21

164 21 2
                                    

Setelah pesan terakhirnya, Jaehan benar-benar tak menyambangi Yechan meski hanya sekali. Bahkan saat Yechan memanggilnya berulang kali.

"Jae, kamu ingkar janji," gumam Yechan dalam hati.

Sore tadi, ia sudah diperbolehkan pulang. Aneh juga karena ia merasa sehat sekali. Kenapa bisa rumah sakit menahannya begitu lama jika ia saja tak merasakan apa-apa?

Katanya, ia harus beristirahat, dan dilarang melakukan aktifitas yang cukup berat.

Yechan mana mungkin tahan. Selain restoran, ia juga banyak urusan. Teman-temannya pun mulai berdatangan dan tak jarang pula yang menanyakan karena telat mendapatkan kabar.

Sebin menangis karena takut kehilangan bos-nya. Yechan hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Sebin yang padahal lebih tua darinya.

Namun, raut Yechan berubah saat Sebin menanyakan Jaehan. Kali ini, Yechan memilih untuk bungkam dan menyimpan segala hal tentang Jaehan sendirian.

Sekarang, ia duduk melamun di kamarnya. Masih berusaha memanggil Jaehan berharap pemuda itu datang.

"Jaehan, kamu ga kangen sama aku?" tanyanya pelan.

Karena sekarang tak ada kata selain rindu yang mampu mewakili rasa di hati Yechan saat itu. Lama tak melihat sang pujaan. Tak hanya menyiksa batinnya, tapi juga raganya. Tiba-tiba ada rasa ingin menggengam tangan halus itu dan menanyakan kabarnya.

Jaehan dimana?

Apa Jaehan baik-baik saja?

Aneh sekali, perasaan ini begitu memabukkan. Membuat Yechan tak bisa lagi menyembunyikan.

Ia ingin bertemu Jaehan.

"Kalau kamu ga dateng malam ini, aku bakal datengin rumah kamu."

Yechan mendesah. Tapi, tampaknya Jaehan tak terpengaruh dengan ancamannya. Lagi pula, itu tidak bisa disebut ancaman juga.

"Aku tunggu sampai tengah malam. Jaehan ... kamu dengerin aku, 'kan?"

Yechan berbaring, memutuskan untuk menunggu. Ia pandangi jarum jam yang terpasang di dinding. Ia yakin Jae mendengarnya -entah dimanapun pemuda itu berada.

Sialnya, suara detakan itu justru membuatnya diserang kantuk tak tertahankan.

Berusaha tetap terjaga, ia mendudukkan dirinya. Tak ada suara selain jarum jam dan pendingin ruangan.

Sampai akhirnya ia sungguhan tak bisa menahan.

Kantuk sialan ini ...

Dan Yechan pun terlelap lagi.

Namun, dalam tidurnya, ia merasakan hangat melingkupi tubuhnya. Entah ini mimpi, atau memang ada seseorang yang menyelimuti.

Sayangnya, mau membuka mata pun Yechan tak sanggup lagi.

My Jae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang