Hari-hari Yechan terus berlalu, hingga tak terasa banyak bulan sudah terlalui sejak hari itu.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-30.
Bahagia? Yechan masih berusaha.
Lupa dengan cintanya? Tidak. Yechan tak akan pernah melakukannya.
"Selamat ulang tahun ya, Bos!"
"Happy birthday, Brother!"
Sebin dan Hyuk mengucapkan bersamaan dengan tangan memegang kue bertuliskan namanya.
Tak ada perayaan besar-besaran, Yechan sudah menghentikan ritual itu sejak lama. Hyuk tahu itu, tapi siapa juga sih yang bisa menolak permintaan Sebin?
Meski begitu, Yechan tetap berterima kasih dan meniup lilin setelah mengucap harapannya yang selalu sama. Dia ingin bertemu Jaehan-nya.
Ya, kekasihnya yang tak lagi datang. Kekasihnya yang kini benar-benar menghilang.
Jaehan mungkin terlalu bahagia di atas sana hingga lupa mengunjunginya.
Namun, malam itu, begitu lilin ditiup ... riuh suara Sebin juga karyawannya yang lain semakin menghilang. Lambat laun keramaian berganti dengan hening yang membingungkan.
"Yechan?!"
Seketika itu juga Yechan membuka mata. Suara yang selalu dirindukannya ... ia bahkan tak bisa lupa.
Yang lebih mengejutkan dirinya, ya ... di sana, tepat di hadapannya, berdiri Jaehan dengan bunga di tangan, tak lupa wajah cantik berhias senyuman. Bedanya, rambutnya tak lagi abu-abu. Kini, hitam legam menambah kecantikan. Bajunya tak lagi kaos putih juga celana jeans yang sobek sana-sini, itu berganti dengan baju putih yang luar biasa bersih.
"J-Jaehan, ini ... ini beneran kamu?" Yechan merasakan tremor, gemetar tubuhnya, dan berdebar pula dadanya.
"Iya ini aku! Emang siapa lagi?" Jaehan terkekeh sembari melangkah dan memberi Yechan sebuah pelukan.
Yechan terpaku, merasakan kehangatan yang tak pernah ia lupa bagaimana rasanya. Memejamkan mata, bahkan meski ini mimpi, Yechan tetap ingin menikmati.
Kerinduan yang begitu besar sempat tertahan, kini meluap tak terkendali.
Saat tangan Jaehan yang melingkar mulai mengusap belakang kepalanya, ia bahkan tak tahan untuk tak membalas dengan dekapan yang jauh lebih erat.
Yechan sedikit mengangkat tubuh Jaehan yang sedari tadi berjinjit, menghirup dalam aroma manis yang membuat Yechan teringat akan semua kenangan.
"Hm, kamu kangen banget ya sama aku?"
Yechan mengangguk dengan bibir ia gigit agar Jaehan tak mendengar dirinya yang hampir menangis. Namun, basah di bahu Jaehan tak lagi bisa dihindari. Itu tumpah dengan alami.
Tepukan di belakang kepalanya masih terasa, namun tangisannya juga semakin tak bisa yechan hentikan.
Seperti anak kecil, ia menangis dalam pelukan seseorang yang selalu dan selalu ia rindukan.
Seseorang yang namanya selalu ia sebut setiap malam.
Yechan bahkan tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Ia hanya bahagia.
Rasanya, ia terlalu bahagia.
"Selamat ulang tahun, ya. Makasih karena udah nepatin janji. Sebagai hadiah, kamu boleh minta satu permintaan. Apapun itu, aku janji bakal kabulin buat kamu hari ini."
Saat itu, masih dalam pelukan sang kekasih pujaan, Yechan melontarkan satu permintaan yang sebenarnya memang selalu ia lafalkan.
"Aku ga mau minta apa-apa selain kamu yang terus di sisiku sampai aku mati, Jae ...."
*
*
*
*
*
*
*
Kenangan ....
Jaehan turun dari mobil dan langsung berlari karena ia sudah terlambat padahal ada kuis hari ini.
Ayahnya sudah memperingatkan agar berhati-hati, namun Jaehan hanya memberikan cengiran khas yang disusul dengan senyuman sembari melambaikan tangan.
Itu adalah pertama kali Yechan melihat dan begitu mengagumi seseorang.
Pagi hari, bau tanah basah sehabis hujan. Lamat-lamat sinar matahari menyinari, bersamaan dengan teriakan ceria yang datang dari arah belakangnya.
Ia yang tengah berbincang menoleh karena penasaran, dan saat itulah ia melihat sosok dengan helaian hitam yang tengah tersenyum sembari melambaikan tangan.
Yechan terpaku, dalam hatinya terus bertanya, bagaimana sebuah senyum bisa sehangat itu?
"Yechan, kenapa?"
Yechan menunjuk Jaehan dengan dagu, "Dia siapa?"
"Oh, dia satu angkatan kok sama kita. Jaehan namanya."
(The End)
A.n : Tengkyu semua yang udah baca cerita ku dan selalu mendukungku ❤️