"Ga bisa, Chan."
Yechan sudah menduga jika jawaban Hyuk akan seperti itu. Tapi, apa tidak bisa diusahakan?
"Masalahnya kalau mau diusut, jasad Jaehan harus digali buat diotopsi. Keluarganya jelas ga setuju. Udah lama juga, mereka ga mau ngebuka luka lama."
Dulu, Hyuk hanya diam, keluarga Yechan pun tak membantu. Kini, setelah mereka sudah berusaha untuk kembali bangkit, pihak Yechan justru ingin mengungkit?
Mau kembali mengenal pun rasanya pasti sakit.
Sebin yang mendengar -menguping- pembicaraan kedua bosnya itu diam walau merasa sedih juga dalam hatinya.
Ia pernah melihat Jaehan walau dalam bentuk yang tak terlalu kelihatan. Namun, Sebin tahu jika pria itu tampak manis juga lugu. Pasti semasa hidupnya Jaehan tidak pernah membuat masalah. Jaehan pasti menjadi kesayangan.
Sebuah ketidak beruntungan karena ada iblis-iblis yang mengacaukan hidup damai seseorang. Ya, iblis dalam wujud manusia yang hanya mengedepankan nafsu bejatnya yang menjijikkan.
Sebin tiba-tiba menangis, ia hanya tak bisa menahan. Seolah ada sesuatu yang masuk ke dalam dirinya, membuatnya merasakan kesakitan, dan ketidakberdayaan.
Suara tangisannya itu pun didengar oleh Hyuk juga Yechan. Sudah malam, semua karyawan sudah pulang meninggalkan mereka bertiga. Tentu suara Sebin terdengar semakin jelas.
"Hyung, kenapa?"
Sebin mendongak, namun tak mengatakan apa-apa selain terus mengeluarkan tangisan yang cukup memilukan.
Yechan sendiri tahu, ada Jaehan di situ. Tak ada yang bisa Yechan lakukan, ia hanya bisa menatap dengan sendu, sebelum kembali terduduk di depan Hyuk yang masih mencoba menenangkan Sebin dengan memeluk.
"Yechan-"
"Hyuk!"
Hyuk kembali menoleh ke arah Sebin yang sudah memegang erat lengannya,
"Ada apa, hyung?"
"Kenapa kita ga ngehukum mereka sendiri, Hyuk? Kita pasti bisa melakukan itu, 'kan?"
Karena lapor polisi pun rasanya sudah tak ada harapan lagi. Mungkin, mereka hanya kurang berusaha dan tak ada rasa percaya.
Seperti sebelumnya ...
Walaupun banyak alasan juga yang melatarbelakanginya.
Korbannya sendiri sudah lama pergi, sudah terkubur lama sekali, bukti pasti juga susah dicari. Belum lagi jika mereka -para pelaku itu memiliki uang untuk menghentikan berjalannya penyelidikan seandainya pun dibuka kembali.
Akan tetapi, Sebin tahu jika pelaku pasti memiliki jejak hitam lain yang bisa diangkat lagi. Sanksi sosial mungkin lebih bisa menjadi hukuman kali ini.
Selesai menangis dan saat ia benar-benar sudah tenang, apa yang baru saja dipikirkan, langsung ia utarakan. Kedua pria yang berbeda usia dengannya itu saling pandang.
"Hyung ... tau caranya?" tanya Hyuk tak yakin.
Sebin menggeleng pelan, "Temen aku mungkin bisa nyari informasinya. Yechan juga ... bukannya kalian semua masih berhubungan dekat sampai sekarang?"
Tanpa basa-basi, Yechan pun menggangguk untuk pertanyaan kedua dan langsung meminta Sebin untuk mengontak teman yang katanya bisa membantu mereka.
Mungkin jika aib para pelaku dibongkar, juga sedikit teror yang dibuat-buat, mereka jadi ingat.
Harapan mereka bertiga, setidaknya para pelaku itu mau meminta maaf.
Jika dengan cara seperti itu tidak bisa, Yechan bahkan sudah memikirkan untuk melakukan dengan sedikit kekerasan.
Sebin mengangguk, lalu setelah hening cukup lama, ia pun menanyakan apa yang sedari tadi menjadi ganjalan.
"Uhm, emang pelakunya berapa orang?"