Hallo everyone welcome to this part of DANGEROUS GIRL
Apa kabar kalian semua, bertemu lagi dengan kisah keren dari Luzia dan teman-temannya
Semoga kalian suka
Happy reading
************
"Terkadang dibutuhkan ketenangan agar pikiran yang tadinya ramai mendadak sepi."
-Rendi Bristandey-************
"Tidak semua tempat ramai menyimpan kebahagiaan, terkadang tempat sepi lah yang menjadi incaran kedamaian."
-Celine Evandebaron-************
Terdengar suara gerbang dibuka, tak lama disusul suara gesekan ujung payung menyentuh jalanan paving blok, sedikit seram namun tak menakutkan. Seorang gadis berjalan pelan mengenakan dress hitamnya, melewati banyaknya gundukan tanah dilengkapi batu nisan.
Suasana malam hari yang mencekam, banyak burung hantu bersuara keras, belum lagi udara dingin merambat lurus menyentuh kulit putihnya.
Kedua kakinya terus melangkah, membelah jalanan paving blok hingga tiba di dekat dua gundukan tanah. Dirinya berjongkok di antara kedua gundukan tanah, tak terasa kedua matanya memanas hingga meneteskan cairan bening.
Tangannya bergetar hebat kala menyentuh batu nisan bertuliskan Mando dan Zena, mereka adalah orang tua Luzia yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Mereka meninggal tepat di hari ulang tahun Luzia, hal yang membuat Luzia sangat membenci hari ulang tahunnya.
Hampir setiap tahun Luzia tak pernah merayakan hari ulang tahunnya, meski Darwin mengajaknya untuk merayakan, Luzia selalu menolak, gadis itu juga menolak semua kado ulang tahun yang Darwin berikan. Mulai saat itu Darwin berfikir untuk membelikan kue dan memberi hadiah pada Luzia jika dirinyalah yang tengah berulang tahun.
"Maafin Luzia baru datang lagi sekarang." Luzia mendudukkan diri di antara dua gundukan tanah. Dress hitamnya Luzia biarkan kotor begitu saja, gadis itu bahkan membaringkan tubuhnya di antara makan Mando dan Zena.
"Luzia kangen banget sama Ayah, sama Bunda juga. Kenapa kalian nggak pernah muncul di mimpi Luzia? Apa Ayah sama Bunda udah nggak sayang Luzia lagi?" manik mata Luzia menatap indahnya langit di malam hari, banyak bintang bertaburan, ada juga bulan yang bersinar terang.
Bukannya takut karena di area pemakaman, Luzia justru merasa senang. Ia ingin tidur bersama kedua orang tuanya untuk malam ini, tapi kira-kira ada orang yang melihatnya tidak yah? Jangan sampai orang-orang menganggapnya gila karena tidur di area pemakaman.
"Luzia mau cerita, Luzia selalu mimpi anak kecil, namanya Arlen. Udah lama Luzia selalu mimpiin dia, Luzia jadi heran." Kini Luzia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Gadis itu melepas high heels yang berwarna senada dengan warna dress-nya, lantas meletakkannya di samping kaki.
"Terus Luzia juga ketemu sama cowok, namanya Fazael. Dia selalu ngingetin Luzia sama mimpi Arlen, mereka itu orang sama atau cuman mirip aja? Harusnya kalau kita temenan dari kecil, Luzia bisa inget dia kan?" Luzia memijat kepalanya yang mendadak pusing. "Tapi Luzia nggak inget apapun."
"Luzia jadi takut." Gadis itu menunduk sedih, akhir-akhir ini Luzia tak bisa tidur nyenyak. Setiap kali tidur ia hanya memimpikan Arlen dengan luka di sekujur tubuhnya. Luzia selalu menangis melihat itu, bukan hanya dalam mimpi, bahkan sampai terbangun pun Luzia akan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEY ARE DANGEROUS GIRLS [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA LUZIA KAZUHA DAISIES penari ballet yang berusaha mengungkap misteri kelam, misteri yang sudah berlangsung begitu lama namun sang pelaku tak kunjung ditemukan. FAZAEL GRANIA MADITA pendiri agen perdagangan senjata guna menghanc...