Sebisa mungkin Urfi berusaha menghindari Gahar, bahkan dokumen yang waktu itu Urfi antarkan ke ruangan Gahar belum dia ambil. Dinar mengabarkan padanya jika Gahar ingin Urfi yang mengambil dokumen itu. Urfi tidak mau ke ruangan Gahar, dia bingung dengan pilihannya sekarang. Urfi semakin tidak nyaman bekerja di sini jika masih belum tahu ke mana dia akan membawa hubungannya dengan Gahar.
“Tania, aku mau cerita, deh”
Tania yang duduk di sebelah Urfi menggeser kursinya merapat ke arah Urfi, sedikit mencondongkan badannya. “Cerita apa? Ada gosip baru?”
Urfi mendelik, isi kepala Tania gosip terus. “Bukan. Ini aku mau cerita, aku punya teman” Urfi menatap Tania yang menganggukkan kepalanya. “Nah, dia belum lama nih putus sama pacarnya, terus ada yang datang ke rumah ngelamar dia. Kalau kamu di posisi dia, kamu bakal terima lamaran itu atau enggak?”
Tania menatap Urfi dengan tatapan menyelidik. “Teman kamu yang mana?”
“Ada, teman jauh aku, Tan. Kamu nggak kenal” ucap Urfi, mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Siapa yang lamar kamu?”
“Hah?” Urfi melebarkan matanya. “Bukan aku! Di bilang teman aku” jawabnya terbata-bata.
Tania memicingkan matanya, melipat kedua tangannya di dada. Tania tahu jika Urfi tengah berbohong dengannya, pergerakan Urfi yang menghindari tatapan mata dengannya terlihat begitu jelas. “Udah, nggak usah bohong. Aku tahu ya Urfi gelagat kamu. Siapa yang lamar kamu? Aku kenal nggak?”
Urfi menelan air liurnya susah payah, mengalihkan pandangan lurus menatap komputernya. “Nggak jadi, Tan”
“Siapa?” tanya Tania lagi, menyembulkan kepalanya, menatap wajah Urfi yang terlihat gugup. “Siapa orangnya, Fi?”
Urfi bernapas lega saat mendengar telepon di mejanya berbunyi. “Aku angkat telepon dulu” ucapnya, mengangkat gagang telepon.
“Iya, Mbak Dania. Kenapa, Mbak?” tanya Urfi kepada Dania yang berada di balik telepon.
“Di bawah ada yang mau ketemu sama Mbak Urfi”
Urfi mengernyitkan dahinya. “Siapa, Mbak?”
“Dia nggak mau nyebutin nama, Mbak. Katanya ada hal penting yang mau di bicarain sama Mbak Urfi”
“Oh, yaudah, Mbak aku ke bawah deh”
Urfi menaruh kembali gagang telepon, masih bingung dengan orang yang ingin menemuinya. Siapa kira-kira yang akan menemui Urfi di kantor? Seingatnya, dia tidak pernah membuat janji temu dengan rekan kerja atau pun orang lain. Jika ada orang yang Urfi kenal menemuinya, pasti mereka akan mengabari Urfi terlebih dahulu.
“Siapa?” tanya Tania.
Urfi mengangkat bahunya. “Nggak tahu. Katanya ada yang mau ketemu sama aku di bawah”
KAMU SEDANG MEMBACA
KU PELUK LUKA (Tamat)
ChickLit(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE SECARA ACAK) Kehidupan Urfi yang penuh dengan luka, di tinggalkan oleh Ibunya di panti asuhan ketika bayi. Saat Urfi umur 3 tahun dirinya di adopsi oleh Ibu kandungnya yang sudah menikah...