Yechan hampir mengeluarkan mobil, tapi Jae menahan. Pemuda itu berkata agar mereka jalan kaki saja. Tentu Yechan memilih untuk menurut saja.
"Deket, kok. Aku biasanya juga cuma jalan kaki ke sini."
"Kamu punya adik di rumah?"
Jae mengangguk.
Yechan terdiam.
Begitu rupanya. Karena itu Jae selalu membawa pulang makanan yang ia beli. Ternyata itu untuk saudaranya di rumah.
"Kenapa?"
Yechan mengerjap, lalu menggeleng pelan. "Maaf ya aku tanya hal yang privasi begini."
"Ga apa-apa. Aku tau kok kamu pasti penasaran kenapa aku selalu bawa pulang makanan yang kamu kasih."
Yechan hampir berpikir jika Jae bisa membaca pikiran. Tapi, ia segera menepisnya. Itu tidak masuk akal, jujur saja.
Keduanya melanjutkan langkah dan mulai masuk ke dalam gang sempit. Katanya rumah Jae tak jauh dari sini.
Jalanan itu gelap, Yechan merasakan angin dingin berembus menyapa tengkuk. Merinding, ia mengusap lehernya beberapa kali.
Ternyata tingkahnya menarik perhatian Jae yang langsung menatapnya. "Kamu kenapa? Kedinginan, ya?"
Yechan tersenyum malu.
"Emang gitu kalau lewat sini. Masih banyak pohon rindangnya. Suara pohon bambu yang bergesekan juga kedengeran ngeri, 'kan?"
Dibilang begitu, Yechan baru sadar jika memang jalan yang mereka lalui gelap sekali. Tak ada lampu jalan, hanya sorot dari lampu rumah warga dari kejauhan.
"Aku mau nawarin jaket, tapi ga punya. Kenapa kamu tadi ga pake jaket yang ada di restoran?"
Namun, fokus Yechan bukan pada dirinya sendiri, melainkan Jae.
"Kamu setiap malem lewat jalanan ini sendirian, Jae?"
Jae mengangguk.
"Kamu ga kedinginan?"
Jae tersenyum, "Aku udah biasa."
Yechan tak lagi membahas, ia tak ingin terlalu banyak menaruh prasangka karena ia pun tak punya bukti apa-apa.
Keduanya pun kembali melangkahkan kaki mereka. Tak ada percakapan untuk beberapa saat dari keduanya. Hanya ada suara desir angin malam juga gesekan dedaunan. Bahkan tak ada suara manusia ataupun binatang malam.
Suasana kala itu sungguh sepi. Yechan sedikit takjub karena Jae tak takut saat melewati tempat ini. Hampir setiap malam mereka bertemu, sudah pasti Jae berjalan sendiri, diantar pun baru kali ini.
"Shin Yechan ...?"
Yechan menoleh, menunduk menatap Jae yang masih berjalan di sisinya. "Ya?"
"Kamu ... ga takut sama aku?"
