43. Break up

647 69 6
                                    

Liam berniat untuk menemui Kaiza saat pulang sekolah, ia tidak ingin salah paham mengingat Kaiza tidak mungkin melakukan hal - hal seperti itu.

Saat akan berjalan ke arah kelas Kaiza, ia sudah melihat Kaiza yang berjalan lebih dulu menarik Reyden entah kemana.

"See? Kalau emang dia beneran suka sama lo, orang yang ditarik Kaiza sekarang itu lo Liam. Dia pasti bakalan usaha buat ngejelasin ke lo, tapi lo liat sendiri kan?" Ucap Denzel di sebelahnya.

"Dan satu lagi, orang yang nyelakain lo ga mungkin naruh perasaan ke lo secepat itu" Ucapan Denzel membuat Liam menoleh heran ke arahnya.

"Maksudnya?"

"Dia orang yang dorong lo waktu camping, lo gainget? Waktu itu lo bantu gue nyaraiin batu buat nyanggah kompor yang satu kakinya gaada, dan lo pergi ke area danau. Waktu itu gue ngerasa lo bakal kesusahan kalo nyari sendiri, jadi gue niat buat nyusul. Dan ya, gue nyaksiin sendiri Kaiza dorong lo ke danau. Sorry ga ngomong lebih cepet, waktu itu gue takut lo berdua malah ribut" Liam terdiam mendengar pernyataan itu. Ia mengigit bibirnya, jadi apa maksud Kaiza selama ini kepada dirinya?

Liam berjalan meninggalkan Denzel begitu saja, ia tidak kuat lagi. Ia ingin cepat pulang dan menangis di kamarnya, katakan saja Liam adalah lelaki yang cengeng. Tapi entah kenapa dadanya begitu sesak mendengar fakta bahwa Kaiza tidak benar - benar menyukainya. Di fikir fikir pun saat Kaiza mengajaknya pacaran, tidak ada satu kata pun yang menyatakan bahwa Kaiza menyukainya.

"Liam!" Liam menoleh saat Kaiza berlari ke arahnya, Liam langsung berlari menjauh tidak tentu arah. Yang terpenting ia tidak bertemu dengan Kaiza.

Liam masuk kesebuah gang yang entah kemana jalannya, ia berniat bersembunyi dari Kaiza. Namun entah apa yang Kaiza makan sehingga larinya begitu kencang menyusul Liam.

Kaiza menarik keras tangan Liam, membuat tubuh Liam terhuyung berbalik ke arahnya. Nafas keduanya saling berderu sehabis berlari.

"Lepas!" Liam berusaha melepas tangannya dari Kaiza, namun genggaman itu hanya semakin erat.

"Pulang sama gue"

"Gue bisa pulang sendiri" Kaiza menulikan telinganya, ia menarik paksa Liam untuk kembali ke area sekolah. Namun Liam memberontak di genggamannya.

"Lo diem, atau gue bawa paksa?" Ancaman Kaiza semakin membuat mata Liam memanas.

"Gue bakal teriak kalo berani macem - macem" Kaiza mengeraskan rahangnya, emosinya sedang tidak stabil saat dirinya diusik.

"Liam, turuti ucapan gue buat kali ini" Ucap Kaiza dengan suara rendah penuh kesabaran berusaha mengontrol dirinya.

"Gue mau putus" Kaiza menatap marah ke arah Liam.

"Gue mau putus Kaiza! Lepasin" Liam berusaha melepaskan tangannya dari Kaiza. Kaiza menarik tangan Liam mendekat ke arahnya, agar ia bisa melihat jelas mata Liam.

"Lo pikir gue bakal lepasin lo gitu aja?"

"Iya, pasti gampang buat lo ngelepas gue karena lo gaada rasa sedikit pun. Karena lo masih suka sama Reyden kan? Lo muak sama gue, sampe lo ngedorong gue ke danau waktu itu dan alasan lo ngedeketin gue karena cuman mau main - main, iyakan? Lo mainin gue, lo anggep gue cowo paling bodoh sedunia karena berhasil masuk ke perangkap lo!!"

"Bagus kalo lo tau udah masuk ke perangkap gue, and do you know what that means? I will not let go of prey that has fallen into my trap." Bisik Kaiza tepat di telinga Liam, setelahnya ia menarik paksa Liam yang tengah memberontak di genggamannya.

Kaiza menyetop Taxi dan memaksa Liam masuk kedalamnya bersamaan dengan dirinya. Liam mati - matian menahan isakannya di sebelah Kaiza.

"Gue benci lo" Ucap Liam pelan.

"Bukannya lo gasuka sama gue? Kenapa lo ga ngelepas gue Kai?" Liam tidak peduli jika supir taxi itu mendengar perdebatan ini, ia butuh jawaban dari Kaiza.

"Udah terlambat buat lo pengen ngelepasin diri sekarang" Ucap Kaiza seadanya.

"Pak minggir"

"Jalan" Supir taxi di buat bingung oleh keduanya.

"Gue bakal teriak kalo lo ga nurunin gue disini!" Ancaman Liam malah membuat supir taxi itu merasa terancam. Jika sampai ia dikira menculik seseorang habislah dia.

Supir taxi itu langsung menepikan mobilnya dan meminta maaf kepada Kaiza, Liam langsung turun disusul oleh Kaiza yang mengejarnya.

"Lo bisa gausah bertingkah kekanakan?!" Kaiza menarik tangan Liam dengan kasar.

"Iya! Emang gue kekanak - kanakan! Lo gasuka kan?!" Mata Liam yang sudah berkaca - kaca itu menatap Kaiza benar - benar kecewa ketika tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Malah Kaiza seakan - akan membenarkan ucapannya, membuat dada Liam semakin terasa sesak di dekat Kaiza.

Kaiza menghela nafas berusaha mengontrol dirinya "Lo mau apa, Liam?"

"Putus"

"Gua bakal nurutin apapun, selain itu" Liam menatap nanar ke arah Kaiza.

"Gue mau putus, gue mau nyerah sama lo! Gue gamau terus cinta sama orang yang bahkan ga naro hatinya di gue" Kaiza terdiam mendengar itu.

"Liam.."

"Kalo lo emang gamau putus, bilang kalo lo cinta sama gue Kai" Kaiza kembali terdiam mendengar permintaan itu, mulutnya seperti kaku tidak bisa mengeluarkan kata kata apapun

"Lo gabisa kan?" Liam melepas tangannya dari genggaman Kaiza yang melemah.

"Harusnya dari awal gue sadar, lo cuman main - main ke gue" Liam pergi meninggalkan Kaiza yang meratapi dirinya.

Kaiza mengacak rambutnya frustasi saat tidak berhasil menjawab permintaan Liam. Dia sendiri merasa bingung dengan perasaannya, bahkan saat ia menyatakan Liam pacarnya itu hanya karena keadaan terdesak. Karena Kaiza ingin melindungi lelaki itu, ia ingin membuat lelaki itu aman berada disisinya.

Kaiza sendiri tidak tahu kenapa dia harus melakukan itu, tapi ketika melihat ada niat jahat dari orang - orang di sekitar Liam membuat Kaiza khawatir. Membuat Kaiza merasa harus melindungi Liam. Tapi ia tidak tahu perasaan apa itu, Kaiza sendiri tidak dapat mendeskripsikannya.

Ia belum yakin saat ingin menjawab ia menyukai Liam, ia masih bingung dan merasa tidak mungkin ia menyukai laki - laki yang sering mengganggu dan menyusahkannya. Tapi di sisi lain ia merasa sangat tenang, dan nyaman ketika Liam berada di dekatnya.

Kaiza mulai merasa tertarik begitu tahu sisi manis Liam, ia mulai merasa candu hanya dengan melihat wajah malu - malu itu. Ia merasa dirinya sering hilang kendali saat berada di dekat Liam, rasa tertarik itu berubah menjadi rasa ingin memiliki. Kaiza mau Liam untuk dirinya, namun Kaiza tidak bisa menyatakan perasaanya suka atau tidak kepada Liam.

Kaiza mengusak rambutnya frustasi, seakan - akan pernyataan cinta hanya merusak segalanya. Kenapa Liam begitu bodoh sampai - sampai tidak tahu maksud yang dikatakannya? jika ia tidak ingin melepasnya itu artinya Kaiza tertarik padanya.

tbc..

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang