Part 34. Evil Psychopath Hideout

11 1 0
                                    

Hallo everyone welcome to this part of DANGEROUS GIRL

Jumpa lagi hari yang bahagia ini, bagaimana kabar kalian?

Semoga sehat dan baik-baik aja, sebelum itu mari kita lanjut

Happy reading

************

"Dia bertindak seolah-olah memberi kasih sayang namun nyatanya merenggut kebahagiaan."
-Fazael Grania Madita-

************

Gelak tawa terdengar menyapa untuk pertama kalinya dua orang wanita menjadi seorang ibu untuk satu orang anak, memberi kesan tenang bahwa tak perlu adanya pertikaian untuk mewujudkan apa yang kita inginkan.

Ruangan besar nan luas berwarna putih bersih dilengkapi fasilitas mewah dengan dinding-dinding terdapat berbagai macam gambar juga lukisan berdiri kokoh. Di salah satu sisi dinding terdapat sebuah foto dilengkapi bingkainya menempel indah, seorang anak laki-laki tengah tertawa bahagia di pelukan ibunya.

Jika diingat-ingat entah sudah berapa lama kenangan itu terlewat. Mengingatnya saja berhasil menciptakan parutan rasa sakit tak berdarah. Sungguh masa-masa yang mungkin bisa terulang lagi atau bahkan tidak. Masa-masa awal sebelum semuanya berakhir kacau seperti sekarang.   

Terdengar suara bel rumah berbunyi, kira-kira siapa yang datang? Spontan perbincangan hangat menemani siang hari ini terhenti sejenak. Mereka saling tengok menengok berusaha menebak siapa yang datang berkunjung.

"Biar Zira aja yang buka," ucap seorang gadis bernama Zira. Gadis itu mengarah ke pintu lantas membukanya.

"Kalian?" betapa terkejutnya Zira melihat kedatangan dua orang yang sangat dinanti-nantinya. Senyum bahagia terbit saat itu juga. "Luzia sama Kak Fazael ke sini?" tanya Zira kegirangan. Refleks ia memeluk kakaknya. "Kakak ke mana aja? Bunda nyariin, Bunda sama Zira khawatir banget sama kakak."

Sungguh Fazael tak bisa mendeskripsikan perasaan apa ini, sejak kapan dia mempunyai keluarga yang begitu mengkhawatirkan kepergiannya? Atau sekarang Fazael hanya bermimpi? Bahkan Fazael sama sekali tak membalas pelukan Zira. Rasanya sangat asing walau masih satu aliran darah.

Pulang sekolah tadi Luzia mengajak Fazael untuk berkunjung ke rumah Denira, gadis itu teringat akan janjinya pada Zira yang sudah lama terlewat. Awalnya Fazael menolak, namun Luzia memaksanya secara kasar. Luzia bahkan mengancam Fazael jika dia tak mengunjungi Denira maka rumah Denira akan runtuh saat itu juga.

Mendapat paksaan yang begitu sadis alhasil Fazael menurut, karena sebenarnya Fazael juga sangat ingin menemui Denira. Setiap hari wanita itu pasti menggelincir di pikiran Fazael. Terkadang Fazael bertanya-tanya, bagaimana keadaan Denira saat ini? Apa bundanya itu baik-baik saja?

Kadang juga Fazael berfikir, apa Denira menghawatirkan keadaannya? Atau sama sekali tidak peduli bagaimana kehidupannya? Tapi, Fazael rasa Denira pasti merindukannya. Meski terbilang jahat hati seorang ibu tak pernah berbohong, sejahat apapun itu jiwa keibuan lah yang menjadi pemenang.

"Ayo masuk," ajak Zira menggandeng tangan Fazael dan Luzia. Menuntunnya mendekati Denira dan Ghea yang sudah menunggu.

Seperti Zira, Denira juga sama terkejutnya, benarkah apa yang dirinya lihat? Sungguh Denira sangat bahagia, tak terasa kedua matanya mulai berkaca-kaca. Baru Denira saksikan selama dirinya hidup Fazael menginjakkan kakinya di rumah sepi ini. Entah keajaiban apa yang mampu mendatangkan putranya untuk berkunjung.

THEY ARE DANGEROUS GIRLS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang