53. Monster

1K 88 6
                                        

Hari ketiga setelahnya, ketika Reyden meninggalkan dirinya dan Nia di kamar. Tidak lama dari itu pun Nia menyusulnya keluar saat sudah selesai menyuapi Liam.

Liam memutar otaknya mencari cara untuk melepaskan dirinya, ia menggoyang goyangkan tali yang mengikat tangannya. Ia merasakan tali itu perlahan mulai longgar.

Saat berhasil melepaskan tangannya Liam buru - buru bangkit dari tempat tidur dan mencari jalan keluar. Ia melihat keluar jendela, sepertinya ia berada di lantai dua rumah ini. Ia mengigit bibirnya, tidak mungkin untuknya melompat kebawah saat ini. Ketinggian dua lantai ini bisa membuat dirinya patah tulang jika mendarat dengan asal.

Pintu dibuka menampilkan sosok Keenan yang sudah rapih entah ingin kemana. Keenan berjalan mendekat ke arahnya melirik sebentar ke arah tali yang sudah tidak mengukung Liam.

"Lo mau kabur kemana pun tetep bakal gue kejer Liam"

"Lo mau apa dari gue? hah?"

"Udah jelas kan? Yang gue mau itu, lo" Ucap Keenan sambil menunjuk ke arah Liam.

Liam benar - benar tidak habis fikir menatap orang yang ada di hadapannya ini.

"Terus kalo lo udah dapet gue lo mau apa, Keenan?" Liam menatap Keenan tajam menuntut sebuah jawaban, namun keterdiaman Keenan membuatnya kesal.

Liam berjalan ingin melewati Keenan, namun tubuhnya ditahan dan dibanting ke atas kasur dengan keras membuat Liam sedikit meringis.

"Mau gue apain, itu urusan gue.. Lo cuman perlu nurut kalo gamau kenapa - napa.." Ucapnya, tangannya menahan tangan Liam. Ia membalikkan tubuh Liam dan mengikat kedua tangannya di belakang, membuat Liam memberontak.

Setelah selesai mengikat tangan Liam, Keenan membalik tubuh itu dengan kasar dan menampar pipi kiri Liam dengan keras. Telinga Liam sampai berdengung karena pukulan itu.

"Lo baru aja nangis nangis ke gue semalem, tapi hari ini lo mulai berontak lagi"

flashback on

Keenan melompat ke arah kolam renang untuk membawa tubuh Liam ke atas permukaan. Tubuh yang sudah tidak sadarkan diri itu Keenan bawa menuju kamar dimana Liam disekap.

Ia menidurkan Liam perlahan, ia sengaja mendorong Liam ke kolam karena tau itulah satu - satunya kelemahan Liam. Ia ingin anak itu sadar bahwa saat ini Liam di bawah kontrolnya.

Saat ingin meninggalkan kamarnya, Keenan mendengar isak tangis dari Liam. Keenan sontak menoleh. Ia melihat Liam yang tengah menangis menutup matanya dengan lengan tangan miliknya.

"Liam?"

"Papi.. Papi Takut.." Keenan berjalan mendekat lagi ke sisi kasur untuk melihat keadaan Liam. Ia paham betul, ia sudah memantau Liam sejak lama. Tentu saja ia tau soal trauma Liam.

"It's okay.. You're safe" Ucap Keenan sambil menepuk bahu anak itu agar tenang. Tidak lama kemudian nafasnya kembali tenang menandakan Liam yang kembali dalam tidurnya.

flashback off

"Nangis? Halu lo anjing!" Ucapnya karena seingatnya ia tidak pernah menangis saat berada disini.

"Mulut lo terlalu kasar Liam"

"Lo emang cocok di kasarin! Anjing! Lepasin gue!" Keenan kembali menampar pipi kiri Liam membuat pipi itu memerah karena pukulannya.

Ketika Keenan akan memukul untuk ketiga kalinya, pintu kamar didobrak dengan kasar. Keduanya terkejut melihat kehadiran seseorang, Keenan merasa nafasnya tercekat ia pikir orang itu tengah terbaring lemah di rumah sakit saat ini tapi ternyata ia salah. Keenan mengetahui kabar bahwa Kaiza di rumah sakit, maka dari itu ia mengambil kesempatan emas untuk menculik Liam ketika Kaiza tidak ada, namun apa ini?

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang