"Kok bisa, sih?"Yechan minta Jaehan untuk duduk sementara dia ganti baju. Tak lama, hanya beberapa menit sebelum akhirnya selesai dan kini Yechan sudah duduk tepat di sebelah Jaehan yang masih menanti.
"Ga tau ya, sejak aku tau kamu hantu, aku jadi ngerasain aja setiap kali kamu ada."
Diingatkan, Jaehan jadi merasa bersalah karena ia sudah membawa Yechan keluar dari tubuhnya. Berharap ini hanya efek samping yang Yechan rasa.
"Emang gimana rasanya kalau ada aku di sekitar kamu?"
"Kata orang kalau didatengin hantu tuh kita bakal ngerasain dingin yang ga wajar, tapi kamu engga. Aku malah ngerasa nyaman, kamu juga punya wangi yang enak." Hawa di sekitar Yechan berubah, membuatnya aman dan nyaman, juga harum yang datang sungguh menenangkan.
Jaehan tak percaya tentunya, "Masa, sih?"
"Serius.Kok kamu ga percaya sih sama aku?"
Ya, mau percaya juga bagaimana? Mana ada hantu yang baunya enak? Sekalipun wangi pasti jenis wangi yang menganggu sekali.
Jaehan memilih diam dan tak membahas soal itu lagi. Walau dalam hati berharap kepekaan Yechan cukup sampai di sini. Ia tak mau Yechan terganggu jika pada akhirnya mampu melihat semua makhluk seperti dirinya.
"Oh, iya ... kamu ga makan? Aku liat dari siang kamu belum makan apa-apa."
Yechan membaringkan diri dan menarik Jaehan ke dalam pelukan alih-alih makan padahal sudah diingatkan.
"Yechan?"
"Nanti aja. Belum laper kalau sekarang."
Mendengar alasan, Jaehan sudah berniat melayangkan protesan. Namun, bisa didekap begini hangat, Jaehan merasa nyaman, dan enggan melepaskan.
"Kamu harus makan dan jaga kesehatan, atau aku ga mau nyamperin kamu lagi."
Ancaman itu cukup menggemaskan. Akan tetapi, Yechan masih betah dengan posisi ini.
"Iya, Sayang. Nanti ya ..."