Marchioness Arabella segera membalas surat yang aku kirim. Beliau mengundangku pada sebuah pesta minum teh di kediamannya. Aku menyiapkan diriku lebih dahulu, topik hari ini cukup berat jadi aku harus berhati-hati dalam berucap.
"Aku akan pulang lebih lama dari sebelumnya. Katakan seperti itu jika ada yang mencariku." Ucapku pada Marie.
Marie selalu menganggukkan kepalanya patuh. Aku dan Graciano segera berjalan menuju gerbang Istana. Dalam perjalanan kami, Istana yang dikhususkan untuk kediaman keluarga kaisar cukup ramai. Sepertinya Julie mulai mengundang orang-orang kemari guna menyiapkan pesta.
Aku menaikkan salah satu alisku kala berpapasan dengan Countess Talisa. Countess memberiku salam sehingga aku membalas sapaan itu. Aku tersenyum ramah padanya.
"Anda kemari membantu Putri Julie?" Tanyaku ramah.
Countess Talisa tertawa kecil. "Suatu kehormatan bagi saya, Yang Mulia." Balasnya.
Aku membalas tawa itu dengan kekehan kecil. "Saya harap anda membimbing beliau dengan baik, Countess. Anda adalah salah satu orang yang bisa saya percaya." Ucapku memegang bahunya.
Countess menganggukkan kepalanya. "Saya merasa tersanjung, Yang Mulia." Balas Countess menundukkan kepalanya.
"Saya sudah membuat rencana bertemu seseorang hari ini. Semoga hari anda selalu cerah Countess, saya pergi dulu." Pamitku padanya.
Countess membungkuk. Aku segera meninggalkan lorong itu menuju gerbang. Kereta kuda yang telah disiapkan menungguku dengan pintu terbuka. Graciano segera berdiri di samping pintu dengan uluran tangannya.
"Pastikan telingamu terbuka lebar!" Ucapku sebelum menaiki kereta kuda.
"Seperti yang anda inginkan, Yang Mulia. Informan telah mengirim surat, nanti sore setelah anda kembali, surat itu akan datang." Jawab Graciano tanggap.
Aku melirik padanya sejenak sebelum aku memasuki kereta kuda. Aku mendudukkan tubuhku di kursi penumpang dalam diam. Walau sofanya empuk, goncangan akibat tidak meratanya jalan membuat perutku serasa diaduk.
Kami tiba di kediaman Marchioness Arabella tiga puluh menit kemudian. Aku disambut sangat ramah di sana seperti biasa. Kali ini Marchioness juga mengundang Iris, sepertinya mereka melakukan transaksi yang saling menguntungkan.
Marchioness Arabella membawaku ke tempat dimana Iris juga tengah menunggu. Kami melakukan pesta minun teh di salah satu ruangan yang disiapkan. Jendela terbuka lebar sehingga ruangan itu tidak tampak gelap sama sekali.
"Anda menunggu lama?" Tanyaku setibanya di sana. Iris menggeleng pelan sebelum meminum tehnya.
Aku duduk di depan Iris sementara Marchioness Arabella duduk di sampingku. Beliau segera membuka pembicaraan ini.
"Katanya ada yang ingin anda bicarakan, Yang Mulia. Apa itu?"
Aku menegak teh yang telah disiapkan untukku. Tehnya masih hangat, enak sekali rasanya sangat segar.
"Putri Julie akan mempersiapkan persiapan pernikahannya sendiri." Jawabku dengan tenang.
"Bukankah itu bagus? Anda tidak perlu pusing atas semua itu." Sahut Iris dengan cepat.
"Dia tidak membutuhkan bantuan Kepala pelayan. Tadi pagi Duchess Emma sudah buru-buru datang ke Istana. Bahkan ketika saya hendak kemari, saya berpapasan dengan Countess Talisa." Ucapku menunggu reaksi Marchioness Arabella.
Bisa dikatakan Countess Talisa dan Marchioness Arabella adalah rival sejati di dunia sosial. Perkumpulan Marchioness Arabella dikenal sangat frontal dan bar-bar sementara perkumpulan Countess Talisa dikenal lebih lembut seperti beliau. Tapi semua orang tahu siapa pemegang tahta dunia sosial saat ini. Tentu antara Putri Grizelle yang gila dan Marchioness Arabella yang bar-bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Protect My New Family
FantasyNerissa, seorang gadis pengangguran yang sering membaca komik. baginya menamatkan satu serial komik dalam tiga hari adalah sebuah kewajiban. namun secara tiba-tiba, dia tertidur pulas dan tidak bangun lagi, jantungnya berhenti berdetak. Apakah Neris...