37

7.5K 543 2
                                    

Setelah itu tidak ada yang terjadi. Aku melangkah keluar dari kamar Marchioness.

Hal pertama yang aku lihat adalah tubuh indah pria paling tampan di kekaisaran ini tengah bersandar pada dinding. Mata kelabunya menatapku dalam diam.

Lelaki itu perlahan menegakkan tubuhnya lalu menghampiriku. "Aku kira pembicaraannya akan lama." Ujarnya.

Aku menggeleng kecil. Tetaplah berakting menjadi putri yang menggemaskan jika di depan Alexio, Grizelle! Bersikaplah seolah kau tidak mendengar apapun!

Aku terus menyemangati diriku ketika berada di depan Alexio. Aku merasa goyah akan lelaki di depanku untuk saat ini. Pantaskah dia mendapatkan kepercayaanku setelah aku mendengar cerita Marchioness? Ataukah sebaliknya? Pantaskah aku untuk pria seperti dia?

"Kata Marchioness ada jalan keluar lewat belakang yang indah. Bisakah kita keluar lewat sana?" Tanyaku. Senyumku merekah guna membujuk Alexio.

Tubuh Alexio terlihat menengang untuk sesaat. Lelaki itu menetralkan raut wajahnya serta merilekskan tubuhnya dengan cepat setelah aku mengetahui hal itu.

"Tentu, ayo ikuti aku!" Ajaknya berjalan lebih dulu.

Aku mengikutinya dari belakang. Langkahnya yang biasa terlihat lembut kini berubah kaku. Langkah yang ia ambil ketika ia tengah berhadapan dengan para diplomat.

"Jika kau melihat sesuatu di sana, aku harap kau tidak menyesali permintaanmu." Ujar Alexio tanpa menoleh kepadaku.

"Tentu saja kau tahu aku tidak mudah goyahkan?" Balasku mengikuti langkah panjang Alexio.

Seperti yang aku inginkan, lorong yang didominasi warna putih tulang kembali menyambutku. Alexio membawaku masuk ke dalam lorong itu. Lorong yang awalnya didominasi warna putih secara perlahan berubah warna menjadi kelabu.

Lukisan anak laki-laki yang tengah dirantai menyambut penglihatanku. Di lukisan selanjutnya tampak Marquess tengah menyiksa anak itu dengan bara api. Tangannya terulur menyentuhkan sebatang besi yang diujungnya terdapat bara api ke pipi anak kecik itu.

Alexio tidak mengatakan apapun. Dia tetap berjalan tegap di depanku. Setelah lukisan itu, lukisan berikutnya menyambutku. Marchioness yang tampak membisikkan sesuatu pada Alexio kecil.

Tubuhku menegang melihat lukisan paling besar yang dipajang di sana. Lukisan yang menampilkan Alexio memohon ampunan pada Marquess dan Marchoness.

Aku mengingat perkataan Marquess yang mengatakan bahwa apa yang ia lukis pada kastil ini adalah suatu kesenangan baginnya.

Jadi, bagi oranng tua ini menyiksa anak mereka adalah suatu kesenangan?

Aku pernah membaca banyak komik yang menceritakan masa lalu seorang tokoh yang hampir sama dengan Alexio. Tapi mendengar serta melihatnya secara langsung membuatku merinding dan mual. Anak kecil itu mendapatkan penyiksaan dari kegagalan orang tuanya?

Perasaan gundah kini aku rasakan. Rasa bersalah serta rasa kasihan membuatku menatap Alexio dengan berbeda kali ini. Apa aku batalkan saja niatku memanfaatkan Alexio dan menjalankan kehidupan pertunangan yang normal dengan lelaki ini?

"Jangan melihatku dengan tampang seperti itu!"

Aku mendongak mendapati Alexio membalikkan tubuhnya. Ah, tanpa kusadari aku berhenti melangkah ternyata.

"Bagaimana kau bisa bertahan dengan semu ini?"

"Aku hanya mengikuti arus."

Bahkan lelaki ini menjawabnya seolah itu bukan hal yang serius untuknya. Kau sudah melalui banyak hal rupanya.

The Way To Protect My New FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang