part dua puluh enam💐

2K 75 6
                                    

Happy reading!!!
*
*
*


Kini Azka dan Fathur sedang duduk berhadap-hadapan di ruang keluarga, dengan muka datarnya, Fathur terus menatap ke arah Azka, sedangkan Azka yang melihat tatapan Ayah mertuanya hanya bisa mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?," tanya Azka.

"Atas dasar apa, kamu menyuruh Aca tidak boleh dekat dengan laki-laki lain, termasuk Ayah nya?," bukanya menjawab, Fathur malah bertanya balik kepada Azka.

"She is mine," jawab Azka santai.

Fathur yang mendengar itu, langsung menatap Azka dengan senyum miringnya.

"Kau yakin?," tanya Fathur memandang remeh ke arah Azka.

"Hm," jawab Azka.

"Kamu tidak lupa kan, she's my daughter, dan akan selalu begitu, jadi, I can take it from you, kapan pun itu," ucap Fathur sambil menyeringai, setelah itu Fathur langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah taman belakang untuk menemui Aca dan istrinya.

Sedangkan Azka hanya diam, sambil menatap kepergian Fathur dengan tatapan datarnya, entah apa yang ada di pikiran Azka sekarang.

"Dan aku tidak akan membiarkannya," ucap Azka dengan suara dingin nya, dan ikut menyusul ke taman belakang.

Sedangkan di taman belakang, sekarang Zele sedang berusaha memberi penjelasan terhadap Aca.

"Dek, kalo sama Ayah gak boleh gitu ya, kasian Ayah, dia kangen banget sama adek, sampe rela-relain ke sini, tapi sesampainya di sini, adek malah gak mau peluk Ayah," nasehat Zele dengan lembut sambil mengelus rambut Aca.

"Emm, tapi kak Azka bilang, Aca gak boleh dekat-dekat laki-laki lain, kecuali kak Azka, Bunda," jawab Aca dengan mata-mata yang berkaca-kaca.

Zele yang melihat mata Aca berkaca-kaca, hanya tersenyum lembut menatap ke wajah Aca "yang di maksud Azka itu, laki-laki yang gak punya hubungan darah dengan Aca, jadi kalo Ayah dan para Abang-abangnya Aca itu gak papa, kan mereka masih Ayah dan saudaranya Aca," ucap Zele menjelaskan.

"Hiksss maafin Aca, kan Aca gak tau hiksss," jawab Aca menangis, karena merasa bersalah kepada Ayahnya.

"Kok minta maaf sama Bunda, minta maaf sama Ayah dong, kan Aca punya salah ke Ayah bukan ke Bunda," balas Zele.

"Iya hiks, Aca mau minta maaf ke Ayah," ucap Aca sambil terus menangis di pelukan Bundanya, hingga suara Fathur membuat Aca melepaskan pelukannya dari sang Bunda.

"Perinces, kenapa nangis sayang?," tanya Fathur berjalan menghampiri Aca dan istrinya.

"Ayah hikss," panggil Aca dan langsung berlari memeluk Fathur.

"Kenapa hmm?," tanya Fathur, sambil mengangkat Aca ke gendongannya.

"Maafin Aca hikss, tadi Aca udah gak mau hiks, peluk Ayah," jawab Aca, memeluk leher Fathur.

"Iya gak papa, Ayah sudah maafin perinces kok, udah jangan nangis lagi, nanti tenggorokannya sakit," balas Fathur.

"Iya hikss," jawab Aca.

Zele hanya tersenyum melihat interaksi Ayah dan anak tersebut, hingga pandangannya tidak sengaja melihat ke arah Azka yang berdiri tidak jauh dari sana.

"Azka, kenapa berdiri di situ, sini gih gabung," perintah Zele.

Azka pun menuruti perintah Zele, dan berjalan menghampiri mereka, sesampainya di sana, Azka langsung mendudukkan dirinya di bangku sebelah Zele.

Bocil Kesayangan Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang