EXTRA-6

3.7K 14 0
                                    

TITIK TUNGGU

Genre : Adult, Romance, Angst

“Kenapa belum bersih?” gumamnya pelan. Aruna merasa tangannya belum cukup bersih meskipun sudah berulang kali menggosoknya dengan sabun.

Aruna melakukannya lagi, menggosok tangannya lagi, dan mengguyurnya di bawah air lagi. Hal itu dia lakukan cukup lama, gosokannya semakin keras, dan Aruna mengaduh ketika jari tangannya terluka. Aruna mengangkat tangannya, terlihat telunjuknya sedikit mengeluarkan darah, dan dia merasa lega di saat itu juga. Apa ini kelainan yang Aruna punya?

Aruna merasa jika selama ini dia baik-baik saja. Dia tidak pernah keberatan mengikuti pilihan orang tuanya. Aruna merasa senang saja mewujudkan keinginan orang tuanya, tapi kebiasaan mencuci tangannya semakin parah, makin hari, makin sering dia melakukan itu. Aruna jadi sadar, dia tertekan, dan hanya bisa meluapkan semuanya dengan mencuci tangannya.

Aruna bukan orang yang bisa menyampaikan kesedihannya, dia tidak tahu bagaimana menyampaikan rasa sakit. Semua yang di berikan kepadanya, baik itu manis mau pun pahit, semuanya akan Aruna telan jika itu kemauan orang tuanya. Aruna hanya orang yang menyembunyikan keterpurukannya di balik sebuah senyuman yang biasa dia tampilkan di depan orang-orang.

Aruna bukannya tidak memiliki air mata, dia bisa saja menangis, tapi tidak tahu bagaimana caranya.

Dia lupa cara menangis.

Dia lupa bagaimana caranya meratapi kesedihan.

Dia lupa bagaimana caranya meraung-raung karena merasa begitu sakit.

Aruna sadar, dirinya berbeda dari yang lain. Kesedihan, tekanan, kecewa, sakit hati, semuanya dia tunjukkan dengan mencuci tangan. Satu-satunya hal yang masih bisa Aruna syukuri adalah, dia masih mengingat bagaimana caranya tersenyum. Jadi, hanya senyuman yang sering Aruna perlihatkan. Aruna masih bersyukur karena dirinya bukan manusia tanpa ekspresi.

Sudah setahun Aruna tidak melakukan kebiasaan buruknya itu. Semenjak menikah dengan Calvin, Aruna merasa begitu damai, tak ada beban pikiran sama sekali. Walaupun ada masalah kecil di kantor, Aruna masih bisa menahan diri untuk tidak mencuci tangan. Dia ingin terlepas dari semua itu, tapi ternyata, dia belum sembuh. Aruna kembali mengulanginya hari ini.

Aruna mengambil tisu yang ada di dekat wastafel, mengelap kedua tangannya yang basah. Tatapannya mengarah ke arah tangannya, kulitnya sedikit terkelupas di ujung jari. Aruna tersenyum, dia memang aneh, dia tersenyum kala menemukan jarinya yang terluka.

Aruna merapikan kembali rambutnya, memastikan jika dia tidak berantakan ketika bergabung dengan keluarganya nantinya. Aruna kembali tersenyum, menatap pantulan dirinya di kaca. Senyumannya begitu sempurna, senyuman yang menjadi anugerah di hidupnya. Dia orang paling bahagia di dunia karena dirinya tidak pernah menangis, dirinya orang yang selalu tersenyum.

Aruna bukan orang paling bahagia, dia orang paling menyedihkan di dunia. Dia manusia tanpa air mata, tidak tahu menyampaikan rasa sakit. Aruna hanya mencoba meyakinkan dirinya jika dia paling bahagia karena memiliki senyuman yang senantiasa menemaninya.

Aruna mengambil tas kecil yang dia taruh di sisi wastafel, kemudian menghela napas sejenak sebelum melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Aruna menghentikan langkahnya di depan pintu ketika melihat Calvin yang menunggunya di sana. Segera Aruna menyembunyikan tangannya di balik tubuhnya, tidak ingin Calvin menyadari kebiasaan buruknya itu.

“Aku kira kamu kenapa-kenapa di dalam” ujar Calvin, merasa sedikit lega saat Aruna keluar dari toilet. Cukup lama dia menunggu Aruna di depan toilet. “Aku mau nerobos masuk, tapi enggak bisa karena ini toilet perempuan”

Aruna tersenyum kepada Calvin. Sepertinya dia terlalu lama mencuci tangannya. “Aku tadi ada panggilan alam. Yang lain nyariin aku?”

Calvin menggeleng. “Enggak. Aku khawatir” Calvin menatap Aruna lekat. “Ucapan keluarga kita tadi” Calvin menggantung ucapannya, sedikit ragu untuk membahasnya dengan Aruna. “Jangan terlalu di dengarin. Kamu enggak perlu merasa terbebani. Kalau orang tua aku masih bahas itu juga, biar aku yang jawab”

Aruna menganggukkan kepalanya. “Aku enggak terbebani”

Bohong sekali. Aruna pembohong andal, dia menyembunyikan jati dirinya dengan begitu baik. Dia merasa berdosa jika berbohong terkait hal lain kepada orang tuanya, tapi Aruna bisa berbohong terkait kebiasaan buruknya kepada Calvin.

Calvin menatap Aruna, mencoba mencari kebenaran dibalik mata perempuan itu. Aruna, perempuan dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari bibirnya itu. Perempuan yang selalu terlihat bahagia. Bahkan ketika di paksa menikah dengannya dan harus memutuskan hubungannya dengan sang pacar, Aruna tetap tersenyum. Apa ada arti di balik senyuman itu yang tidak Calvin sadari?

“Kita harus balik ke meja, enggak enak kalau kita berdua enggak ada di sana” Ajak Aruna, menggapai lengan Calvin. Laki-laki itu menyembunyikan kedua tangannya di balik saku celana.

“Tunggu” Calvin menahan tangan Aruna yang ingin membawanya untuk kembali ke pesta. Calvin menyadari sesuatu yang berbeda pada jari tangan Aruna. “Tangan kamu, kenapa?”

Aruna menarik tangannya, dia telah teledor. Harusnya Aruna tidak perlu menggapai tangan Calvin. “Enggak. Tangan aku baik-baik aja” Aruna menyembunyikan tangannya di belakang tubuh, gerakan yang membuat Calvin menatapnya penuh curiga.

“Aku mau lihat tangan kamu, Run”

“Tangan aku baik-baik aja, Vin” Aruna terus saja mengelak. “Kita harus balik ke sana, ayo” ajaknya, melangkah mendahului Calvin.

Tentu Calvin tidak membiarkannya. Tangan laki-laki itu terulur untuk meraih tangan Aruna, membuat Aruna membalikkan badannya menghadap Calvin. Aruna mencoba menarik tangannya lagi, tapi Calvin menahan. Calvin terkejut melihat tangan Aruna yang terdapat goresan akibat kuku panjangnya. Selain goresan, sudut jarinya terkelupas.

Calvin melihat tangan Aruna yang satu lagi sampai tas yang ada di genggaman Aruna terjatuh ke lantai. Calvin tertegun, kedua tangan Aruna memiliki kondisi yang sama. Calvin menarik matanya, menatap Aruna dengan ekspresi tidak terbaca.

“Aku tadi cuci tangan, dan enggak sengaja lukain jari aku, Vin. Kamu tahu sendiri kalau kuku aku panjang, aku kurang hati-hati tadi” Aruna langsung memberikan penjelasan sebelum Calvin mengajukan pertanyaan.

Aruna menarik tangannya, kemudian membungkuk untuk mengambil tasnya yang tergeletak di lantai. Aruna tidak tahu apa yang Calvin pikirkan, tapi Aruna harap Calvin percaya dengan apa yang dia jelaskan.

*****

LINK:
https://www.wattpad.com/story/375080194?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Uri_rin

com/story/375080194?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Uri_rin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang