15

13.8K 1K 1
                                    

Berkat bantuan Alexio aku menulis dan menerima balasan surat dengan cepat. Sungguh kekuatan sihir itu luar biasa ya? Rasanya seperti memakai ponsel pintar!

Jadi, Ayah dan Kakak mengizinkanku pergi karena alasan aku akan membeli gaun. Namun nanti sore Frey akan datang menjemputku. Kenapa mereka sampai seheboh begini? Terutama bagi Frey. Kenapa dia bahkan memaksa untuk menjemput? Aku jadi tidak punya alasan untuk menolaknya.

Ya sudahlah, intinya aku segera berangkat ke Exoryxi bersama Alexio. Kami menunggangi kuda yang sama karena jaraknya tidak terlalu jauh jika menunggangi kuda. Karena aku tidak dapat mengendarainya sendiri, dengan terpaksa Alexio mengizinkanku berada di kuda pribadinya.

Kuda hitam itu cukup gesit, ah bukan. Dia sangat gesit dan cepat. Untung saja salah satu tangan Alexio memegangi pingganggu agar aku tidak terjatuh. Dari jarak sedekat ini aku dapat mendengar jantungnya yang berdegup kencang seperti milikku. Dia seperti memelukku dari belakang saat ini!

Selama beberapa puluh menit akhirnya kami tiba pada sebuah ladang gandum yang sangat luas. Di ujung ladang jalanan setapak ini akan membawa kami memasuki hutan.

"Ini adalah ladang yang saya garap selama dua tahun belakangan. Karena dulu Exoryxi adalah kota yang kekurangan pangan, semenjak ada gandum semua masalah mulai teratasi. Kami bahkan memiliki pabrik roti yang akan membantu pemasokan utama di kekaisaran, terutama Ibu Kota dan Exoryxi tentunya."

Jelas Alexio padaku. Aku memahaminya. Dahulu Exoryxi adalah daerah kumuh di perbatasan Roseted. Namun semenjak Marquess terdahulu jatuh sakit dan posisi Marquess digantikan putranya, daerah itu mengalami kemajuan pesat. Mulai dari krisis pangan yang melanda serta krisis ekonomi dapat Alexio atasi dengan mudah.

"Anda sangat hebat. Dampaknya bahkan langsung terlihat. Ternyata runor yang mengatakan anda adalah orang cerdik memang bukan rumor belaka." Balasku menatap ladang gandum yang luas.

"Apa anda pernah berpikir kalau saya bodoh?" Tanya Alexio terdengar sedikit jengkel padaku.

Aku segera terkikik geli. "Mana mungkin! Saya tidak pernah berpikir demikian pada tunanganku tau!" Ucapku sedikit menggodanya lagi.

Aku berusaha menolehkan kepalaku ke balakang karena ingin melihat respon Alexio. Namun, karena kami sedang mengendarai kuda alhasil aku hampir saja terjungkal karena kaget.

Dengan sigap Alexio memeluk pingganggku lebih erat. Bahkan tubuh kami saling menempel . Wajahku kembali terasa panas. Kenapa hanya kepada Alexio wajahku dapat memanas seperti ini?!

"Berhenti menggoda saya! Anda adalah seorang mangsa jika anda dapat berpikir dengan jernih sekarang." Bisiknya pada telingaku. Tubuh belakangku segera terasa dingin. Dia terlalu dekat!

"Hai, Elliard!"

Sapaku ketika kuda Elliard mengimbangi kecepatan kuda Alexio yang melambat. Untung saja dia datang di saat yang tepat. Akhirnya tubuh Alexio segera sedikit menjauh dariku. Walau begitu lengan kirinya masih melingkar di pinggang kecilku.

"Anda yakin membawa Tuan Putri melewati hutan?" Tanya Elliard penuh kekhawatiran.

"Iya. Lagipula itu yang dia ingingkan." Jawab Alexio cuek dan dingin. Kontras saat dia berusaha menggodaku.

"Aku yang akan menjaganya secara langung. Lagipula kami juga menunggangi kuda yang sama." Lanjutnya tanpa ada bantahan.

Seperti yang Alexio perintahkan, kami segera melewati hutan yang gelap. Hutannya cukup luas bahkan di siang hari sinar matahari cukup sulit menembus kerimbunan pohon.

"Hutannya cukup gelap dari yang aku kira." Gumamku.

"Karena di sini selalu muncul monster jadi auranya terlihat gelap." Jelas Alexio mendengar gumamanku.

"Lalu kenapa anda tidak memusnahkan semuanya dengan sihir anda?" Tanyaku penasaran. Dia pasti dengan mudah membinasakan mahluk-mahluk itu kan?

"Benar. Namun karena letak tambangnya berada di dekat hutan serta memancarkan sihir membuat para monster terus muncul. Saya kurang tahu kenapa seperti itu. Tapi jangan khawatir! Saya sering melakukan pembasmian rutin tiap minggu." Jawab Alexio panjang.

Daerah seperti ini adalah jalan satu-satunya bagi Ehtelind untuk memasuki wilayah Roseted. Melihat kondisi hutannya, Ethelind akan jelas merasa terpojokkan lalu kenapa mereka masih memaksa akan melakukan invasi? Mereka itu bodoh atau bagaimana?

Alexio membawaku memasuki hutan lebih dalam. Banyak pohon serta bunga liar yang baru aku temui hanya di hutan Exoryxi. Aku cukup menyukai tour ini. Sangat indah dan begitu asri.

Alexio membawaku pada sebuah tebing dimana seluruh penjuru kota Exoryxi terlihat. Aku pernah melihat ingatan Grizelle tentang kota ini. Kota kecil penghasil anggur yang gagal, kini mulai berkembang dan menjadi luas. Aku tersenyum bangga akan kerja keras Alexio.

"Astaga~ kotanya sangat indah." Ucapku tanpa sadar.

"Saya senang mendengar pujian anda. Saya membangunnya dengan susah payah." Balas Alexio ikut memandang hasil jerih payahnya.

Sebuah perasaan mengganjal tiba di hatiku. Dengan kekuatan serta kecerdikannya, kenapa Alexio tetap bertahan pada posisi Marquess? Bahkan jika dia mau, dia bisa melakukan pemberontakan dan menjadi Kaisar.

"Bolehkah saya bertanya, Tuan Alexio?" Tanyaku menatap wajah Alexio dari bawahnya. Wajah tampan itu balas menatapku dengan tatapan waspada.

"Tentu, anda dapat menanyakan apapun." Jawab Alexio tanpa ragu.

"Dengan kekuatan dan kepintaran seperti itu, apakah anda puas jika hanya mendapat gelar Marquess?" Tanyaku pada akhirnya.

Dia terlihat kaget namun segera tersenyum indah padaku. "Karena saya memiliki orang yang ingin saya lindungi di kekisaran ini. Jadi saya tidak ingin Kerajaan ini hancur bahkan di tangan saya sendiri. Beliau orang yang sangat berharga."

Jawaban dari Alexio membuatku menutup mulutku rapat. Entah mengapa hatiku terasa sesak.

"Dia orang yang beruntung ya." Ucapku memaksakan seutas senyuman.

Alexio membalasnya dengan senyuman lebar lalu mengangguk. Setelah itu dia mengajakku menuju me kediamannya di Exoryxi.

Bodohnya aku! Hanya karena kamu terpesona olehnya kamu tidak boleh serakah!

Jika nanti kami sampai melangsungkan pernikahan, aku akan memberinya izin untuk selingkuh dengan orang yang sangat berharga bagi Alexio persis seperti apa yang dia katakan.

Karena ambisiku untuk melindungi keluargaku, Alexio tidak dapat bersatu dengan orang yang dia sayangi. Betapa buruknya aku saat ini.

Saat kuda Alexio kembali ke jalan yang ditempuh kepalaku berkecamuk hebat. Menurutku itu impas jika aku membiarkan perselingkuhan Alexio. Dia lelaki tampan bukan? Pasti akan ada banyak gadis yang mengantre padanya.

Tiba-tiba aku merasakan gerakan kecil dari kanan tubuhku. Rambut-rambutku serasa di tekan sesuatu. Ketika aku menoleh, aku mendapati kepala Alexio menatapku penuh penasaran seperti anak anjing.

"Apa yang anda pikirkan saat ini?" Tanya Alexio lembut seraya memacu kudanya.

Dengan jarak sedekat ini, serta memandang wajah tampan bak pahatan dewa gadis mana yang dapat bertahan. Aku yakin saat ini wajahku sangatlah memerah. Bahkan mulutku tidak mampu menjawab pertanyaannya.

"Anda terlihat cukup khawatir akan sesuatu. Saya akan memacu kudanya lebih cepat kalau begitu. Berada di dalam hutan tidak begitu baik untuk reputasimu." Ucap Alexio memacu kudanya lebih cepat. Dengan bertambahnya kecepatan kuda, tangan kirinya juga tambah memelukku erat.

Aku tidak dapat memungkirinya. Perasaan hangat saat tubuh kami berdekatan, serta degupan jantung saat kedua mata kami bertemu, apa mungkin aku bisa jatuh cinta pada manusia ajaib ini?

...

The Way To Protect My New FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang