16

158 28 4
                                    

Langkah Yechan terhenti, pria itu terpaku, membisu. Lama sampai ia kembali pada kesadarannya.

Apa kata Jae tadi? Suka?

Tapi, dunia mereka bahkan berbeda. Bisakah bertahan meski dengan perasaan yang sama?

Yechan menunduk, menatap Jae yang juga memandangnya bingung.

"Hwichan ... apa dia juga sama kaya kamu? Atau-"

Jae menggeleng pelan, "Hwichan yang nolongin ak. Sebelumnya aku berkeliaran ga jelas, aku bahkan ga tau kalau aku itu sebenarnya udah mati."

"J-Jae ..."

Jae melompat kecil, dengan seringai kecil ia merentangkan tangan, dan menghadang Yechan yang hampir melangkahkan kaki.

"Kamu ga takut kan sama aku?"

"Takut?"

"Mm, aku kan hantu."

Yechan mengamati Jae sekali lagi. Sosoknya ceria, lincah, dan pribadinya menyenangkan juga.  Belum lagi parasnya yang sempurna, mana mungkin Yechan takut padanya.

Oke, dia tadi sempat takut, tapi bukan pada Jae. Melainkan karena kenyataan yang memukulnya.

Jae yang ia pikir manusia, tapi faktanya tak sama. Jae dan dia berbeda.

Jae hantu, sementara ia manusia biasa.

"Engga. Kamu ga nakutin sama sekali.  Tapi, Jae ... kita mau ke mana?"

Jae tampak senang mendengar bahwa Yechan tak takut padanya. Namun, pertanyaan kedua tak pemuda itu jawab dan hanya menarik Yechan hingga keduanya berlari menyusuri jalanan kecil.

"Aku mau nunjukin kenapa aku bisa nemuin kamu malam itu."

Yechan menurut, walau dalam hati ia bertanya-tanya, ini hanya mimpi atau memang nyata adanya.

Juga, saat Yechan menatap genggaman tangannya, kenapa hangat sekali rasanya?

Apa memang hantu bisa memberikan rasa yang telah lama pergi dari hatinya?

Hatinya tergelitik, perasaan yang bahkan tak mampu Yechan jelaskan. Jadi, apa ia juga harus mengatakan pada Jae bahwa ia sama tengah jatuh cinta?

My Jae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang