Part 6. Cruel Ballerina

26 11 1
                                    

Hallo everyone welcome to this part of DANGEROUS GIRL

Tak mau basa-basi kali ini kalian langsung baca saja oke?

Happy reading

************

"Jika setiap ucapan yang aku keluarkan hanya sampah, lantas ucapan seperti apa yang menurutmu madu?"
-Luzia Kazuha Daisies-

************

Suasana kelas terlihat sangat ramai, entah murid laki-laki ataupun perempuan semuanya tengah bergosip membahas hal tak penting, seperti halnya Luzia dan tiga temannya.

Pagi indah yang ditunggu banyak murid, yakni tidak ada guru yang masuk alias jamkos. Tentu saja mereka senang, jamkos di pagi hari adalah mukjizat paling dinanti-nanti oleh semua murid. Dan pagi ini mukjizat itu datang, dan tentunya mereka menikmati itu.

Luzia, Riana, dan Celine tak henti-hentinya tertawa mendengar kisah konyol dari mulut Rere, bisa-bisanya gadis itu berbelanja tapi tak membawa uang sama sekali, kalau Luzia di posisi itu mungkin ia akan menelpon bodyguardnya untuk mengambilkan kartu, tidak seperti Rere yang malah meminjam uang Kenzo.

"Lagian sih lo, lupaan banget jadi orang." Riana berkomentar sambil menahan tawa.

"Kayak lo nggak lupaan aja," bibir Rere mengerucut kesal.

"Kalau soal uang, gue nggak bakalan lupa sih." Luzia menyumbangkan monolognya.

"Uang gue kan banyak, jadi sampai lupa deh." Rere tak mau kalah.

"Uang gue lebih banyak, tapi nggak lupa tuh." Luzia berbangga diri.

"Iya iya, Si paling kaya."

Berbeda dengan tiga temannya, saat ini Celine hanya diam. Ingin menimbrung tapi pikirannya sedang tertuju ke tempat lain, hatinya risau pikirannya apa lagi. Celine ingin bercerita tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat, alhasil gadis hanya diam dan memperhatikan tiga temannya mengobrol.

"Celine, kok lo diem aja sih?" Riana lebih dulu menyadari keterdiam Celine.

"Nggak papa."

"Kalau ada apa-apa cerita sama kita, kali aja kita bisa bantu." Kini Luzia ikut berbicara.

"Nggak papa, gue cuman pengin diem aja."

"Gimana hubungan lo sama Kak Fazael?" Luzia tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan dadakan dari Rere.

"Gue? Ada hubungan sama Kak Fazael? Sejak kapan?" tanya Luzia memastikan bahwa pendengarannya tidaklah salah.

"Iya, kelihatannya Kak Fazael kayak tau sesuatu tentang lo." Riana ikut menimbrung. Namun tidak dengan Celine yang masih memilih diam.

"Sok tau palingan."

"Gitu ya?" Luzia mengedikkan bahunya seolah tak peduli dengan pertanyaan Riana.

Tak jauh berbeda dengan rombongan Luzia, kini kelas XII IPS 1 tengah dilanda hal yang sama, guru mapel pagi ini juga tak mendatangkan diri, entah ke mana perginya yang jelas seisi kelas merasa sangat diuntungkan.

Fazael menangkupkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja, tubuh dan pikirannya sangat lelah, akhir-akhir ini Fazael tak mempunyai waktu istirahat yang cukup. Madita selalu memarahi dan memukulinya, sedangkan Denira tak peduli sama sekali, meski wanita itu baik tapi Fazael belum pernah merasakan kasih sayang darinya.

Meski berat, Fazael tetap membantu Denira mencari keberadaan anak keduanya, mungkin itu hal yang sulit karena Fazael tak mengetahui apapun tentang adiknya itu.

THEY ARE DANGEROUS GIRLS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang