~34~

673 10 0
                                    

Happy Reading
*
*
*
*
*

"Hoho lihat, aku yang mendidik nya"ucap Zico menunjuk bakat Riana yang sedang menusuk betis Ayana.

Willi dan Rama yang mendengar itu menatap sinis Zico.

Kembali ke Riana, kali ini Riana mengganti pisau nya dengan palu dan paku. Paku tersebut ia letakkan di punggung tangan Ayana lalu paku tersebut di pukul menggunakan palu secara perlahan-lahan. Ayana hanya dapat memberontak dalam ikatan nya, suaranya hanya dapat keluar dan tertahan di kerongkongan diakibatkan mulut nya masih tertutup.

Kedua tangan Ayana menjadi sasaran paku-paku dari Riana. Bukan itu saja Riana juga mencabut satu-satu kuku Ayana menggunakan tang bahkan sekarang gigi-gigi Ayana juga menjadi sasaran nya. Dari atas hingga bawah Riana mencabut nya tanpa membuka kain pada mulut Ayana.

Kejam itu lah gambaran sosok Riana saat ini, ketiga laki-laki yang berdiri dibelakang Riana sudah terbiasa melihat apa yang dilakukan Riana.

Sikap dan sifat seperti ini lah sebenarnya sosok Riana. Sosok kejam, dingin, tanpa perasaan dengan musuh dan orang-orang yang mengusik nya.

"Eksekusi terakhir"ucap Riana mengangkat tinggi katana yang ia ambil dari meja bersusunkan senjata tajam.

Shing.... Sherr....

Suara katana yang memotong tubuh Ayana dari arah bahu kiri hingga ke pinggang kanan Ayana membuat darah terciprat ke segala arah bahkan mengenai tubuh Riana.

"Huh akhirnya selesai juga"gumam Riana melempar katana nya kesamping.

"Oi bang kirim kebajingan itu"ucap Riana melepas sarung tangan yang ia gunakan sejak tadi.

"Siap"ucap Zico lalu menyuruh anak buah nya membawa potongan tubuh atas Ayana untuk di kirim ke seseorang.

"Aku mau mandi dulu"ucap Riana berjalan lebih dulu menuju kamar mandi yang tersedia disana.

Zico sudah pergi dengan anak buah nya tadi, sedangkan Willi dan Rama sedang mengangkat tubuh bawah Ayana untuk dibawa menuju kandang buaya dengan menggunakan karung.

Sesampainya di kandang buaya keduanya melempar setengah tubuh Ayana ke arah 5 buaya putih yang ada dibalik kandang tersebut.

"Pyuh" tiup Rama pada tangan nya seolah-olah ada debu.

Tiba-tiba handphone Wili berbunyi membuat kedua beralih memandang handphone Willi.

Disana tertera nama Zico yang sedang mengajak panggilan vidio. Keduanya menaikkan alis sebelah, tumben sekali pikir mereka.

Willi pun menggeser tombol biru pada layar.

"Halo halo"ucap Zico seberang sana.

"Kenapa sih"ucap Rama.

"Tara"ucap Zico dengan menunjukkan sebuah kotak kado berukuran cukup besar berwarna merah dengan berbagai hiasan.

"Apaan itu? Jangan bilang!"ucap Rama membayangkan sesuatu didalam kado tersebut.

"Betul sekali"jawab Zico.

"Kenpa bang?"tanya Riana yang baru saja selesai dengan tubuh nya

"Tuh"tunjuk Rama pada layar handphone Willi.

"What! Gak gitu juga kali bang!"ucap Riana tak percaya dengan jalan pikiran Zico.

"Tunggu saja reaksi bajingan itu hahaha"ucap Zico diakhiri tawa nya yang keras, lalu memutuskan panggilan vidio itu secara sepihak.

"Sinting"ucap ketiganya.

----------

Di lain tempat seorang laki-laki paruh baya sedang bersantai di dekat kolam renang sebuah vila. Dari kejauhan para anak buah nya seperti membawa sebuah kotak kado berukuran cukup besar ke arah nya.

"Hm apakah itu sebuah kado yang berisi berlian"gumam paruh baya itu.

"Atau kado dari kekasih ku"ucap nya dengan senyum yang mengembang penuh percaya diri.

Setelah kado itu sampai dihadapan nya, ia pun menyuruh anak buah nya untuk membuka kado tersebut.

"Apa-apaan ini!"teriak nya melempar gelas ke sembarang arah.

"Siapa yang mengirim ini!?"tanya nya masih diselimuti emosi.

"Ini tuan ada surat di tubuh nyonya"ucap anak buah nya yang menemukan surat potongan tubuh atas milik perempuan paruh baya yang tak lain adalah nyonya besar mereka.

Laki-laki paruh baya itu mulai membaca kalimat yang tertulis diatas kertas tersebut. 'Bagaimana hadiah nya lucu kan? Tentu aja aku yang membukusnya dengan baik. Oh iya ada salam dari seseorang 'bungkus kebusukan mu atau kau buang, jika tidak akan ku bungkus dan kubakar hidup-hidup' pesan dari nya, taruh dikepala mu kalau perlu buat kan memori dikepala mu agar tidak lupa. Itu saja lain kali kalau berbuat jahat jangan setengah-setengah bajingan!' begitulah isi suratnya.

Paruh baya itu meremas kertasnya lalu membuangnya ke kolam renang.
"Bajingan siapa sebenarnya yang mengirim ini pada ku"ucap nya entah pada siapa.

"Cari tahu secepat!"perintah paruh baya itu pada anak buah nya.

"Akan ku habisi kalian!"gumam nya dengan nafas yang memburu.

---------

Saat ini Riana tengah duduk disofa di apartemen nya bersama Tara. Kenapa Tara di apartemen Riana? karena sejak Riana berada di apartemen sejak itu juga Tara ada disana lebih tepatnya sebelum Riana pulang ke apartemen Tara sudah ada disana.

"Kenapa gak ngabarin aku kalo kamu diculik dan masuk rumah sakit?"tanya Tara yang sedang mengelus lembut kepala Riana.

"Aku aja baru bangun kemarin terus pulang hari ini dan gak ada pegang handphone sama sekali"bohong Riana.

"Hm gitu ya, gak ada yang sakit lagi kan?"tanya Tara tanpa curiga apa pun dengan jawaban Riana.

"Gak ada"jawab Riana.

"Satu Minggu kedepan aku mau ke jepang ada urusan bisnis"ucap Tara.

"Berapa lama?"tanya Riana sambil memainkan tangan kekar Tara.

"Belum tahu"jawab Tara.

"Hm aku mau tanya sesuatu sama kamu. Kalau misal nya aku cuma jadiin kamu cowok pura-pura aku tanpa kamu sadari dalam artian aku memanfaatkan kamu, tanggapan kamu gimana?"tanya Riana.

"Gak papa, tapi prinsip aku cuma satu. Sesuatu yang sudah digenggaman aku gak akan bisa lepas begitu aja, kamu pasti paham"ucap Tara dengan senyum tipisnya.

"Hm gitu ya"ucap Riana menanggapi.

"Apa aku sanggup ya sama dia setelah semua nya selesai "batin Riana.

"Kamu kenapa? Dari tadi aku panggil gak nyaut-nyaut "ucap Tara menangkup wajah Riana.

"Gak papa kok"jawab Riana.

Kedua nya saling diam dalam kesunyian malam itu. Tara dengan tangan yang masih mengelus kepala Riana dan Riana yang bermain dengan tangan kekar Tara.












Thanks udah mampir

Fiana Or Riana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang