"Takut? Kenapa aku harus takut sama kamu?"
Jae tersenyum. "Kita kan baru kenal, tapi kamu udah sebaik ini sama aku. Gimana kalau ternyata aku ga sebaik ekspektasimu?"
**
Yechan berdiri menatap rumah mungil yang Jae mempersilakan dia masuk ke dalamnya.
Sederhana, namun nyaman tampaknya.
Hanya saja, kalimat Jae tadi memang cukup mengusik hati.
Benar, mereka bahkan baru sebentar mengenal.
Jujur saja, Yechan juga bertanya-tanya dan ia belum menemukan jawabannya. Ingin juga ia melontarkan alasan, walau tahu itu jawaban klasik yang pasti sering Jae dengar.
Akan tetapi, belum sempat membuka mulut, Jae sudah menghentikan langkah di depan sebuah rumah.
"Maaf, ya. Rumahnya kecil."
Yechan menggeleng, ia pun tanpa ragu masuk ke dalamnya.
"Mana adik kamu, Jae?"
Jae langsung ke dapur dan membawakan Yechan segelas air.
Tak lama, sampai Jae kembali dan duduk setelah menyodorkan satu gelas berisi air di depan Yechan. Pria itu menjawab, "Udah tidur. Maaf ya ga aku bangunin. Kapan-kapan kalau ada waktu, aku kenalin deh ke kamu."
Yechan berkata iya. Lagi pula, ini memang sudah larut malam.
Sekali lagi Jae meminta maaf karena pelayanan yang seadanya.
"Kamu ... mau nginep apa pulang?"
Yechan sedikit terkejut atas tawaran yang pertama. Menginap?
Ya, walaupun mereka sama-sama laki-laki, tapi kan ...
"Hm, kayanya aku pulang aja ya, Jae."
Jae melihat ke luar rumah, "Gelap, lho. Kamu ga takut? Jalan sendirian lagi, 'kan?"
Iya, sih.
Yechan melihat ke arah luar dan memang lumayan ngeri, mungkin juga karena sepi. Tapi, kalau nginep nanti Jae bakal mengira dia pengecut sekali. Masa laki-laki tidak berani.
"Ga apa-apa, Jae."
Jae tak lagi bertanya, hanya meminta Yechan untuk meminum airnya. Kali ini Yechan tak bisa menolak. Walau sedikit, akhirnya cairan menyegarkan itu masuk juga melewati kerongkongannya.
Namun, entah kenapa Yechan merasakan kantuk yang luar biasa.
Di sela ia yang masih mencoba menahan diri untuk tidak terlelap di tempat ini, Yechan melihat dan mendengar Jae mengatakan sesuatu, tapi ia tak bisa mendengar apa itu. Sampai akhirnya kesadaran benar-benar terenggut dari dirinya malam itu.