11

242 29 1
                                    

Yechan merasakan hangat menerpa wajahnya. Terbangun, ia pun mengerjap menyesuaikan silau mentari yang langsung ke mata.

"Udah bangun, Bos?"

Yechan menoleh. Mengucek matanya, Yechan merasa bahwa ia berada di tempat yang tidak seharusnya.

Bukankah ia ada di tempat Jae?

Lantas ...


"Hyung, Jae mana?"

Sebin yang sedang bersiap-siap tak jauh dari tempat Yechan tentu kebingungan. Merapikan apron yang sudah terpasang pas di tubuh rampingnya, Sebin mendekat, dan melihat Yechan yang menoleh ke kiri dan kanan.

"Jae?" Sebin terdiam sejenak sebelum kembali membuka suaranya, "Siapa Jae?"

Yechan pun menegakkan punggungnya. Ia mengusap wajahnya dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci muka sementara Sebin masih menunggu jawabannya.

"Jae. Kalian sering kan liat aku ngobrol sama pelanggan di meja pojokan. Itu Jae, hyung. Si pelanggan baru."

Sebin agaknya masih belum paham. Yechan berdecak pelan, "Itu, lho. Cowok cakep yang selalu pesen air putih. Kalau pesen makanan pasti dibawa pulang. Tadi malem aku inget nganterin dia pulang. Kayanya juga ketiduran di rumahnya, bukan di sini."

Kenapa dia jadi di sini?

Apa Jae nganterin aku balik ke sini lagi, ya? Tapi, kenapa? Kenapa ga ngebiarin aku tidur di rumahnya aja?

Sebin yang mendengar cerita dan melihat tingkah bosnya pun hanya bisa menghela.

"Yechan, mending kamu pulang terus libur dulu deh beberapa hari. Kayanya kamu kecapekan banget. Akhir-akhir ini bolak-balik terus, 'kan? Tadi Tante juga telepon. Jehyun nanyain mulu katanya."

Yechan mengernyit, "Jehyun? Ngapain dia nanyain?"

"Kalau dia masih nyariin berarti emang masih ada yang belum selesai urusannya. Pulang sana. Lagian di sini udah ada Hyuk." -manajer di cabang sini. Kakaknya Yechan. Sepupu, sih.

Yechan dengan dengusan melangkah pelan menuju pintu depan. Ia sungguh masih penasaran. Kok dia bisa berakhir di restoran?

Sepertinya, ia harus berterima kasih kalau sungguh Jae yang mengantarnya. Walau Yechan masih bingung juga bagaimana caranya.

Tidak mungkin kan Jae menggendongnya?

Hati Yechan mendadak gamang. Ia tak suka dengan perasaan yang tak jelas. Ia tak suka menerka. Ia harus bertanya langsung agar tak penasaran.

Saat itu juga Yechan berniat untuk kembali ke rumah mungil Jae. Namun, baru saja ia masuk ke dalam mobilnya, ponselnya sudah bergetar karena panggilan telepon dari maminya.

"Ada apa, Mi? Yechan lagi di jalan nih."

"Jehyun ada di sini nih, Chan. Kamu balik dulu lah. Kasian dia dari semalem nyariin kamu."

Yechan memutar bola mata. Ya, memang dia tak lagi tinggal dengan kedua orang tuanya. Dia juga pindah ke tempat yang tak diketahui mantan pacarnya -Jehyun. Tapi, sekarang malah lukanya mau kembali dibuka.

Yechan tentu tak mau apapun alasannya.

"Suruh pulang aja, Mi. Yechan capek, mau tidur. Bye, Mi."

Tanpa menunggu maminya menjawab, Yechan langsung mematikan ponselnya. Lagi-lagi, Yechan memikirkan pemuda yang akhir-akhir menghantui pikirannya tanpa henti.

"Kenapa aku ga pernah kepikiran buat minta nomer hapenya Jae, ya?"

Yechan berjanji akan meminta saat mereka bertemu lagi nanti, walau sepertinya  kesempatan itu bukan hari ini. Karena mendadak, ia merasa lelah sekali.

My Jae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang