Sepanjang acara aku menahan rasa sakit yang tidak dapat aku jelaskan. Seluruh tubuhku terasa terbakar dan remuk bersamaan.
Selama acara tentu ada banyak orang yang mendatangiku. Mereka seperti gerombolan burung kenari yang tengah berkicau.
Untung saja Alexio segera datang dan membawaku pergi. Aku tak lupa berpamitan pada semua tamu dengan alasan kesehatanku yang menurun karena perubahan musim.
Alexio membawaku ke kamarku. Di dalam sana Marie segera melepas jubahku serta menyiapkan ranjang.
Alexio mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. Ia meletakkan tubuhku di atas pangkuannya. Tangan kekarnya menggulung rambutku ke atas menampikan leher jenjangku.
Laki-laki itu merebahkan kepalaku tepat di atas dada bidangnya. Perlahan aku merasakan sentuhan halus mengenai pucuk kepalaku. Tangan kanan Alexio melingkari pinggangku erat, mendekatkan tubuh kami. Ia mengecup ujung kepalaku pelan dan cukup lama.
Rasa sakit itu perlahan menghilang seiring sentuhan yang diberikan Alexio padaku. Aku menutup mataku menahan rasa nyeri yang tersisa.
"Jangan tahan! Lepaskan saja semuanya!"
Perinta Alexio mengalir bersamaan dengan darah yang mengalir dari mulutku. Aku terkejut melihat darahku mengenai pakaian mahalnya.
"Maafkan aku!" Ucapku berusaha membersihkan noda kemerahan itu.
Alexio menangkap gerakanku dengan tangan kirinya. Dengan tangan itu ia kembali meletakkan tanganku di kedua sisi.
Jemari lentiknya membelai daguku. Aku merasa ia tengah menggodaku saat ini.
Secara perlahan wajahnya mendekat. Aku secara natural menutup kedua mataku menanti apa yang akan ia lakukan.
Benar saja, setelah aku menutup kedua mataku, aku merasakan sentuhan basah di kedua kelopak mataku secara bergantian.
Tanpa sadar aku tersenyum kecil. Aku tidak tahu Alexio mengetahui senyuman kecilku atau tidak. Yang jelas kecupan kecil itu turun ke hidung lalu mengecup bibirku berkali-kali.
"Sudah merasa lebih baik?" Tanyanya dengan nada paling lembut.
"Aduh, aku merasa kesakitan..."
Lelaki besar ini tertawa mendengar jawabanku. Ia tidak merasa terbebani atau risih, Alexio justru mengeratkan pelukannya.
"Kau harus istirahat!" Titahnya terdengar mutlak.
Ia merebahkan tubuhku ke ranjang lantas menaikkan selimut sampai dadaku. Tangan kekarnya mengelus helaian rambutku, perlahan rasa kantuk mendera. Mata ini kian meredup bersamaan dengan elusan hangat dari kekasihku, Alexio.
...
Kicauan burung di Kekaisaram Roseted selalu terdengar ramai. Musim dingin telah tiba, artinya beberapa kegiatan dihentikan. Para masyarakat cenderung menghangatkan tubuh mereka di dekat perapian, sepertiku.
Marie menyediakan coklat panas serta beberapa camilan manis di meja. Sementara itu ia dan aku duduk di sofa dekat perapian dengan alat rajut di tangan kami masing-masing.
Aku termasuk orang gila bukan? Di saat kesehatan kaisar kian menurun aku malah sibuk merajut.
Sebenarnya tidak juga, aku merajut syal ini atas perintah kaisar. Tubuh kaisar tentu membutuhkan penghangat di kala musim dingin. Beberapa waktu lalu ia memintaku membuatkannya syal.
Untung saja di kehidupan terdahuluku aku pandai merajut, jadi membuat syal adalah hal mudah buatku.
Sore harinya setelah aku menyelesaikan rajutanku, aku segera menuju kamar Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Protect My New Family
FantasyNerissa, seorang gadis pengangguran yang sering membaca komik. baginya menamatkan satu serial komik dalam tiga hari adalah sebuah kewajiban. namun secara tiba-tiba, dia tertidur pulas dan tidak bangun lagi, jantungnya berhenti berdetak. Apakah Neris...