Jae.Hanya itu yang ada dalam ingatan Jae kala itu. Namanya Jae. Sudah. Tak ada yang ia ingat selain nama singkat itu saja.
Tapi, apakah itu bahkan namanya?
Jae tidak tahu, tapi memutuskan untuk mencari tahu.
Pertama kali ia terbangun, ia sudah berada di sebuah rumah sakit. Pikirnya, ia mungkin mengalami kecelakaan atau apa. Dengan langkah terhuyung, ia keluar tanpa sekalipun menengok ke belakang, mengabaikan tangis pilu yang mendengung sendu di telinganya kala itu.
Ia mulai berjalan tanpa tujuan. Ingin pulang, tapi ia bahkan tak ingat di mana rumahnya dan siapa sebenarnya dirinya.
Jae tak merasa sakit, walaupun rasanya lemas, tapi ia masih bisa berjalan. Itu cukup.
Jae tetap menyusuri jalan, sampai ia melewati sebuah restoran.
Harum bau makanan sungguh menggoda. Ia merasa lapar, sayangnya saat merogoh kantong tak ada satu peserpun uang.
Jae menghela, sementara bunyi perutnya yang keroncongan semakin tak tertahankan.
Ah, aku bisa bantu cuci piring, pikirnya saat itu.
Namun, saat masuk ia justru melihat banyak makhluk menyeramkan yang berkeliaran.
Apa itu?
Bahkan sebelum ia memesan, ia sudah ketakutan. Jae pun memutuskan untuk pergi dari sana. Hingga berhari-hari setelahnya ia hanya bisa menahan diri dari rasa lapar yang semakin menyiksa.
Yang membuatnya semakin menderita bukan hanya masalah perut saja, salah satu yang paling parah adalah banyaknya hal ganjil yang mulai nampak di matanya. Tak jarang ia bersembunyi, perasaannya mengatakan ia tak boleh diketahui.
Tak ada pula yang bisa ia mintai bantuan karena tak ada yang mendengarkan.
Entah ia yang kurang memohon, atau memang orang-orang hanya tak mau berurusan dengan orang asing yang mencurigakan.
Jae mulai menangis, dan saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda yang bisa ia katakan begitu dingin dan bahkan pura-pura tak melihatnya -pada awalnya.
Ya, dia adalah Hwichan.
Mungkin karena ia begitu menyedihkan, pemuda itu berbalik, dan berjalan ke arahnya. Bertanya apa ia baik-baik saja, bertanya apa ia membutuhkan bantuannya.
Jae menganggukkan kepala.
Jae tak keberatan tentang siapapun itu, selama ia memiliki seseorang untuk berpegangan, itu sudah cukup menenangkan.
Namun, ia kembali terbentur oleh kenyataan saat Hwichan berkata bahwa ia kini bukan lagi manusia, melainkan arwah penasaran yang tengah gentayangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/369425652-288-k216705.jpg)