“Kamu serius, Gahar?” tanya Dewi, sedikit terkejut.
Gahar menganggukkan kepalanya, mengulum senyum. Dia langsung datang ke rumah orang tuanya untuk mengabari perihal rencana pernikahannya dengan Urfi.
“Pa, bentar lagi kita punya menantu, Pa” sorak Dewi, menatap Raden dengan wajah sumringah.
Raden ikut tersenyum senang. “Kamu harus bersyukur, Gahar. Dengan kamu menikah aja, kamu bisa bikin Mama senang” Raden menunjuk Dewi yang tersenyum bahagia. “Coba kamu nikah dari dulu, udah berapa banyak pahala yang kamu dapat itu”
“Ya, kan baru ketemu sama yang pas baru sekarang, Pa” Gahar juga ingin menikah, tapi baru bertemu yang tepat baru-baru ini.
“Kayaknya Mama harus tanya-tanya ke teman arisan Mama, deh, mana tahu mereka punya rekomendasi Wedding Organizer yang bagus” Dewi menaruh sendok yang dia pegang, tangannya beralih mengambil ponsel. Sambil tersenyum, Dewi mengetikkan pesan di grup arisannya, menanyakan wedding organizer yang bisa dia gunakan untuk merencanakan pernikahan Gahar.
“Yang waktu nikahan anak Revan itu bagus tuh, Ma” ujar Raden, dia sempat menghadiri pernikahan anak rekan kerjanya, dan menurutnya konsep pernikahannya bisa di tiru.
“Masa kita tiru konsep nikahan anak orang, Pa”
“Maksud Papa pakai jasa wedding organizer-nya, Ma”
Gahar tertawa kecil melihat perdebatan antara kedua orang tuanya itu, dirinya yang akan menikah, tapi mereka yang lebih heboh. “Lagian nikahannya masih lama, Ma. Aku mau nikmati masa pacaran dulu sama Urfi” Gahar memikirkan Urfi, perempuan itu belum siap untuk menikah cepat. Gahar harus menunggu sampai Urfi siap.
“Emang kamu udah resmi pacaran sama dia?” tanya Geisha, menatap Gahar. Geisha sedari tadi hanya diam saja menyantap makanannya.
Gahar menganggukkan kepalanya, senyuman itu tidak lepas dari bibirnya. “Udah”
“Kamu yakin dia udah lupain mantannya? Bukan kamu yang paksa dia buat terima kamu, kan?” Geisha menatap Gahar curiga, dia mencium bau pemaksaan. Apalagi Urfi baru putus belum lama ini dari mantan pacarnya, dan Geisha takut Gahar hanya di jadikan pelampiasan.
Dewi yang tadi sumringah, terdiam menatap Gahar. “Kamu nggak maksa Urfi, kan, Gahar?”
Gahar terkekeh mendengar tuduhan Geisha dan Dewi. “Aku nggak maksa, Ma. Urfi benaran terima aku kok”
Dari ciuman mereka, Gahar tahu Urfi menikmatinya, ya, walaupun ada sedikit unsur pemaksaan. Jika tidak begitu, hubungannya dengan Urfi tidak akan pernah berjalan maju. Gahar harus berani melangkah sedikit lebih jauh agar bisa memiliki Urfi. Usahanya sepertinya tidak sia-sia.
Dewi bernapas lega. “Syukur, deh, kalau memang Urfi yang mau, jangan sampai, ya, kamu maksa anak orang”
Gahar mengangguk. “Iya, Ma”
“Kapan-kapan kamu ajak Urfi ke sini. Mama mau kenal Urfi lebih dekat juga. Sekalian nanya-nanya pendapat dia tentang konsep pernikahan yang dia mau”
“Nanti, Ma. Nanti Gahar ajak, tapi nggak dalam waktu dekat. Urfi belum mau terburu-buru, Ma”
Dewi mengangguk. “Iya, pas Urfi udah siap aja”
********
Suara denting sendok dan garpu yang saling beradu mengisi meja makan, empat orang yang duduk di meja makan berfokus ke makanan masing-masing. Urfi juga fokus ke makanannya, sesekali dia mengecek ponsel, tersenyum tipis ketika menerima pesan singkat dari Gahar. Hubungan mereka sudah berjalan hampir sebulan, dan Urfi sudah merasa begitu dekat dengan Gahar.
Gahar
Aku jemput yaaa
Urfi
Aku berangkat sendiri aja, aku nggak mau karyawan lain lihat kita datang ke kantor bareng
Gahar
Nggak apa-apa Urfi, kan kamu calon istri aku
Urfi terkekeh geli, wajah Gahar yang merajuk terbayang di benaknya. Gahar dan Urfi sepakat untuk tidak memberitahu karyawan lain tentang hubungan mereka. Urfi tidak mau pekerjaannya terganggu hanya karena desas-desus yang menyebar. Hanya Tania satu-satunya yang mengetahui hubungan mereka, sejauh ini Urfi pikir begitu.
“Pagi-pagi udah senyum-senyum aja, Fi. Lagi chat-an sama Gahar, ya?” goda Linda, menatap Urfi.
Urfi tersenyum. “Iya, Ma” Urfi menutup layar ponselnya, memasukkannya ke dalam tas.
“Mama kemarin juga sempat ketemu sama Mamanya Gahar, Mama bahas tentang pernikahan kalian”
“Urfi masih belum siap, Ma”
“Terus siapnya kapan?” tanya Linda. Hubungan Urfi dan Gahar berjalan baik sejauh ini. Menurut Linda, mereka sudah bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Urfi terdiam beberapa saat, tampak berpikir. “Nanti Urfi pikirin lagi, Ma. Untuk sekarang masih belum”
“Di percepat lebih baik, Fi” Wandi yang biasanya tidak pernah ikut campur dengan urusan Urfi sekarang ikut memberikan saran.
“Tuh, Papa juga bilang lebih cepat lebih baik” timpa Linda.
Urfi menatap Wandi berbinar, perlahan kepalanya mengangguk. “Nanti Urfi bicarain sama Gahar dulu, Pa”
“Jangan lama-lama, loh, Mamanya Gahar udah nggak sabar menimang cucu. Tiap ketemu Mama dia bahas itu mulu” cerita Linda. Dia sudah sering bertemu Dewi di luar, membahas pernikahan kedua anak mereka.
Saking sering bertemunya, Linda sampai di ajak Dewi untuk ikut arisan bersamanya. Linda merasa cocok dengan Dewi, jika Urfi menikah dengan Gahar, maka Linda tidak perlu mendekatkan diri dengan besannya lagi. Dia sudah dekat sebelum anak mereka menikah.
Hana mendengus pelan melihat kedua orang tuanya yang sibuk membahas pernikahan Urfi dengan Gahar. “Pa, Hana juga mau kenalin pacar Hana ke Papa”
“Oh, iya? Kamu punya pacar?” tanya Wandi antusias.
Hana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, matanya sedikit melirik Urfi. Hana ingin mengetes apakah Urfi masih memiliki perasaan kepada Razi. “Iya, Pa. Papa juga kenal sama pacar Hana”
Wandi mengerutkan dahinya. “Papa kenal? Siapa?”
“Razi, Pa”
Wandi dan Linda terkejut mendengar pengakuan Hana, sementara Urfi, dia sudah tidak terkejut lagi. Dia sudah menyiapkan diri jika Hana akan mengenalkan Razi kepada kedua orang tuanya.
“Razi mantan Urfi, Hana?” tanya Linda.
Hana mengangguk. “Iya, Ma, mantan Kak Urfi. Nggak masalah, kan, Kak kalau aku pacaran sama Razi?” Hana melirik Urfi.
Urfi mengangkat kepalanya, tersenyum kepada Hana. “Nggak masalah, aku udah nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Razi. Dia cuman mantan aku”
Perlahan senyuman di bibir Hana memudar, dia menatap Urfi tidak suka. Bisa-bisanya Urfi tampak biasa saja ketika dia mengenalkan Razi sebagai pacarnya kepada orang tua mereka. “Kamu udah nggak ada perasaan sama Razi, kan?”
Urfi tersenyum, menaruh sendoknya di piring. “Nggak ada, Hana”
“Mama kurang setuju kalau kamu sama Razi, Hana. Razi itu udah nyakitin kakak kamu, masa kamu pacaran sama dia” Linda menyampaikan perasaan kurang setujunya dengan Hana yang menjalin hubungan dengan Razi. Apalagi Razi pernah menyakiti Urfi, bisa saja Razi nanti juga menyakiti Hana.
“Papa juga kurang setuju sayang kalau kamu sama Razi, kamu bisa cari laki-laki yang lebih baik dari dia” ucap Wandi, setuju dengan pendapat Linda. Razi juga bukan laki-laki yang cocok buat Hana.
“Terus Hana harus cari laki-laki kayak gimana, Pa? Apa kayak Gahar?”
Urfi menatap Hana, kedua tangannya terkepal di bawah meja. Apa Hana akan mengincar Gahar juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
KU PELUK LUKA (Tamat)
ChickLit(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE SECARA ACAK) Kehidupan Urfi yang penuh dengan luka, di tinggalkan oleh Ibunya di panti asuhan ketika bayi. Saat Urfi umur 3 tahun dirinya di adopsi oleh Ibu kandungnya yang sudah menikah...