Yechan yang tadi sudah janji akan makan, kini justru tertidur di dalam pelukan Jaehan.
Jaehan mendongak, lagi-lagi dengan serakah menatap Yechan dengan penuh perhatian. Tak masalah dengan dengkuran pelan, Jaehan tersenyum karena rasa aman.
Tak masuk akal memang, bagaimana bisa ia yang harusnya tak lagi berurusan dengan dunia malah berakhir di sini, berbaring tenang, dan bermain dengan perasaan.
Beruntung, karena saat ini kekagumannya tak bertepuk sebelah tangan.
Siapa sangka, keadaannya kini berbeda.
Jaehan mengangkat tangan yang mulai transparan dan dengan lembut menyentuh pipi Yechan pelan.
Masing ingin berlama-lama, sayangnya ia tak lagi memiliki cukup energi.
Semoga masih ada esok hari, Jaehan hanya takut apabila ia tiba-tiba pergi dan tak mampu melihat Yechan lagi.
Mungkin juga sebaliknya.
Akankah pria ini merasa kehilangan jika pada akhirnya ia lenyap dari pandangan?
Mendesah pelan, Jaehan kembali meringkuk sembari menghitung detik yang terus berjalan.
"Kalau aja aku masih hidup ..." tapi, apakah Yechan tetap akan se peduli ini?
Jaehan memejamkan mata dan berniat untuk pergi dengan tenang dalam keheningan. Namun, tampaknya itu hanya menjadi angan karena ia justru terlonjak, terkejut saat telinganya menangkap suara nyaring dari bel rumah. Suara yang nyaris memekakkan telinga bahkan untuk hantu seperti dirinya.
Jaehan cemberut. Ia tak bergerak dan memutuskan untuk diam. Tak peduli, ia hanya akan membiarkan sampai Yechan bangun sendiri.
Lagi pula siapa yang bisa bertahan di alam mimpi saat dunia nyata terlalu berisik begini?
Yechan pun terbangun. Pria itu menguap dan bertanya dengan mata yang masih berusaha ia buka, "Siapa?"
Jaehan berkata tidak tahu dan mengekor di belakang saat Yechan yang sudah sepenuhnya terbangun mulai melangkah keluar kamar.
Sayangnya belum sampai depan pintu, ia sudah kehabisan waktu. Jaehan pun pergi, tanpa sempat berpamitan pada Yechan kali ini.
Hanya bisikan pelan yang akhirnya ia gaungkan, "Yechan, aku pergi dulu, ya ... Kita ketemu besok lagi."
Yechan menghentikan langkah. Dari rautnya, pria itu tampak kecewa, namun saat kalimat terakhir terlontar, senyum pun kembali menghiasi wajah tampan.
"Kayanya aku lupa bilang. Aku sayang kamu, Shin Yechan ..."
Senang tentunya hati Yechan mendengar pengakuan manis yang sayangnya hanya berupa suara. Namun, rona merah muda dan nuansa manis penuh bunga tetap ada.
Walau hanya sesaat, karena itu semua segera sirna saat pintu terbuka. Di sana, Yechan melihat seseorang yang dulu pernah menghancurkan hatinya.
Pria itu datang dengan senyum yang membuat Yechan kembali ingat dengan kenangan yang cukup menyakitkan.
"Jehyun?"
Jehyun menghela, tampak lega karena akhirnya mereka kembali bertemu muka setelah sekian lama Yechan menghindarinya.
"Yechan, kamu susah banget buat ditemuin! Kenapa sih kamu ga mau dengerin penjelasan aku dulu?!"
Wah maapin ya ni gw bawa Moonje lagi. Abisnya ga ada yang bener2 terlintas buat jadi pacar Yechan selain dia 😆😆😆