Ya, bahkan kata maaf yang Jaehan inginkan pun seketika itu juga terlupakan.
Jaehan merasa lebih bebas sekarang.
Saat ia mengikuti kemana Yechan pergi, Jaehan melihat tak ada lagi wajah bahagia dari para bajingan yang sejak dulu selalu menjijikkan.
Entah apa yang terjadi, apakah memang komentar negatif di media sosial begitu berpengaruh untuk mereka yang bahkan tak pernah mendengar bagaimana saat ia merintih kesakitan.
Tak hanya itu, ternyata keluarganya pun terbuka saat Yechan mengutarakan niat untuk melaporkan kasus itu ke polisi.
Mereka tak peduli jika polisi akan sulit menemukan bukti, setidaknya ada banyak yang bersedia menjadi saksi.
Juga, bukankah itu tugas mereka meski akan banyak sekali kesulitan yang mungkin akan datang?
Bagi Yechan, itu keharusan. Bagi Jaehan, itu terlalu banyak untuk ia dapatkan.
Selain disibukkan kasus pelecehan yang mengangkat kembali namanya ke permukaan, Jaehan juga melakukan keisengan karena ingin menjauhkan Yechan dari sang mantan.
Jaehan jelas tak merasa bersalah. Ia ingin Yechan menemukan seseorang yang mirip dengan dirinya jika menikah nanti.
Biar saja ia egois. Jaehan berubah pikiran, ia ingin Yechan tak pernah melupakan dirinya.
"Kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri?" tanya Yechan yang baru saja membuat kopi.
Pria itu duduk di meja pojok, tempat biasa ia menghabiskan waktu dengan Jaehan setiap hari.
Jaehan ketawa kecil, yang tentunya tawa itu menular, membuat Yechan ikut tertawa juga.
Ia bahkan tak peduli jika banyak yang memandangnya aneh saat ini.
Sampai tak lama, Sebin datang dan berdiri di depan mereka berdua.
Yechan mendongak, bertanya ada apa, dan Sebin langsung duduk tak peduli jika dianggap tak sopan oleh sang atasan.
"Uhm, Jaehan lagi di sini, ya?"
Yechan mengangguk. "Mm."
Sebin tersenyum lebar sekali.
"Jaehan bilang makasih ke hyung." lanjut Yechan. Semakin membuat Sebin kegirangan.
"Uhm, Yechan ... bisa tanyain ga ke Jaehan. Bisa nunjukin diri lagi ga sekarang? Aku pengen liat lagi. Sekali aja ..."
Permohonan Sebin saat itu tampak tulus. Yechan pun melirik Jaehan, begitupun sebaliknya.
"Terserah kamu aja."
Jaehan pun mengangguk. Ia tak keberatan sebenarnya. Hanya tidak tahu juga kenapa dia merasa harus minta izin pada Yechan.
Namun, sebelum Jaehan menunjukkan diri, Hyuk keburu datang dan menarik lengan Sebin agar berdiri.
"Jangan sembarangan nunjukkin diri! Kamu lupa waktu yang kamu punya tinggal berapa lama? Jadi, tolong ... gunain itu untuk hal yang beneran penting."
Hyuk hanya ingin Jaehan menggunakan semua sisa energinya untuk Yechan.
Namun,
"Sebin juga penting, Hyuk!"
Karena dia hanya hantu tersesat, namun Sebin yang tak ada hubungan dengannya pun masih mau membantu.
Lambat laun Sebin bisa melihat sosok transparan yang melambaikan tangan padanya, tak lupa dengan senyum ramah yang mengembang di wajah manisnya.
Seandainya Jaehan masih hidup, Sebin pasti akan menjadikan hantu itu sebagai temannya.
"Tapi, makasih ya Hyuk karena udah peduli."
Dan lambaian tangan kembali Sebin dapatkan setelah Jaehann berbicara pada Hyuk. Namun, kali ini sosok itu tak ada lagi, menghilang seolah ditelan bumi.
Mungkin hanya Yechan seorang saja yang mampu melihatnya.
Setelahnya, Sebin pun diseret Hyuk pergi ke dapur lagi, membuat Sebin bertanya, "Hyuk, kamu masih bisa liat Jaehan?"
Di luar dugaan, Hyuk menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Jadi, beneran ya waktunya ga lama lagi?"
"Ya. Aku ga tau apa yang bakal dilakuin Yechan kalau Jaehan pergi buat yang kedua kali."
Hanya bisa berharap, Yechan baik-baik saja seperti apa yang semua orang harapkan padanya.
Namun, ditinggal oleh sosok yang sama dua kali ... bahkan Hyuk sendiri tak bisa menjamin masih bisa tetap waras jika ia yang mengalami.
