BAB 4

1.3K 64 0
                                    

Urfi mendengar beberapa karyawan yang sibuk membicarakan direktur baru, bahkan ketika mereka sedang makan siang di kantin, masih banyak karyawan yang bergosip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Urfi mendengar beberapa karyawan yang sibuk membicarakan direktur baru, bahkan ketika mereka sedang makan siang di kantin, masih banyak karyawan yang bergosip. Sepertinya kedatangan direktur baru sangat menghebohkan semua orang, termasuk Tania yang terus mengoceh di depan Urfi.

“Kamu lihat ini, Fi. Direktur baru kita masih muda, mana cakep lagi” ucap Tania setengah menjerit, memperlihatkan foto Direktur baru yang tersebar di grup karyawan kepada Urfi. Foto laki-laki mengenakan jas berwarna hitam sedang berjalan, dan fotonya blur karena di ambil secara diam-diam.

Urfi tidak mengacuhkan foto itu, dirinya sibuk menyantap makan siangnya. Hari ini kantor menyediakan menu ayam kecap dan sayur capcai di kantin kantor.

“Ih, malah nggak mau liat” kesal Tania.

Urfi tertawa. “Udah makan aja, Tan. Jangan kebanyakan ngomongin Direktur baru, keburu jam istirahatnya kelar” ucapnya, melirik makanan Tania yang masih utuh, belum tersentuh sama sekali.

Tania menaruh ponselnya di atas meja, tangannya bergerak menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut. “Weekend kamu ketemu sama Razi ya?” tanyanya, menatap Urfi.

Urfi tampak berpikir, biasanya setiap akhir pekan Urfi selalu bertemu dengan Razi. “Kayaknya iya deh. Kenapa emangnya?”

Tania menggeleng. “Nggak apa-apa sih. Nanya doang”

Urfi mengangguk saja, kembali fokus pada makanannya. Beberapa menit kemudian Tania kembali membuka perbincangan.

“Eh, tapi aku mau minta temenin, Fi” ucap Tania menatap Urfi. “Kamu gak bisa ya?”

Urfi mengerutkan dahinya. “Mau di temenin ke mana, Tan?”

Tania tampak ragu, kemudian menggelengkan kepalanya. “Nggak jadi deh”

“Bilang aja, mana tahu aku bisa nemenin kamu”

Tania menatap Urfi, sedikit ragu. “Aku mau ketemu sama teman, Fi tapi belum lama kenal, jadi agak ngeri kalau sendirian”

“Teman apa teman?” goda Urfi.

Tania cengengesan. “Baru teman, Fi”

“Nanti deh coba aku tanya Razi dulu, dia belum ada ngajakin keluar sih”

“Iya, coba tanya, Fi. Mana tahu kamu gak ketemu dia weekend”

Urfi bergerak membuka ponselnya, mengetikkan pesan singkat untuk Razi. Sekedar ingin menanyakan apakah mereka akan keluar akhir pekan nanti seperti biasa atau tidak.

My Razi❤️
Aku lagi mam siang nih? Kamu gimana?

Urfi
Aku juga sayang
Sayanggg
Kita weekend keluar gak?

Urfi tersenyum saat pesannya baru saja terkirim, tapi Razi langsung membacanya.

“Gimana, Fi?”

Urfi melirik Tania yang tidak sabar sebentar. “Lagi ngetik, Tan. Sabar ya”

My Razi❤️
Kayaknya enggak sayang, tadi Hana telepon aku katanya mau minta bantuan ngerjain skripsi

Kamu kan yang ngasih nomor aku ke Hana?

Ah, iya, Hana pasti sudah menghubungi Razi untuk meminta bantuannya. Apa boleh buat? Hana juga membutuhkan Razi agar skripsinya cepat selesai dan segera mendaftar wisuda.

Urfi
Iya, tadi aku yang ngasih
Kamu bantuin Hana ya, kasihan dia belum kelar skripsinya

Urfi segera menutup ponselnya, kemudian menatap Tania yang menunggu jawabannya. “Aku gak ketemu Razi weekend nanti?”

“Jadi, kamu bisa temenin aku?”

Urfi mengangguk sambil tersenyum.

“Yeyy, makasih Urfi sayang” Tania melebarkan tangannya memeluk Urfi saking senangnya. Kemudian ekspresi senang Tania berubah, dahi perempuan itu berkerut. “Eh, tapi tumben gak keluar sama Razi. Kenapa memangnya?” tanyanya, merasa heran.

Weekend Razi mau bantuin Hana ngerjain skripsinya. Kan Razi dulu ambil jurusan yang sama kayak Hana, di kampus yang sama juga” jelas Urfi. Sebenarnya tanpa Urfi jelaskan Tania juga tahu jika Razi saat kuliah mengambil jurusan manajemen karena Hana dan Urfi berteman sedari kuliah.

“Fi, kamu gak takut kejadian kayak waktu itu? Yang mantan kamu sebelum Razi, dia jadian sama Hana di belakang kamu, dan sekarang kamu ngasih Hana peluang buat dekat sama Razi”

Urfi tidak lupa dengan kejadian itu, di mana dirinya mengetahui jika mantan kekasihnya itu menyelingkuhinya, dan parah lagi selingkuhannya itu adalah Hana, adiknya sendiri.

“Razi nggak mungkin kayak gitu, Tan. Lagian yang waktu itu Hana nggak tahu kalau Rehan pacaran sama aku”

Rehan adalah pacar Urfi sebelum Razi, mereka menjalin hubungan kurang lebih satu tahun, dan harus putus karena Rehan ketahuan selingkuh. Dan begitulah alasan yang di sampaikan oleh Hana kepada Urfi, perempuan itu mengaku tidak tahu jika Urfi pacar Rehan. Hana mengatakan jika Rehan mengaku belum mempunyai pacar ketika mendekati Hana.

“Gak ada yang gak mungkin, Fi. Kalau kamu ngasih mereka kesempatan, bisa jadi kejadian waktu itu ke ulang lagi. Dan aku gak yakin kalau Hana beneran gak tahu hubungan kamu sama Rehan”

Tania tidak percaya dengan alasan Hana, Tania yakin jika Hana memang sengaja mendekati Rehan yang notabene-nya adalah pacar Urfi.

Urfi menggeleng, mengenyahkan pemikiran buruk itu. Hana adalah adiknya, tidak mungkin Hana sengaja merebut pacar Urfi, mungkin saja waktu itu tidak sengaja. “Aku yakin Razi bisa jaga perasaan aku, begitu juga Hana”


********


Urfi masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu, ada Hana di sana, perempuan itu sedang memainkan ponselnya. Urfi mengalihkan pandangannya mencari keberadaan Linda.

“Mama ke mana, Han?” tanya Urfi.

Hana menoleh sebentar. “Nggak tahu, Kak. Coba cari di atas aja, mana tahu lagi di kamar”

Urfi mengangguk, kakinya di langkahkan mendekati Hana, bukan menaiki tangga untuk mengecek Linda di kamar. Urfi duduk di sebelah Hana, menatap adik perempuannya itu yang tersenyum menatap layar ponsel.

“Kamu udah hubungi Razi ya?”

Hana yang tadi tersenyum, terdiam, kemudian menarik kepalanya menatap Urfi. “Iya, dia laporan ya ke kamu?”

“Nggak laporan, Han. Dia ngasih tahu aja kalau minggu depan gak bisa ketemu aku soalnya bantuin kamu”

“Oh..” Hana mangut-mangut, matanya kembali fokus menatap layar ponsel.

“Nanti kamu minta jemput sama Razi aja ke rumah, dari pada kamu bawa kendaraan sendiri”

“Emang dia yang jemput, Kak” jawab Hana, tanpa menatap Urfi.

Urfi tersenyum tipis. “Oh, yaudah kalau gitu”

Urfi bangkit dari sofa, melangkah kakinya menaiki tangga, menuju kamar orang tuanya, sekedar mengecek apakah Linda ada di kamar atau tidak. Urfi tersenyum melihat Linda sedang duduk di atas kasur, menonton televisi yang ada di kamar.

“Udah pulang sayang?” tanya Linda, menyadari jika Urfi ada di pintu kamar.

Urfi mengangguk. “Udah, Ma”

“Kenapa? Kamu butuh sesuatu?” tanya Linda, menatap Urfi.

Urfi menggeleng. “Enggak, Ma. Urfi cuma mau ngecek Mama aja, soalnya di bawah nggak keliatan”

Linda tertawa kecil. “Nyariin Mama ya?” godanya. “Mama lagi malas aja nonton di bawah, lagian di kamar ada TV dari pada nggak di pakai ini TV”

Urfi tersenyum. “Yaudah, Ma. Urfi mau ke kamar dulu, mau mandi juga, keringatan”

Linda mengangguk, kembali menatap layar televisi. Urfi menutup kembali pintu kamar Linda, berpindah ke kamarnya yang berada di sebelah kamar orang tuanya. Jadi, posisinya kamar Urfi dan kamar Hana mengapit kamar orang tua mereka.

Urfi menggantungkan tasnya di gantungan yang ada di kamar, kemudian beranjak ke cermin, mengambil kapas pembersih wajah dan juga micellar water. Sebelum mandi, Urfi selalu membersihkan make up dan debu yang menempel di wajahnya. Aktivitas selama di luar membuat banyak debu menempel di wajah Urfi, kapas yang dia gunakan jadi kotor, dan berganti ke kapas lain sampai sudah tidak ada kotoran lagi.

Urfi melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit Urfi habiskan di kamar mandi sampai akhirnya Urfi keluar dengan handuk yang melilit rambutnya. Urfi sekalian keramas karena merasa rambutnya sudah sangat lepek.

Urfi membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap, memainkan ponselnya untuk mengabari Razi. Urfi selalu mengabari Razi saat dirinya sudah pulang dari bekerja, begitu juga dengan Razi. Mereka saling mengabarkan kegiatan masing-masing, meskipun sedang sibuk sekalipun. Karena sesibuk apa pun dirimu, pasti ada waktu untuk mengabarkan pasangan jika memang dia prioritasmu.

Urfi membuka grup karyawan Pratama Group, kantor cabang, kantor di mana Urfi bekerja. Urfi membaca beberapa pesan para karyawan yang membicarakan Direktur baru. Urfi sedikit mencibir saat karyawan perempuan membanggakan Direktur baru yang masih muda. Lagi pula dia menjadi Direktur juga karena orang tuanya yang punya perusahaan. Coba merintis dari awal, di umur segitu dia tidak akan bisa menjadi Direktur.

Urfi juga membuka foto yang di kirimkan salah satu karyawan, Direktur mereka yang tadi di perlihatkan oleh Tania. Urfi melihatnya hanya beberapa detik, kemudian kembali ke room chat. Ada satu pesan yang menarik perhatian Urfi, salah seorang karyawan mengatakan jika besok akan ada makan malam untuk menyambut kedatangan Pak Gahar, Direktur baru mereka.

Jadi, nama Direktur itu Gahar.

*******



*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang