresi tertekan kepada Liam ketika anak itu malah salah fokus pada ucapannya.
"Ya keliatan bego, gue kan kalo istirahat ke kantin, nah kantin lewatin perpus! Nah keliatan dah itu Kaiza masuk perpus" Ucap Axel membuat Liam hanya ber-oh ria saja.
"Samperin sana"
"Iya iya, kalemlah! Belum istirahat!"
-
Seperti ucapan Axel, Liam akhirnya memutuskan untuk menemui Kaiza. Memang Liam ingin menemuinya, namun anak itu susah sekali di cari akhir akhir ini.
Liam masuk ke dalam perpus dan menoleh kesana kemari untuk mencari sosok Kaiza. Ia berjalan menyusuri meja meja namun tidak menemukan anak itu dimanapun. Apa saat ini Kaiza tidak ke perpus?
Ia menoleh ke arah rak rak dan menemukan seseorang yang tengah memojok di sebuah kursi belakang rak buku, entah apa yang anak itu lakukan disana. Ia langsung menghampirinya dengan bersemangat.
"Kaiza!" Kaiza menatap ke arahnya, dan langsung menutup bukunya ingin beranjak pergi dari sana.
"Kai tunggu" Panggil Liam ketika Kaiza berjalan melewatinya.
"Kai? Lo marah ya? Gue minta maaf ya?"
"Kai! Kaiza? Maafin dongg!"
"Heh! Itu! Jangan berisik di perpustakaan!" Tegur penjaga perpustakaan membuat Liam menutup bibirnya rapat rapat. Ia lalu mengintili Kaiza kemana-pun anak itu pergi, persis seperti awal mereka bertemu.
Kaiza menyelipkan bukunya asal dan keluar meninggalkan perpustakaan, diikuti oleh Liam.
"Kai! Kaizaa..." Rayunya agar Kaiza mau menatap ke arahnya, namun seperti biasanya wajah anak itu hanya datar. Liam terdiam menghentikan langkahnya, lagi lagi Kaiza kembali mengacuhkannya.
Sepertinya Kaiza benar benar marah kepadanya, melihat sosoknya yang kembali seperti awal itu malah membuat Liam kembali bersamangat untuk mengejarnya.
Liam berlari mengejar sosok Kaiza yang menghilang entah kemana, cepat sekali jalan anak itu. Liam menatap Kaiza yang ternyata tengah berjalan di lorong menuju kelas, buru buru Liam mengejarnya namun seseorang dari dalam kelas juga berlari ke arah luar membuat tubuh mereka tertabrak dengan keras dan akhirnya ia terjatuh bersamaan.
"Aduh.. Maaf ya? Maaf, ga sengaja" Ucap Liam bangkit dan meringis sedikit saat merasa nyeri di bokongnya.
"Iya iya, ga papa gue juga ga liat liat tadi" Liam tersenyum ramah dan membalikkan badannya melihat ke arah Kaiza yang masih berjalan santai menjauhi darinya.
Masa ia tidak mendengar dirinya terjatuh? Padahal suara teriakan keduanya begitu jelas, seluruh orang di koridor pun menatap ke arah mereka bahkan anak anak yang berada di lapangan juga terpancing melihat ke arah mereka. Kenapa Kaiza terus berjalan meninggalkannya?
tbc ..
nih yang kangen momen Kaiza Liam, kembali kesetelan awal mereka 🙈🤟🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Teen FictionKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...