12

168 29 4
                                    

Sehari setelah kejadian dia kembali ke restoran tanpa tahu apa yang terjadi, Yechan akhirnya memutuskan untuk melaksanakan niatnya, yakni menyambangi rumah Jae sekali lagi.

Kali ini, Yechan tidak sendiri. Ia mengajak Sebin, tujuannya tentu sebagai saksi juga ingin memberikan bukti.

Bagaimana tidak, Sebin terus bersikeras jika Yechan tak pernah berbicara dengan siapapun di restoran sebelumnya.

Yechan bertanya, "Terus di mata kalian, selama ini aku ngapain?"

"Ya kamu duduk aja sambil minum kopi. Awalnya aku berpikir kamu kaya gitu gara-gara habis putus."

Yechan terdiam. Bagaimana ia bisa duduk sendirian?

Bagaimana bisa Sebin tak melihat Jae di restoran?

Jae bahkan nampak jelas di matanya. Kakinya juga menapak di tanah yang sama dengannya. Walaupun tak pernah terlihat ganti baju, aroma Jae juga wajar saja.  Yang pasti, tak ada kesan menakutkan dalam diri pria itu di matanya.

Senyumnya manis, parasnya jelas menarik. Tutur katanya lembut, juga sopan santun yang mulai jarang Yechan temui di sekitarnya saat ini.

Jae tak pernah menyela saat ia bercerita, bahkan terkadang menanggapi celotehan sama semangatnya.

Jae seolah tahu apa yang ia rasa.

Jadi, mana mungkin Jae tak nyata?

Mana mungkin Jae hanya ada dalam pikirannya?

Mana mungkin ... Jae tak benar-benar ada di dunianya?

Memikirkannya saja sudah membuat Yechan merana.

Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa bahwa kata sempurna berada dalam diri Jae semua.

"Di sini."

Sebin melihat sekeliling sebelum membuka seatbelt dan mengikuti Yechan yang sudah lebih dulu keluar dari mobil.

"Ini rumahnya?" Sangat dekat, kenapa Yechan mengajaknya naik mobil, sih? Jalan kaki juga tidak sampai sepuluh menit.

Yechan mengangguk, sementara  Sebin memandang rumah itu dengan takjub. Siapa sangka, jika rumah yang ia pikir tak nyata kini ada di depan matanya.

Bahkan ada seseorang  di sana. Saat ia bertanya apa itu yang namanya Jae, Yechan berkata bahwa itu bukan dia dan mungkin itu adalah adik yang pernah Jae ceritakan padanya.

"Kau tak tahu namanya?"

"Tidak. Hm, belum ..."

Pemuda itu  tengah sibuk mengerjakan sesuatu di samping rumah. Tampak seperti sebuah kebun kecil.

Yechan melangkah, Sebin memilih untuk mengekor saja di belakangnya.

Dengan sopan Yechan mengucap salam. Pemuda itu mendongak, tampak kebingungan.

"Kalian siapa?"

"Uhm, aku Yechan, dan ini Sebin. Jae nya ada?"

Pemuda itu lama tak menjawab. Namun, jelas dari rautnya bahwa ia mengenali Jae juga.

Yechan semakin percaya bahwa Jae benar-benar ada.

"Kalian kalau mau nyari Kak Jaehan malem aja. Kalau siang, dia ga ada."

My Jae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang