34

7.8K 564 0
                                    

Karena teriakan Graciano sontak aku membalikkan badan. Pemandangan mengerikan segera menyambutku. Seperti dugaanku, goblin besar membuka mulutnya lebar-lebar hendak memangsa kami. Tubuhku kaku serta gemetar. Otakku mati seolah aku tidak dapat memikirkan apapun untuk saat ini.

Namun sebilah sihir terang menyembur dari belakangku menghancurkan kepala goblin itu. Efeknya cukup besar membuat tubuhku dan Marie terpental cukup jauh. Untung saja sebuah pohon besar siap menyambut tubuhku hingga tabrakan antara tubuh kecil ringkihku membentur dahannya.

Aku meringis karena merasa nyeri di kaki. Mataku segera menolah ke segala arah mencari keberadaan Marie. Aku dapat bernapas lega karena dia menabrak tubuh salah satu kesatria di sana.

Sebuah pelukan erat menyambut tubuhku kala aku menunduk. Bau harum ini segera membuatku tenang.

"Untung saja kau tidak apa-apa. Jantung Ayah terasa terhenti melihatmu seperti tadi." Ujar Ayah mengeratkan pelukannya.

Aku membalas pelukan itu dengan sama eratnya. Aku membenamkan wajahku tepat di bahu besar Ayah. Air mataku tak bisa ku bendung lagi. Jelas saja aku ketakutan. Siapa juga yang tidak takut ketika kematian berada di depan mata. Tubuhku sampai bergetar hebat.

Pelukan kami terlepas kala Ayah mengecek keadaan tubuhku. Kedua tangan Ayah menangkup pipiku lalu menolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan. Dia akhirnya menghembuskan napasnya lega karena tidak mendapati luka serius di tubuhku.

Aku mengedarkan pandanganku, para monster telah hangus terbakar semua. Aku tahu ulah siapa itu, namun yang membuatku tak dapat mengalihkan pandanganku adalah ketika Frey dan Calix tengah berbincang-bincang.

"Bagaimana dengan perjalanannya? Aku inggin segera pulang." Tanyaku terdengar lemah.

Ayah membelai rambutku lembut. "Keretanya hancur. Bagaimana kalau kau dan Duke Calix berkuda saja? Dia juga akan menyembuhkan lukamu." Ujar Ayah menyatukan telapak tangan kami.

Aku segera menggeleng serta menatap Ayah dengan horor. "Saya ingin berkuda dengan Graciano saja." Tolakku halus.

Ayah menggeleng cepat. "Ayah merasa aman jika kau berkuda dengan Duke Calix."

Aku mendesah kesal. Rasa nyeri di kaki lantas kembali datang. Seolah tahu rasa sakitku, Ayah segera memperhatikan kaki kananku yang terkilir.

Calix datang dengan menundukkan kepalanya. "Seluruh monster telah binasa, Yang Mulia." Ujarnya tanpa menatap padaku.

"Bagus. Aku ingin kau yang menjaga Putri Grizelle. Frey akan menjaga Julie karena itu aku tidak tenang jika Grizelle tidak memiliki penjagaan yang aman. Aku takut hal seperti tadi terulang. Aku harap kau profesional, Duke Calix!" Perintah Ayah.

Aku mencebik kesal. Kenapa harus Calix sih?

"Atas perintah anda, Yang Mulia." Ucap Calix menyanggupi. Sial, aku benci menatap wajahnya.

Tidak ada waktu untuk beristirahat lagi, kami segera meneruskan perjalanan. Aku membisu sepanjang jalan dengan Calix di belakangku. Rasa canggung dan risih segera aku rasakan karena tatapan Calix menatapku cukup tajam.

Kami menyusuri hutan dengan memacu kuda dengan cepat. Seolah kehabisan waktu, kuda Calix mengikuti kuda Ayah yang memimpim rombongan ini. Sangat di sayangkan kereta kuda kami yang mahal hancur lebur akibat serangan monster.

Sinar matahari kembali hadir beberapa saat setelah perjalanan kami. Aku sama sekali tidak tertidur selama perjalanan, selain karena Calix yang berada di belakangku, aku juga ingin memastikan sesuatu. Karena itu tubuhku terasa sakit semua.

Sinar matahari menyeruak menyinari pedalaman hutan yang gelap. Tanah lapang segara menyambut kami bebarengan dengan terbitnya sang fajar. Dari ujung sana aku dapat melihat gerombolan di perbatasan Kota dengan hutan.

The Way To Protect My New FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang