Setelah upacara pernikahan yang diselenggarakan sampai hampir sore hari, para tamu dibiarkan beristirahat sejenak di ruangan mereka masing-masing sebelum waktu untuk pesta nanti malam.
Di dalam ruanganku, aku memandang jendela dengan cemberut. Selama upacara pernikahannya berjalan aku tidak melihat Alexio. Apa dia tidak datang? Atau ada masalah di perbatasan?
Aku membuka jendela dengan kasar. Setelahnya angin berhembus membuat suraiku sedikit berayun. Aku melihat pemandangan taman di kediaman Duke yang sangat cantik. Bahkan melebihi taman di Istana. Entah kenapa taman di sini lebih bewarna dan lebih segar. Berbeda dengan taman di Istana yang entah mengapa terasa sesak bagiku.
Aku memicing melihat seorang berbadan tegap berjalan dari gerbang kastil. Rambut hitamnya terlihat berantakan namun pakaiannya sangat formal. Ah, dia melakukan pekerjaannya lebih dulu ternyata.
Mata kami beradu dari kejauhan, sepertinya dia juga menyadari keberadaanku. Aku tersenyum dari jauh berharap dia dapat melihat senyuman itu. Namun harapanku pupus.
Alexio berbincang sejenak dengan Ayah Calix, memilih menghiraukanku. Aku cemberut dibuatnya, namun setelah itu mereka tampak berpisah. Alexio berjalan ke arah sini.
Jantungku berdetak tak karuan melihatnya berjalan ke arah jendelaku.
Curang sekali! Hanya berjalan saja Alexio terlihat seperti seorang dewa yang turun dari langit.
Mata kami saling mengunci satu sama lain. Kini Alexio benar-benar berada di bawah jendela ruanganku. Aku menaikkan tubuhku pada pinggiran jendela. Hal itu membuat Alexio membelalakkan matanya.
"TUAN PUTRI APA YANG ANDA LAKUKAN??!!" Panik Marie ketika aku melompat dari jendela.
Dengan sigap Alexio menangkap tubuhku. Aku memberinya senyuman lebar lalu menepuk bahunya beberapa kali.
"Anda menangkap saya dengan baik." Ucapku padanya.
"Anda membuat saya jantungan!" Seruan dari Marie membuatku terkikik geli. Aku menatap wajah Alexio dari bawah. Rahangnya selalu tegas seperti biasanya. Dia tampak sedikit jengkel saat ini.
"Tadi adalah hal yang membahayakan, Tuan Putri!" Ucap Alexio membantuku berdiri di tanah.
"Saya hanya bosan. Lalu saya melihat anda."
"Apa kau menungguku?"
Aku tampak berpikir sejenak. Aku tidak sebegitunya merindukan lelaki ini sih. "Tidak juga. Saya hanya ingin bertanya kenapa anda tidak datang di upacara penikahannya?"
Alexio mengusap surainya ke belakang. "Ada sedikit masalah yang harus aku bereskan."
Alexio memicingkan matanya melihatku. "Bukankah kita bisa berbicara santai jika hanya berdua seperti ini? Kenapa kau begitu formal padaku?" Protesnya, tersengar nada bicaranya sedikit kasar dalam memprotes.
Aku tertawa geli. "Baiklah! Kau romantis sekali ya sebagai tunanganku!"
Alexio mengerutkan dahinya. "Ngomong-ngomong soal pertunangan, sampai kapan kau akan bertunangan denganku? Apa ada sebuah batas waktu?"
Aku terdiam. Benar juga, sampai kapan aku akan sperti ini dengan Alexio. Tujuan awalku bertunangan dengan Alexio karena provokasi yang akan dilakukan Ethelind, lalu setelah itu? Apa kami akan berpisah menjalani kehidupan kami masing-masing? Sangat di sayangkan karena Alexio memiliki wajah yang sulit untuk ditinggalkan.
"Selagi kau masih tampan, kau masih tunanganku!" Jawabku seadanya. Kita bisa memikirkannya nanti, yang penting saat ini adalah keamanan negri yang tengah dipimpin Ayah.
"Kesehatan Ayah menurun belakangan ini." Gumamku padanya.
Alexio mengulurkan tangannya padaku. Aku menaikkan salah satu alisku bertanya mengapa dia melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Protect My New Family
FantasyNerissa, seorang gadis pengangguran yang sering membaca komik. baginya menamatkan satu serial komik dalam tiga hari adalah sebuah kewajiban. namun secara tiba-tiba, dia tertidur pulas dan tidak bangun lagi, jantungnya berhenti berdetak. Apakah Neris...