Sebin yang masih menguping percakapan menegangkan antara Hyuk dan Yechan pun terpaksa kembali membalik papan open menjadi close lagi.
Ia juga mengabari teman-teman sesama karyawan untuk datang terlambat saja karena jujur saja Sebin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini.
Sebin kembali menyimak. Ia berdiri di balik tirai dan menunggu apa yang akan kedua bosnya itu katakan. Walau sekarang, Sebin bisa menyimpulkan betapa tsundere sepupu Yechan yang satu ini.
Kemarin saja bilang tak peduli, ternyata dia justru sudah tahu semua bahkan sampai ke akarnya.
Lantas, jika sudah tahu sebanyak itu kenapa Yechan tidak diberi tahu saja sejak awal?
Sok-sokan diam, tapi akhirnya kelabakan dan justru marah-marah pada Yechan yang terlihat sekali jika kebingungan.
Dasar tak punya perasaan!
"Tante sama Om sampai bawa kamu ke luar negeri, rela ngilangin sebagian ingatan yang lu punya. Sekarang, lu mau buka ingatan itu lagi? Lu mau balik depresi?"
"Apa?"
Lama Yechan terdiam, mungkin tengah mencerna apa yang sebenarnya coba Hyuk katakan. Tapi, sekeras apapun ia memikirkan, bukan dirinya sendiri yang Yechan pedulikan.
"Jaehan itu ... sebenarnya siapa, hyung? Siapa dia buat aku di masa lalu?"
Hyuk terduduk, padahal hari masih pagi, tapi ia sudah selelah ini.
"Kim Jaehan itu pacar kamu. Dulu ... waktu kalian masih kuliah, tapi kamu mutusin Jaehan begitu aja setelah ada sesuatu yang terjadi sama dia."
"Mutusin Jaehan? Kenapa?"
Hyuk memijit kening, merasa tak mampu membuka suaranya. "Ya, intinya karena kebodohan yang kamu punya. Dulu kamu masih terlalu muda, jadi suka ngambil keputusan seenaknya."
Lagi pula, itu sudah cukup lama. Itu juga yang membuat Hyuk bertanya-tanya, sejak kapan Jaehan mengikuti sepupunya.
Kenapa baru sekarang Jaehan menunjukkan dirinya?
"T-tapi, kenapa dia ga ngomong apa-apa?"
Hyuk mendesah, tak mampu memberikan jawabannya.
Ia tahu Jaehan orang baik, walau ia tak yakin apakah setelah menjadi hantu ia masih mempertahankan sifatnya yang satu itu. Mengingat apa yang sepupunya lakukan, akan menakjubkan jika Jaehan masih mempertahankan kebaikan.
Bahkan kini, Jaehan juga sudah jauh dari kejujuran. Hyuk bahkan tak bisa menyalahkan.
Pria itu duduk termangu, tenggelam dalam pemikirannya sendiri sampai Yechan kembali bertanya, sedikit bergetar terdengar dalam nada suaranya, "Kenapa aku mutusin dia waktu itu, hyung?"
Hyuk mendongak.
"Bukan karena Jaehyun, 'kan?"
Tawa Hyuk menggema. Biasanya tawa sang sepupu menular karena itu lucu. Tapi, saat itu bahkan Sebin yang mendengar dari luar saja tak sanggup dan merasa sedikit tak nyaman karena kepiluan yang terdengar.
"Yechan ... Hyung ga yakin ini akan baik-baik aja kalau diceritakan."
Pacar kamu dilecehin, tapi bukannya bantuin, kamu malah milih untuk ninggalin. Sekarang, semua udah terlambat. Kamu ga bisa tahan dia di sini, kamu harus segera relain dia pergi. Hyung serius ... atau bisa-bisa kamu kebawa sama dia ke alamnya.