13. There Must Be Something

565 48 2
                                    

"Kai! Dengerin gue dulu!" Liam sibuk mengintili Kaiza sepulang sekolah, dan terus mengajaknya bicara.

"Denger apa?" Sekarang Kaiza memandangnya malas, jika Liam hanya menyampaikan hal tidak berguna Kaiza berjanji akan menabraknya menggunakan motor kesayangannya.

Sekarang mereka sudah berada di parkiran, tepat di belakang motor Kaiza. Parkiran terlihat begitu sepi, Kaiza keluar agak lama tadi di karenakan jadwal piketnya.

"Za.. Gue yakin 100% Reyden deketin lo ada maunya! Secara ga logis aja .. Orang yang hari lalu nyalahin lo sampe mampus itu tiba - tiba baik?" Ucapnya, Kaiza memandangnya malas.

"Lo tau apa tentang Reyden?"

"Lo juga tau apa soal Reyden? Gue cuman mau ingetin lo buat hati - hati sama orang asing"

"Lo juga orang asing buat gue" Liam terhenyak mendengar perkataan itu, Kaiza benar. Untuknya Liam hanya orang asing, tak seharusnya Liam seperti ini.

"Minggir, gue mau pulang" Ucap Kaiza membuat Liam langsung mundur agar motor Kaiza bisa keluar.

Setelah Kaiza berlalu melewatinya, Liam hanya berjongkok ke tanah memukuli kepalanya merasa bodoh.

"Miris banget tai.. tai"

"Bener, lo keliatan miris" Liam menoleh kebelakang mendapati Reyden yang menatapnya dengan tatapan mengejek.

Liam yang melihat itu hanyak berjalan melewatinya, namun Reyden menarik tangan itu dan menghempasnya ke tanah. Membuat Liam meringis karena bokongan terasa sangat sakit akibat mendarat duluan.

"Sampe kapan-pun gue gaakan biarin lo lupa sama gue" Reyden berjongkok menyetarakan dirinya dengan Liam.

"Apaan si? Gajelas lo, berobat!" Reyden menarik kerah baju Liam.

"Ternyata lo bener bener udah lupa?" Liam terkekeh mendengar itu.

"Gajelas lo anjing?" Reyden tersenyum remeh mendengar itu.

"No problem, pelan pelan.. gua bakal buat lo inget" Reyden menunjuk nunjuk dahi Liam dengan pelan.

"Maksud lo apa anjing?!" Liam menepis kasar tangan itu dari hadapannya.

"Nanti juga lo tau, gua gasabar liat ekspresi lo ketika lo inget semuanya" Liam mendorong kasar tubuh Reyden membuatnya terjatuh.

"Gausah bacot!" Liam bersiap untuk menghajar Reyden, namun niat itu terhenti.

"Liam!!" Seorang guru memanggil keras dirinya membuat ia menoleh kaget, dan saat melihat ke arah Reyden dia sudah tersenyum licik ke arah Liam.

-

Kaiza dibuat bingung karena sudah tiga hari ini ia diikuti oleh kedua lelaki di hadapannya ini. Ia kembali merasa pusing, dia tidak bisa tenang. Disaat ia mencari tempat tenang, kedua orang ini akan datang menghampirinya. Hal itulah yang membuat Kaiza memandang jengah keduanya saat ini.

Sekarang mereka ada di rooftop tempat Kaiza biasanya bersantai ketika merasa jenuh. Sekarang ia malah semakin jenuh melihat kedua orang itu saling melempar pandang dengan tatapan sengit.

"Mending lo berdua pergi" Kaiza membanting sketchbooknya ke sofa, membuat kedua orang itu akhirnya menoleh ke arahnya.

"Dia aja! Gue kan udah sering 'NEMENIN' lo disini" Ucap Liam sambil menekankan sedikit kata memanasi Reyden.

"Nemenin? Lo lebih keliatan kaya pengganggu selama ini" Reyden menatap mengejek ke arah Liam.

"Dan sekarang lo berdua sama sama pengganggu" Kaiza menatap malas keduanya, ia bangkit dari duduknya membawa sketchbooknya untuk pergi dari sana.

Entah apa yang membuat kedua orang itu menjadi terus terusan mengikutinya sekarang. Kaiza menutup kasar pintu rooftop, tanda bahwa ia benar benar kesal saat ini.

"Lo jauhin Kaiza!" Ucap Liam memandang Reyden dengan penuh rasa dendam.

"Kalo gue gamau? Lo bakal ngehajar gue? Gue ga bakal berhenti sampe lo.. Inget gua lagi" Ucap Reyden menampilkan senyum songongnya kepada Liam.

Setelah mengatakan itu Reyden pergi dari sana meninggalkan Liam yang sudah memanyunkan bibirnya kesal.

"Anak anjing"

"Gausah so misterius lo tai!" Teriak Liam saat tubuh Reyden perlahan menghilang dari balik pintu

tbc ...

Halo, jika kalian menyukai cerita ini berikan bintang terbaik kalian ya. Dukungan kalian akan sangat berharga dalam cerita ini, terimakasih. Salam hangat dariku👄

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang