~41~

641 8 0
                                    

Happy Reading
*
*
*
*
*

"Bagaimana sudah ketemu?" Tanya Willi pada Rama yang saat ini berada di markas Willi.

"Belum ketemu"jawab Rama mengotak-atik laptop nya.

"Wil! Ram! Riana sudah ketemu di gedung terbengkalai tidak jauh dari apartemen riana!"ucap Zico yang tiba-tiba masuk entah dari mana.

"Dari mana Abang tahu?"tanya Rama bersiap-siap untuk pergi ketempat Riana berada.

"Kakek Galang "jawab Zico mempersiapkan peralatan yang akan dibawa.

"Ayo kita kesana! Tidak banyak waktu untuk kita berdiskusi sekarang!"ucap Willi yang juga bersiap-siap.

Mereka bertiga bergegas menuju tempat Riana berada saat ini dengan menggunakan mobil.

"Aku penasaran sudah berapa orang yang tergeletak tidak bernyawa disana?"ucap Rama kepada keduanya.

"Mungkin sudah beberapa orang "jawab Zico yang menyetir mobil itu menuju ketempat tujuan.

"Kau tahu dia itu sudah lama tidak melihat pertumpahan darah"ucap Willi menimpali.

"Wah sedikit mengerikan"ucap Rama pura-pura merinding.

Mobil yang dikendarai Zico berhenti di gedung yang disebut kan kakek Galang. Mereka turun dari mobil dengan beberapa peralatan ditangan mereka seperti belati dan pistol.

Sesampainya di atas gedung ruangan paling pojok mereka mendengar jeritan kesakitan yang memilukan disana. Mereka saling pandang lalu mendobrak pintu itu hingga terlepas dan menindih tubuh irana yang sudah kaku disana.

Mereka meringis ngeri melihat Riana, bukan, tepat nya AVA yang tengah menebas Arini dengan katana nya.

"Oi AVA sudah cukup bermainnya!" Ucap Rama mendekati AVA.

"Willo! Kenapa lo ada disini?"ucap Arsya sedikit shok dengan keberadaan willo dan sangat dekat dengan Riana.

"Pertanyaan yang gak harus gue jawab"ucap Rama yang merupakan anggota black rose selama ini. Dia biasanya dipanggil willo jika berada di lingkungan sekolah atau orang yang mengenal nya seperti itu. Nyatanya jika dia berada dilingkungan keluarga dan orang yang lebih dulu mengenal nya dia dipanggil Rama seperti saat ini.

"Bagaimana mungkin?"gumam Arsya tidak percaya.

"Kalian tetap mau mati atau tetap hidup tapi berada digenggaman ku, pilihan kalian ada dua"ucap AVA mengambil botol minum yang di kasih Rama.

Sebenarnya pilihan yang sulit bagi mereka, dua-dua nya sama-sama mematikan. "Kami tidak ingin mati!"ucap Anji memohon.

"Biarkan kami tetap hidup, kami tidak masalah berada digenggaman mu"lanjut yanxi ikut memohon.

"Bagaimana dengan kalian?"ucap AVA menunjuk Arsya, viqi, dan Laka.

"Kami ikut saja"jawab kedua nya sedang kan Arsya masih terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.

"Arsya!"panggil yanxi.

"Iya! Iya aku juga ikut"ucap Arsya linglung.

"Baiklah. Sekarang bawa mereka ke kantor polisi dengan pengawasan "ucap AVA menatap Willi.

Willi pun mengangguk mengiyakan lalu menelepon bawahan untuk menangkap kelima orang itu yang masih tersisa.

Sedang kan yang sudah tiada Willi lebih memilih memakamkan mereka secara layak, namun tidak diketahui orang lain.

Lima orang yang tersisa sudah dibawa menuju kantor polisi dan juga mayat-mayat itu juga dibawa untuk dimakam kan.

"Rama"panggil Riana lirih. AVA sudah kembali ketempat nya berada yang berarti Riana sudah seutuhnya kembali sadar.

"Iya sayang. Kita ke rumah sakit, kamu tahan sebentar ya"ucap Rama menggendong Riana menuju mobil.

"Biar Abang aja yang nyetir"ucap Zico masuk ke kemudi mobil.

"Bang Wil"panggil Rama.

"Kalian duluan aku mau membereskan yang ada disini lebih dulu"ucap Willi.

"Kami duluan"ucap Rama dan Zico yang mulai menjalankan mobilnya.

Setelah kepergian mereka Willi menatap keatas gedung. "Mawar hitam palsu itu ada disini ternyata"ucap Willi pada diri nya.

----------

Berita tentang Arsya dan kedua orang tuanya serta kedua orang tuanya Gio yang masuk kantor polisi menyebarkan kepenjuru kota.

Gio yang mengetahui orang tua nya masuk kantor polisi sangat shok dan beberapa bukti file yang dikirim seseorang membuktikan perbuatan kedua orang tuanya pada Riana.

Dan saat ini Gio tengah mengintrogasi kedua orang tuanya. "Kenapa kalian kayak gini?"ucap Gio dengan tangan yang gemetar.

"Kami terpaksa Gio"ucap Anji menunduk tidak ingin menatap mata anak nya.

"Kembaran mama Anja yang memaksa kami untuk menyelakai dia"lanjut Anji mengusap air mata palsunya.

"Mama bohong!"ucap Gio yang melihat gerak-gerik mama nya penuh curiga.

"Hah sejak kapan kau pintar begini"ucap Anji menatap Gio malas.

"Gio gak nyangka"ucap Gio melihat tingkah Anji seperti ini aslinya.

"Kau hanya anak bodoh tidak berguna untuk apa kau tau"ucap anji menunjuk gio dengan ekspresi sinis.

"Oh jadi menurut kalian aku anak yang tidak berguna. Baiklah, bukan urusan ku juga kalian mau masuk penjara atau mati disini. Selamat hidup dengan kesengsaraan "ucap Gio pergi dari hadapan kedua nya.

"Satu lagi kedua anak kalian yang lain juga tidak perduli dengan kalian hahaha "ucap Gio menyembul dari balik pintu yang tadinya tertutup.

Balik ke rumah sakit tempat Riana dirawat.

"Will kita gak nyangka lo sedekat ini sama Riana. Sejak kapan?"tanya panji penasaran.

"Udah lama sejak masih jadi bayi mungkin"ucap willo atau kita panggil Rama sekarang.

"Jadi nama panggilan lo yang sebenarnya apa?"tanya Fansya.

"Rama. Panggil aja Rama "ucap Rama menatap Riana yang masih menutup mata nya sejak tadi malam.

Mereka saat ini berada diruang rawat Riana. Ada Fansya dan panji sedangkan sahabat Riana masih diperjalanan menuju ke rumah sakit.

"Sebenarnya gue mau tahu banget apa yang terjadi sama Riana. Tapi rasa gue gak harus tahu deh kayak nya"ucap panji melihat keadaan Riana lebih tepat nya tangan dan wajah yang penuh dengan goresan senjata tajam.

"Cerita nya panjang, kalau gue ceritain gak akan cukup satu jam"ucap Rama mengelus tangan Raina yang hangat.

"Jadi gimana sama Arsya sepupunya itu?"tanya Fansya.

"Tetap ditahan di kantor polisi dengan pengawasan bawahan gue"ucap Rama.

"Sebentar lo siapa sih ram hebat banget kayak nya"ucap panji menatap Rama dengan penasaran.

"Udah jangan penasaran sama gue, gue bukan orang baik tentunya"ucap Rama dengan senyum jahilnya.

"Maaf guys kita telat. Macet banget soalnya tadi"ucap finsya setelah membuka pintu rawat inap Riana.

"Gak masalah duduk-duduk "ucap Rama menyuruh mereka untuk duduk mengistirahatkan tubuh mereka yang seperti kelelahan.

"Gimana keadaan Riana?"tanya Vita.

"Belum bangun "jawab Rama .

"Gue kaget banget denger berita sepupu Riana masuk kantor polisi apa lagi sama orang tua nya juga"ucap Vita tidak percaya dengan berita yang ia dengar.

"Iya itu emang berita real"ucap panji menimpali.

"Sebenarnya gue pengen tau tapi tunggu Riana bangun aja deh"ucap Vita menatap keranjang tempat Riana terbaring lemah belum sadar kan diri.











Thanks udah mampir

Fiana Or Riana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang