BAB 32

2.7K 89 0
                                    

“Berangkat sama Gahar, ya?” tanya Tania, mendekatkan kursinya ke meja Urfi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Berangkat sama Gahar, ya?” tanya Tania, mendekatkan kursinya ke meja Urfi.

Urfi menganggukkan kepalanya. Tania memang sudah tidak memanggil Gahar dengan embel Pak lagi semenjak tahu kalau umur Gahar hanya beberapa tahun di atasnya. Tapi, jika mengenai urusan pekerjaan Tania tetap memanggilnya secara sopan, begitu juga dengan Urfi. Tania mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ranselnya, menaruh kotak bekal di atas meja Urfi.

Urfi mengernyit, menatap Tania bingung. “Apa ini?” tanyanya.

“Kue bikinan Mama” jawab Tania. Mamanya menyuruh Tania membawa kue bikinannya ke kantor, membaginya dengan Urfi.

Urfi membuka kotak bekal itu, bolu kelapa, kue yang sering di buat Mama Tania ketika Urfi berkunjung ke sana. “Wih, enak nih, udah lama nggak makan bolu bikinan Mama” Urfi mengambil bolu itu satu, menggigitnya kecil.

Tania ikut mengambil satu. “Makanya Mama suruh aku bawa, tahu kalau anak yang satunya lagi suka bolu kelapa buatannya”

Urfi, anak Mama yang satu lagi, Mama Tania sudah menganggap Urfi sebagai anaknya juga, mereka cukup dekat. Bahkan kedekatan mereka sudah seperti ibu dan anak sungguhan, melebih kedekatannya dengan Tania. Tania tidak pernah merasa cemburu Mamanya dekat dengan Urfi, justru dia senang, merasa punya saudara karena dia anak tunggal. Bukan anak tunggal kaya raya.

Urfi terkekeh. “Jadi kangen Mama juga, deh”

Urfi mengambil bolu yang kedua, dia begitu menyukai bolu kelapa buatan Mama Tania. Urfi tidak pernah bosan memakan bolu itu, rasanya yang khas, dan begitu nikmat ketika Urfi santap.

“Main ke rumah makanya, Mama nanyain terus, kapan Urfi ke sini?” Tania menirukan cara Mamanya menanyakan Urfi.

Urfi tergelak. “Bilang Mama, nanti kalau sempat aku ke sana”

Tania mencibir. “Mana sempat. Tiap malam minggu kan sekarang ketemu pujaan hati”

Urfi tidak membalas cibiran Tania, toh, dia benar keluar setiap malam minggu. Gahar selalu mengajaknya keluar, laki-laki itu begitu keras berusaha mendapatkan hati Urfi. Sepertinya Gahar sudah berhasil dengan misinya, Urfi sudah jatuh ke pelukan Gahar.

“Eh, Tan” Urfi menoleh pada Tania.
Tania berdeham, matanya fokus menatap layar komputer yang sudah menyala. Urfi mengetukkan jarinya ke meja, tampak berpikir. Tania yang merasa Urfi belum melanjutkan ucapannya, menoleh dengan dahi berkerut.

“Kenapa?” tanya Tania.

“Kayaknya hubungan Hana dan Razi nggak berjalan mulus”

Spontan Tania tertawa. “Mampus dah tuh. Merebut pacar orang belum tentu berakhir bahagia”

“Tapi..” Urfi menjeda ucapannya, menggigit bibir bawahnya. Tania menatap Urfi dengan alis bertaut. “Hana bilang dia mau nyari laki-laki kayak Gahar”

“Maksudnya ape?” tanya Tania, tampak tidak terima.

“Jangan keras-keras, Tan” tegur Urfi, takut suara Tania mengganggu karyawan lain.

Tania mengatupkan mulutnya yang terbuka setengah, menormalkan kembali matanya yang melebar. “Oke, aku mikir dulu, ini maksud adik kamu apa sih? Mau dia gimana sih sebenarnya?”

Urfi mengangkat bahu. Dia juga tidak tahu apa yang diinginkan oleh Hana sebenarnya. Urfi tidak mengerti dengan apa yang Hana pikirkan sampai bisa mengatakan itu secara terang-terangan. Bahkan ketika ketahuan berselingkuh dengan Razi saja, Hana tidak pernah meminta maaf kepada Urfi.

“Dia kurang senang atau apa sih kalau lihat kamu bahagia? Aku mikirnya gitu, ya, soalnya tiap kali kamu punya pacar dia pengen juga miliki pacar kamu, Fi”

Itu hanya praduga Tania saja, dan kenyataannya benar begitu adanya. Hana selalu menginginkan apa yang Urfi punya, seakan tidak ada laki-laki lain di dunia ini selain pacar Urfi.

“Terus dia sekarang dekatin Gahar juga?” tanya Tania.

Urfi mengangkat bahu. “Enggak sih, cuman kenalan aja tadi pas Gahar jemput aku”

Tania mendengus. “Itu namanya dekatin, Urfi. Buat apa dia kenalan sama Gahar, nggak ada fungsinya, kecuali dia ada maksud tersembunyi. Jangan naif, ya! aku ingatin, nih. Jangan sampai kamu kecolongan lagi sama Hana. Awas kalau kecolongan” Tania tampak tidak terima jika Gahar juga di ambil Hana, Gahar sudah pas untuk Urfi.

Urfi terkekeh, menganggukkan kepalanya. “Iya, Tania. Nanti aku jagain Gahar biar nggak kecolongan”

“Harus!!”

********

Hana menatap Razi yang sedang menunggunya di depan kampus. Hana yang sedang berbincang dengan dua orang temannya terpaksa memisahkan diri. Dia tidak mau teman-temannya mendengar apa yang akan di ucapkan Razi padanya. Hana berjalan mendekati Razi, melihat tangannya di dada. Mata Hana meneliti penampilan Razi dari atas sampai bawah, dasinya sudah terlepas, dan kemejanya keluar sebagian dari celana.

“Ada apa?” tanya Hana.

“Kamu kenapa nggak balas chat aku? Kamu nggak ada kabar sama sekali”

Hana tersenyum sinis. “Emangnya kamu siapa? Sampai aku harus ngabarin kamu”

Razi menatap Hana tidak percaya. “Aku masih pacar kamu, Hana”

“Oh, ya? Kalau gitu aku mau kita putus. Aku udah nggak tertarik lagi sama kamu. Kamu nggak berguna lagi”

Hana mendekati Razi hanya karena Razi pacar Urfi. Sekarang Razi tidak Hana butuhkan lagi, Urfi sudah tidak memiliki perasaan pada Razi. Hana juga sudah bosan jika harus melanjutkan hubungan dengan Razi, dia tidak mempunyai rasa untuk laki-laki itu.

“Aku ngorbanin Urfi demi kamu, Hana”

“Demi aku?” tanya Hana, tidak terima. “Nggak salah, Razi? Kamu lupa kalau terakhir kita ketemu kamu nampar aku karena Urfi!”

“Aku minta maaf, Hana. Aku kalut banget pas itu, aku kaget karena Urfi lihat kita selingkuh” Razi tidak bisa mendapatkan Urfi kembali, maka tidak masalah jika bersama Hana. Lagi pula Hana bisa dia jadikan pacarnya secara resmi, bukan menjadi selingkuhan lagi.

“Kamu balik ke aku karena Urfi nggak mau sama kamu lagi kan?”

Razia terdiam.

Hana tertawa sinis. “Udah ke tebak. Asal kamu tahu, ya” Hana mengikis jarak di antar mereka. “Aku dekatin kamu hanya karena mau hancurin hubungan kamu sama Urfi” bisiknya.

Razi menatap Hana marah. “Udah aku duga kalau kamu goda aku bukan karena kamu suka sama aku, Hana”

Hana mengangguk, menyetujuinya. “Iya, sekarang kamu udah nggak aku butuhin” Hana tersenyum.  “Jadi, jangan temui aku lagi”

Sebenarnya tidak sepenuhnya benar, Hana memiliki sedikit rasa untuk Razi, bagaimana tidak, mereka menghabiskan beberapa waktu bersama, berbagi ranjang yang sama, perasaan itu pasti tumbuh. Tapi, Hana memiliki ambisi lain, dia akan merebut milik Urfi, dan Razi bukan lagi tujuannya.

“Sama ini” Hana merogoh isi tasnya, mencari cincin yang pernah diberikan Urfi padanya. “Cincin bekas Urfi, nggak berguna” Hana mengembalikan cincin itu kepada Razi.

Razi tidak kunjung mengambilnya, jadi Hana mengangkat tangan laki-laki itu, menaruh cincin itu di telapak tangan Razi secara paksa. “Sebenarnya kemarin aku mau buang aja, tapi nggak jadi, takutnya kamu butuh”

Razi terdiam menatap Hana, harga dirinya sedikit terluka. Dia kira Hana benar-benar menyukainya, bukan memanfaatkannya demi menghancurkan hubungannya dengan Urfi. Razi terlalu terbawa nafsu sampai dia tidak bisa mengontrol diri dan menghancurkan kepercayaan Urfi. Razi menyesal, sangat menyesal. Andai saja dia tidak terbujuk rayuan Hana, mungkin hubungannya dengan Urfi akan baik-baik saja, mereka mungkin sudah merencanakan pernikahan sekarang.

“Sama aku mau ngasih tahu kamu, kalau Urfi mau nikah sama laki-laki lain”

Razi mengangkat menatap Hana. “Urfi mau nikah?”

Hana mengangguk. “Iya, dia langsung dapat pengganti kamu”

Bahu Razi melemas, dia pantas mendapatkan semua ini. Semua salahnya, Urfi berhak bahagia bersama laki-laki lain. Razi yang telah mengkhianati Urfi tidak bisa marah jika Urfi sudah mendapatkan penggantinya.

*********

KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang