"Mana Liam?" Denzel menghampiri Kaiza yang baru keluar dari posko kesehatan itu. Kaiza menarik kerah baju Denzel menjauh dari sana. Membawanya ke belakang posko dimana tidak ada siapapun
Kaiza membanting keras Denzel ke tanah membuat Denzel yang tidak siap itu langsung menerima mentah - mentah tubuhnya terjerembab.
"Jelasin ke gue" Kaiza menarik kerah baju Denzel.
"Buat apa? Lo itu cuman orang asing, yang tiba - tiba masuk ke hidup Liam! Lo ga berhak tau!"
"Gue berhak mulai sekarang" Ucapan Kaiza membuat Denzel terkekeh.
"Lo siapa?!"
"Itu gak penting"
"Sama halnya dengan lo! Lo ga sepenting itu buat tau kehidupan Liam!" Rahang Kaiza mengeras ketika empunya merasakan emosi yang melonjak dalam dirinya.
"Lo ngebiarin Reyden di deket Liam, padahal lo yang paling tau hubungan mereka?" Ucap Kaiza membuat Denzel mengerutkan keningnya.
"Lo..?" Kaiza memukul rahang Denzel.
"Gausah pura - pura, gue tau lo yang bagiin daftar bus kelas 11 kan? dan lo juga yang bagiin tim jurit malam! Lo sengaja ngebiarin Liam bareng Reyden, padahal Reyden pernah buat Liam celaka?!" Kaiza menarik kerah baju Denzel. Kaiza sudah menyadari orang yang di sebut Rey oleh Liam itu adalah Reyden.
"Lo gausah sok tau!"
"Dia yang dorong Liam ke danau, dan gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Lo pasti yang paling tau hubungan temen lo kan? dan kenapa lo biarin Reyden selalu ada di deket Liam?" Ucap Kaiza kembali membuat Denzel merasa raganya akan menghilang dari tubuhnya.
Denzel menghindari tatapan intimidasi dari Kaiza, haruskah ia memberitahukan pada Kaiza sekarang?
"Answer it, bastard!" Denzel menelan ludahnya, merasa bingung harus menjawab apa. Terpampang jelas di wajahnya bahwa ia sedang merasa panik.
"Jauhi Liam" Kaiza melepas kerah bajunya pada Denzel. Denzel yang mendengar itu langsung merasa tidak senang.
"Ga! Gabisa! Lo gabisa ngatur--akhh" Kaiza menendang wajah Denzel, membuat Denzel kembali terjerembab menyentuh tanah.
"Gua yang bakal jaga dia mulai sekarang. Lo ga perlu repot - repot untuk pura - pura jadi temen yang baik" Kaiza berlalu dari sana meninggalkan Denzel. Denzel mengerang kesal mendengar ucapan Kaiza.
-
"Liam..? Sayang? Ini Papi" Liam terusik dalam tidurnya, ingatan terakhir di otaknya adalah ketika Kaiza memeluknya. Ia tidak ingat apapun lagi saat ini.
"Papi..? Kok disini?" Liam terlihat bingung melihat Papinya yang tiba - tiba ada disini.
Liam melirik ke arah Kaiza yang tengah membawa koper Liam kedalam posko, dan meletakkannya di sebalah Papi Liam.
"Kai?"
"Lo pulang hari ini" Ucap Kaiza, Liam mengerutkan dahinya. Apa maksudnya?
"Nggak! Gamau? Emangnya gue kenapa? Kenapa di pulangin? Gue ga lakuin apa - apa" Ucapnya tidak terima.
"Saya permisi, maaf atas kesalahan Saya" Kaiza membungkuk pada Papi Liam, dan berlalu dari sana.
"Papi kan udah bilang? Kamu jangan sama cewe itu, Liat sekarang? Dia cuman nyelakain kamu Liam?" Ucap Papinya membuat dirinya bingung, mencelakakan apa maksudnya?
"Ayo pulang? Bahkan disini ga ada dokter, sekolah kamu perlu Papi tuntut!"
"Apasih Pi? Emang Liam kenapa? Liam ga kenapa - napa Pi?"
"Ga kenapa - napa apanya? Liam, anak itu bilang dia ga sengaja buat kamu jatuh masuk ke danau? Kalo kamu kenapa - napa gimana? Kamu pikir itu bagus? Pokoknya Papi gamau kamu deket - deket dia lagi" Liam terdiam, ia berusaha mengingat apa yang terjadi. Namun yang ada di ingatannya hanyalah pelukan terakhir Kaiza. Ia melihat sekujur tubuhnya yang terasa lembab, sepertinya benar ia baru saja terjebur kedalam danau.
"Udah ayo pulang! Ini alasan Papi larang kamu ikut - ikut ginian" Papi Liam membantunya untuk turun dari kasur dan memapahnya berjalan.
"Ga usah Papi, Liam ga papa. Gausah ke dokter"
"Diem, nurut aja!" Liam kembali terdiam mendengar tuntutan papinya.
tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Ficção AdolescenteKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...