BAB 24

2.7K 99 0
                                    


Keluarga Gahar sudah pulang dari rumah Urfi, ketegangan yang terjadi tadi sudah terselesaikan, kedua keluarga itu sudah bisa bercanda lagi. Semua keputusan di berikan sepenuhnya kepada Urfi, perempuan itu yang akan menentukan bagaimana hubungan antara dua keluarga itu ke depannya. Keputusan itu membuat Urfi sedikit merasa terbebani, setahunya Wandi menjalin hubungan kerja sama dengan Papa Gahar. Jika Urfi menolak, apa kerja sama itu akan di putuskan?

“Saya nggak bisa, Pak” ucap Urfi, menoleh kepada Gahar yang duduk di sebelahnya. Urfi tidak bisa menerima perjodohan antara dirinya dan Gahar, bahkan untuk sekedar membayangkannya saja Urfi tidak sanggup.

Setelah keluarga Gahar pergi, laki-laki itu masih berada di rumah Urfi. Keluarga Gahar meminta Urfi dan Gahar membicarakan yang di meja makan tadi empat mata. Jadilah sekarang Urfi duduk di kursi taman yang berada di halaman rumahnya bersama Gahar.

“Kenapa, Fi? Apa aku kurang tampan dari mantan pacar kamu?”

Urfi menggelengkan kepalanya. “Bukan itu, Pak” Urfi tidak pernah memandang laki-laki dari tampangnya, dan Gahar juga lebih tampan dari Razi jika di lihat dari wajahnya.

“Terus kenapa, Fi?”

Urfi bingung menjelaskannya pada Gahar seperti apa, Gahar mana mengerti posisi Urfi. Dia baru putus dari Razi, dan belum lama dia putus ada orang yang datang ke rumah ingin melamarnya. “Pak, posisi Saya sulit sekarang. Saya harap Bapak ngerti. Benar kata Mama Saya, Bapak bisa aja hanya jadi pelampiasan, Saya nggak mau itu terjadi”

“Aku nggak masalah kamu jadiin pelampiasan, Fi”

Urfi menatap Gahar gusar. “Bapak mau nikah sama orang yang nggak cinta sama Bapak?”

Gahar mengangguk. “Nggak masalah”

“Tapi, Saya nggak mau nikah tanpa cinta, Pak” sungut Urfi. Sepertinya akan butuh waktu lama untuk membuat Gahar membatalkan niatnya itu.

“Cinta yang kayak gimana, Fi? Coba kasih tahu aku”

Urfi mendesah frustasi. Cobaan apa lagi sekarang? Setelah putus hubungan dengan Razi, apa sekarang Urfi harus menghadapi Gahar, atasannya itu?

“Aku nggak akan maksa kamu nikah dalam waktu dekat. Kita bisa saling mengenal. Kamu bisa menemukan cinta yang kamu mau di aku, Fi”

Urfi terdiam, menatap Gahar yang tampak serius dengan ucapannya itu. Urfi baru sadar jika Gahar memiliki hidung yang mancung, bibir yang merah merona, terlihat seksi. Urfi menggelengkan kepalanya cepat. Kenapa Urfi malah gagal fokus? Saat ini bukan itu yang harus Urfi pikirkan.

Gahar bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri salah satu tanaman yang ada di halaman rumah Urfi. Gahar berjongkok, mengambil rumput di sana. Kegiatan yang di lakukan oleh Gahar membuat Urfi menatapnya heran. Setelah menemukan apa yang dia cari, Gahar kembali duduk di sebelah Urfi.

Gahar mengamit tangan Urfi, sedikit menahan tangan Urfi karena Urfi berusaha menariknya. “Pinjam tangannya bentar, Fi” ucapnya.

Gahar melingkarkan rumput yang dia ambil tadi di jari manis Urfi, mengikatnya di sana. Gahar sedikit mengelus tangan Urfi, kepalanya perlahan terangkat menatap Urfi yang mengernyitkan dahi bingung. Gahar tersenyum. “Pakai cincin ini dulu, Fi. Besok aku kasih yang asli”

Urfi menarik tangannya dari Gahar, melepaskan rumput yang terikat di jari manisnya. Tangan Gahar segera menahan tangan Urfi. “Jangan di lepas dulu, Fi. Lepasnya pas aku udah pulang aja”

“Pak, Saya udah bilang kalau Saya nggak bisa terima perjodohan itu, Pak”

Gahar tidak memedulikan ucapan Urfi, dia malah tersenyum. “Aku nggak mau di tolak, Fi. Kamu nggak lihat tadi Mama aku senang banget pas tahu kalau aku mau terima perjodohannya”

Urfi melihatnya, Dewi tersenyum lebar ketika datang ke rumah mereka. Bahkan senyuman itu tidak pernah hilang. “Bapak bisa cari perempuan lain, Pak”

“Aku mau kamu, Fi. Aku mau terima perjodohan itu karena kamu orangnya”

Urfi terdiam, menatap Gahar dalam, Gahar terlihat serius dengan ucapannya itu. Urfi melebarkan matanya saat Gahar mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya ke bibir Urfi. Rasanya Urfi ingin mendorong Gahar sekencang mungkin, tapi dia merasa kehabisan tenaga.

Gahar menjauhkan wajahnya, tadi dia hanya menempelkan bibirnya saja. “Permulaan dari hubungan kita, Fi” ucapnya, bangkit dari duduknya.

Urfi masih bergeming, masih belum sadar dengan apa yang terjadi. Beberapa detik kemudian Urfi menarik kepalanya, menatap Gahar tajam. Laki-laki itu menciumnya padahal sudah jelas Urfi mengatakan tidak bisa menerima perjodohan di antara mereka.

Gahar terkekeh, sedikit membungkukkan badannya, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Urfi. “Besok aku ke sini lagi bawa cincin yang asli”

*********

Urfi uring-uringan di atas kasur, memutar tubuhnya kanan kiri, tampak gelisah. Urfi berharap hari ini Gahar tidak benar-benar datang ke rumahnya dengan membawa cincin. Urfi belum siap dengan jawabannya, entah apa yang akan Urfi lakukan nanti.

KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang