45

120 19 4
                                    

**

Tentu Sebin melakukan tugasnya dengan baik. Sedikit berharap juga gajinya bisa naik, selain tentu untuk keadilan Jaehan yang tengah mereka perjuangkan.

Walau pada awalnya ia terus bersedih karena tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Jaehan.

Berharap dengan bantuan kecilnya, bisa membuat Jaehan kembali tenang di alamnya.

Sebin juga jadi tahu banyak fakta mengapa Yechan hanya bisa diam saja saat kekasihnya diperlakukan semena-mena.

Di masa itu, memang kalau tidak pintar sekali, ya harus kaya sekali agar bisa masuk di kampus bergengsi seperti kampus di mana Yechan dan Jaehan berkuliah ini.

Jaehan merupakan pilihan pertama, sementara Yechan tentu adalah pilihan kedua. Begitupun sirkel yang Yechan ikuti.

Mereka anak-anak dari orang yang cukup berpengaruh. Tak hanya di kampus, sebagian juga merupakan anak dari orang-orang yang memiliki kursi di pemerintahan. 

Berbeda dengan sebagian teman-temannya, keluarga Yechan adalah pengusaha.

Bahkan meski Yechan enggan berteman, hubungan di antara ayah mereka semua membuatnya tak bisa pergi begitu saja walaupun berbekal alasan yang cukup masuk akal. Pengaruh mereka jelas buruk untuk masa depan, karena selain koneksi, tak ada lagi yang mereka miliki.

Jaehan sendiri bukan dari kalangan menengah ke bawah, namun jika dibilang kaya itu juga masih tak sebanding dengan mereka. Jika tak memiliki otak cerdas, Jaehan rasanya juga akan kesulitan untuk melanjutkan. Bahkan saat sudah diterima pun ia masih merasa sulit untuk bersosialisasi dan beradaptasi.

Saat pelecehan itu terjadi, keluarga Jaehan juga bukan hanya diam. Sayangnya, kekuatan mereka bukanlah tandingan. Mereka bukan apa-apa, dan tentu mampu dihempas dengan mudahnya. Sementara di rumah, mereka juga harus fokus pada penyembuhan trauma yang Jaehan dapatkan.

Sekarang era sudah berganti. Bahkan meski keluargamu tak kaya, tak bisa meminta keadilan dengan selayaknya, kita masih bisa menggunakan media dan memberi sanksi sosial atas tindakan amoral juga abnormal yang orang-orang jahat lakukan.

Kekejian memuakkan yang sebenarnya akan lebih memuaskan jika melihat mereka membusuk dan menderita dipenjara. Namun, jika tak bisa, masih ada jari-jari yang cukup untuk menurunkan dan mengacaukan mental.

Jelas, apa yang Sebin usahakan, cukup memberi hasil yang mampu membuat Jaehan menyunggingkan senyuman.

Kejahatan para pelaku satu persatu beredar di media sosial. Banyak yang berkomentar, banyak juga memberi kesaksian pada akun yang mereka buat.

Untuk keamanan hukum, teman Sebin mampu memberi janji, bahwa tak akan ada hal buruk yang terjadi.

Tak ada jalan, mereka harus memberi kepercayaan.

Masih ada ganjalan di hati Yechan, ia merasa ini tak bisa menggantikan penderitaan yang sudah Jaehan rasakan.

"Kamu ga pernah nyoba datengin mereka?" Seperti di film yang pernah Yechan lihat. Bukankah itu juga cukup efektif untuk memberi efek jera?

Akan tetapi, Jaehan yang masih menggeser-geser layar smartphone hanya menggeleng pelan.

"Aku ga mau buang energiku buat mereka. Aku ngumpulin dengan hati-hati biar bisa nemuin kamu suatu hari nanti. Lihat sekarang, kita bisa duduk berdua di sini juga bukan tanpa usaha. Kamu ga boleh ngira aku ga nabung energi, ya ..."

Yechan mendesah, merasa semakin tak berguna. Namun, Jaehan mengatakan jika perasaan bersalah  yang Yechan rasakan itu justru membuat Jaehan sulit untuk pergi ke surga nanti.

"Emang beneran kamu mau ninggalin aku? Kalau aku stress lagi gimana gara-gara kamu ga ada?"

Jaehan memutar bola mata, "Makanya kamu jangan mikirin ini lagi. Aku tuh sebenernya juga setengah-setengah sih kemarin. Aku pengen liat mereka keliatan menderita aja, tapi kalau dipikir lagi, balas dendam jadi ngurangin waktu yang aku punya. Waktu yang seharusnya aku gunain sebaik-baiknya buat keluargaku dan juga buat kamu."

Ngurangin waktu yang Jaehan punya?

Yechan terdiam, kalimat itu terus terngiang.






*




.

Jaehan mendongak, tersenyum menunjukkan gigi gingsul saat melihat kabar bahwa Yechan akan mengusahakan membuka kembali kasusnya, "Kayanya, buatku ini udah cukup."

Langkah pertama dengan media sosial pun mulai terlihat.

Perlahan, nama baik yang para pelaku bangun, juga yang orang tua mereka bangun, seketika tercemar di kubangan lumpur.

Yang berbisnis kacau bisnisnya, yang berada di pemerintahan tercoreng juga namanya. Bahkan yang tak menjadi apa-apa pun terkena karmanya.

Hidup mereka memang tak cukup menderita -tak sebanding dengan apa yang korban alami, namun setidaknya tak sebahagia pada awalnya.

Jaehan senang dan keluarganya juga tetap tenang karena tak disangkut pautkan karena nama asli Jaehan tak pernah dipublikasikan.

Sungguh Jaehan merasa kini jiwanya mulai semakin hangat, seolah dia hidup kembali, namun seharusnya bukan di tempat ini.







"Udah cukup, kamu jangan ngotorin tangan lagi ya abis ini. Kamu harus bahagia. Bahagia sampai tua, sampai memiliki pasangan, dan keluarga yang nyata."

Karena Jaehan juga sama. Selama kekasihnya bahagia, di manapun dia berada, selamanya ia akan terus bahagia hanya dengan melihatnya. Selama Yechan baik-baik saja, maka ia pun akan tenang di alamnya.

Sejak awal, itu adalah keinginan terbesarnya selain pembalasan.

Akan tetapi, sebenarnya ada keegoisan di hati. Jaehan ingin di sela bahagia yang Yechan rasakan, namanya tak akan pernah pria ini lupakan.

Hanya itu ...

Ya, rasanya sudah cukup dengan itu.

My Jae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang