PROLOG

3.6K 95 0
                                    

Tahun 1998, Urfi umur 1 bulan,
Linda menatap panti asuhan di depannya dengan nanar, sedikit ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki panti asuhan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tahun 1998, Urfi umur 1 bulan,

Linda menatap panti asuhan di depannya dengan nanar, sedikit ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki panti asuhan itu. Suara tangisan bayi yang berada di dekapannya membuat langkah kakinya semakin berat.

Linda menatap anaknya yang baru berumur sebulan itu dengan berlinang air mata. Dia terpaksa harus meninggalkan anaknya di panti asuhan, keluarga calon suaminya tidak boleh tahu jika dirinya hamil di luar nikah. Termasuk Wandi, calon suaminya, lelaki itu tidak boleh tahu jika dirinya hamil. Linda menyembunyikan kehamilannya dengan begitu baik, pergi ke luar kota dengan alasan pekerjaan dan melahirkan tanpa di dampingi siapa pun.

Kini, Linda harus rela melepaskan anak perempuannya yang baru lahir di panti asuhan. Air mata Linda menetes, mengenai pipi bayinya. Seakan tahu jika dirinya akan di tinggalkan, anaknya itu tidak berhenti menangis sedari tadi.

“Mama janji akan menjemput kamu nanti, Urfi” gumam Linda, mengusap lembut pipi anaknya.

Urfi, nama yang dia berikan kepada anaknya itu. Linda terpaksa meninggalkan Urfi agar pernikahannya dengan calon suaminya tidak di batalkan. Keluarga Wandi tidak akan mau menerimanya sebagai menantu jika tahu dirinya memiliki seorang anak.

Linda menarik kakinya yang terasa sangat berat, melangkah memasuki panti asuhan. Sebelumnya Linda sudah menghubungi Bu Fatma, penjaga panti yang akan menjaga anaknya. Bu Fatma bersedia merawat Urfi sampai waktunya Urfi bisa kembali ke pelukannya.

“Tolong jaga anak Saya, Bu” ucap Linda dengan bibir bergetar, memberikan Urfi ke pangkuan Bu Fatma.

Bu Fatma menimang-nimang Urfi, mencoba membuat bayi itu berhenti menangis. “Kamu tidak ingin menyusui anakmu untuk terakhir kalinya?” tanya Bu Fatma, menatap Linda.

“Jika aku melihatnya lebih lama lagi, aku akan berubah pikiran, Bu. Aku semakin tidak tega meninggalkannya”

Bu Fatma mengerti dengan kondisi Linda, dia ikut prihatin dengan apa yang terjadi. Tidak ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya, Linda melakukan ini karena terpaksa oleh keadaan. Bu Fatma juga merasa sangat kasihan dengan Urfi, bayi kecil itu harus berpisah dengan ibunya, dan tidak mendapatkan ASI sebelum umurnya genap satu bulan.

“Tolong jaga Urfi, Bu. Aku akan menjemputnya lagi, jangan biarkan orang lain mengadopsinya”

Bu Fatma mengangguk. “Kamu bisa mengabari Ibu jika kamu sudah siap untuk merawatnya, Linda”

Bu Fatma mengenal Linda dengan baik, perempuan itu sering memberikan bantuan ke panti asuhan ini. Linda adalah anak yang baik, tapi sayangnya dirinya di perkosa dan hamil. Sementara calon suaminya tidak tahu mengenai insiden itu, Linda tidak mau jika kejadian itu akan menghancurkan rencana pernikahannya.

Linda menatap wajah Urfi yang menangis begitu kencang, wajah anaknya itu memerah. Linda membalikkan badannya, tidak ingin terus menatap anaknya yang nantinya akan membuatnya goyah. Linda membekap mulutnya dengan tangan, menahan isak tangis yang pecah. Perlahan kakinya di tarik untuk meninggalkan panti asuhan.

Mama akan kembali, Urfi



KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang