~32~

689 11 0
                                    

Happy Reading
*
*
*
*
*

"Arghh"teriak Riana saat cambuk itu mengenai tubuh nya.

"Sakit?"tanya Ayana tersenyum lebar.

"Ini belum seberapa jalang! Kau harus merasakan apa yang dirasa kan anak ku"lanjut Ayana mengangkat tinggi cambuk yang ia genggam.

Brak

Ctarr

Bunyi pintu yang didobrak bersamaan dengan bunyi cambuk membuat mereka saling menoleh.

"Bangsat!"ucap laki-laki yang tadi mendobrak pintu. Sedang Ayana mundur selangkah saat laki-laki itu berlari kearah nya.

"Bang"panggil lirih Riana pada orang didepannya.

" Iya ini abang Willi, kamu akan sekarang, bertahan ya sayang"ucap Willi membuka ikatan pada tubuh Riana.

"Bawa dia ke markas"perintah Willi pada Zico yang juga ikut mencari Riana.

Riana dibawa oleh Willi sedangkan Zico menyeret paksa Ayana sampai dipukul kepala belakang Ayana hingga pingsan.

Riana dibawa ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit Riana langsung ditangani oleh dokter.

"Bagaimana dengan Riana?"tanya Mala baru sampai rumah sakit setelah mendapat kabar dari Willi.

"Belum nek"jawab Willi lesu menatap tangan nya penuh dengan darah Riana.

"Cuci tangan mu Wil"ucap Mala melihat tangan Willi.

"Iya nek"jawab Willi lalu menuju toilet untuk mencuci tangan nya.

Setelah kepergian Willi, Zico datang diikuti Marvel dan satu laki-laki muda seumuran Riana.

"Ana nek?"tanya laki-laki muda itu pada Mala.

"Belum" jawab Mala.

"Kau menangkap nya?"tanya Mala pada Zico.

"Iya ada di markas"jawab Zico.

"Bagaimana bisa terjadi?"tanya Marvel penasaran dengan terjadinya penculikan Riana.

Zico pun mulai menceritakan dari awal hingga akhir yang ia ketahui. Mereka yang mendengar sahabat Riana juga terlibat didalam nya shok, emosi, marah, sedih menjadi satu. Namun saat tau informasi penculikan itu diberi tahu oleh sahabat Riana molly dan Java mereka sedikit meredakan emosi sedikit terhadap mereka.

"Jadi dimana kedua bocah itu?"tanya Mala pada Zico.

"Mereka menyerahkan diri ke kantor polisi nek"ucap Zico, mereka mengangguk mengerti. Bukan kah artinya kedua sahabat Riana itu sedikit memiliki hati yang baik untuk Riana, buktinya mereka menyerahkan diri lebih dulu ke kantor polisi sebelum Riana bertindak.

"Bocah-bocah pintar"ucap Mala tersenyum simpul.

Bunyi pintu ruangan tempat Riana berada terbuka membuat mereka mengalihkan pandangan kearah dokter yang menangani Riana.

"Bagaimana keadaan cucu saya?"tanya Mala dingin.

"Kondisi nya kritis, banyak luka di sekujur tubuh nya, dia juga banyak kehilangan darah. Untuk itu kita hanya bisa menunggu dan berdoa yang terbaik untuk cucu anda"ucap dokter itu panjang lebar.

Fiana Or Riana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang