BAB 8

1.1K 58 0
                                    

“Kamu marah sama aku?” tanya Hana, menatap Razi yang duduk di kursi kemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu marah sama aku?” tanya Hana, menatap Razi yang duduk di kursi kemudi.

Razi menoleh ke arah Hana. “Gimana kalau Urfi tahu hubungan kita!?”

Hana tersenyum miring, melipat tangannya di dada. “Aku nggak peduli Urfi tahu hubungan kita, justru bagus, dengan begitu aku bisa bebas ketemu sama kamu tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi”

Razi menatap Hana tajam. “Dari awal kamu bilang kalau kamu cuma  mau aku jadi pacar kamu, walaupun jadi selingkuhan aku”

Hana mengangguk. “Iya, aku bilang kayak gitu, tapi kamu nggak pernah ada waktu buat aku, tiap weekend kamu selalu keluar sama Urfi” Hana menatap Razi marah. “Kamu lupa kalau aku juga pacar kamu!”

Razi dan Hana menjalin hubungan di belakang Urfi, sudah setahun mereka menjalin hubungan tanpa di sadari oleh Urfi. Razi menyembunyikannya dengan begitu baik, sampai Urfi tidak sadar.

“Kamu itu cuma selingkuhan aku”

Hana tersenyum miring. “Iya, aku cuma selingkuhan kamu, tapi tiap kali kamu pengen, kenapa nggak minta ke Urfi? Kamu selalu hubungi aku buat puasin nafsu kamu”

Hana merasa Razi menjadikannya selingkuhan hanya untuk memuaskan nafsu laki-laki itu. Razi bertemu Hana hanya beberapa kali, itu pun di hotel. Razi tidak pernah benar-benar menganggap Hana sebagai pacarnya, Razi selalu mengutamakan Urfi. Bahkan, Razi berani di depan Hana bersikap mesra kepada Urfi.

“Aku nggak mau Urfi putusin aku kalau aku minta ke dia” jawab Razi pelan.

Hana tertawa sinis. “Hebat ya kamu, di depan Urfi kamu jadi laki-laki yang baik, tapi sama aku, kamu nunjukin wujud asli kamu”

Razi tidak terima dengan ucapan Hana. “Kamu yang pertama kali dekatin aku, kamu juga nawarin diri ke aku, kalau kamu lupa Hana”

Hana menatap Razi tajam. “Terus kamu mau putus dari aku?”

Razi terdiam, membuat Hana tersenyum miring. Razi tidak akan mau putus dengannya, karena hanya Hana yang memberikan apa pun yang Razi mau. Apa yang Hana berikan kepada Razi, Urfi tidak akan bisa memberikannya. Hana sangat tahu isi kepala laki-laki, mereka akan membutuhkan pasangan untuk memuaskan nafsu mereka.

Hana sebenarnya juga tidak mau menjadi selingkuhan Razi jika bukan karena Razi pacar Urfi. Hana tidak suka jika Urfi bisa memiliki pacar yang menyayanginya. Hana tidak rela jika Urfi bahagia, karena Hana jauh lebih pantas bahagia di banding Urfi. Hana iri dengan Urfi yang selalu di kelilingi oleh orang-orang yang begitu menyayanginya. Urfi selalu beruntung dengan percintaan di hidupnya, Urfi selalu bertemu laki-laki yang begitu menyayanginya.

Razi mengusap wajahnya pelan, menghela napas kasar. “Maafin aku, Hana. Aku terlalu ke bawa emosi tadi. Aku takut Urfi curiga sama hubungan kita”

Hana tersenyum. “Urfi nggak akan curiga, aku sengaja pura-pura minta nomor kamu biar Urfi nggak curiga. Dengan begitu kita bisa keluar berdua dengan bebas, Urfi pasti mikir kalau kamu bantuin aku ngerjain skripsi”

Mengerjakan skripsi hanya alasan yang Hana berikan agar bisa sering bertemu dengan Razi. Hana tidak mau jika dia harus bertemu Razi secara sembunyi-sembunyi, Hana ingin Razi menjadi miliknya seorang, tanpa ada nama Urfi lagi.

Razi mengangguk, menggamit tangan Hana. “Aku nggak berpikir ke arah sana. Maaf ya, sayang” Razi mengusap lembut tangan Hana.

Hana mengangguk. “Kamu benar mau nikahin Urfi?” tanyanya kemudian, Hana sempat mendengar perbincangan Urfi dan Razi tadi pagi mengenai Razi yang berniat akan melamar Urfi.

Razi mengangguk, dia bersungguh dengan ucapannya itu. “Aku mau nikahin Urfi, kamu juga tahu kan kalau aku dan Urfi udah pacaran cukup lama”

“Kamu lebih pilih aku atau Urfi?”

Razi melepaskan genggaman tangannya pada tangan Hana. “Kamu pasti udah tahu jawabannya Hana”

Hana tertawa, menganggukkan kepalanya. “Iya, kamu pasti lebih memilih Urfi karena Urfi perempuan yang baik-baik”

“Bukan itu alasannya, aku cinta sama Urfi”

Hana menoleh, menatap Razi yang tatapannya lurus ke depan. “Terus aku gimana, Razi? Kamu jadiin aku selingkuhan kamu bukan karena kamu cinta sama aku?”

Razi menatap Hana. “Aku cinta sama kamu, tapi aku lebih cinta sama Urfi”

Hana muak dengan Razi yang terus menyebut nama Urfi. Di saat mereka sedang bersama pun, Razi selalu menyebut Urfi. Urfi di atas segalanya, Razi lebih mencintai Urfi, Razi tidak mau putus dengan Urfi. Kenapa Urfi selalu lebih darinya?

“Urfi terus yang ada di pikiran kamu” Hana memasang wajah cemberut, tangannya bergerak membuka pintu mobil.

Hana melangkahkan kakinya berdiri di jembatan, menatap lurus ke sungai di bawahnya. Razi memberhentikan mobilnya di tepi jalanan, di dekat mobil terparkir ada jembatan. Di sana Hana berdiri, menghirup udara segar, menghilangkan rasa panas di dadanya saat Razi terus menyebut Urfi.

“Jangan marah sayang, aku tetap pertahanin hubungan kita walaupun nanti aku nikah sama Urfi” Razi memeluk Hana dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang Hana.

Razi egois ya, dia ingin menikahi Urfi, tapi masih tetap mau melanjutkan hubungan perselingkuhannya dengan Hana. Razi menjadi semakin tidak tahu diri, merasa jika Hana bisa dia manfaatkan sampai dirinya bisa memiliki Urfi seutuhnya. Lagi pula, Hana sendiri yang mendekati Razi, awalnya Razi sama sekali tidak berniat berselingkuh dari Urfi. Tapi, tidak akan ada kucing yang menolak jika diberikan ikan.

Hana merasakan embusan napas Razi menerpa leher jenjangnya. “Orang bisa lihat kita, Razi” peringat Hana saat merasakan tangan Razi bergerak naik ke dadanya.

“Mau ke hotel?” tanya Razi dengan napas berat.

Hana membalikkan badannya, menatap Razi yang sudah berkabut gairah. Hana senang karena Razi takluk dengannya, Razi begitu membutuhkannya. Urfi belum melihat apa yang sudah Hana lihat dari Razi, hal itu membuat Hana merasa senang. Dia menguasai pacar Urfi, hanya tunggu waktu saja sampai Razi benar-benar dia dapatkan sepenuhnya.

“Aku masih ngambek sama kamu” Hana memasang wajah cemberut, melipat kedua tangannya di dada.

Razi terkekeh, mengecup singkat bibir Hana yang sedikit mengerucut. “Aku minta maaf kalau tadi aku bikin kamu kesal. Di maafin kan?”

Hana akhirnya tersenyum. “Tapi, janji kamu harus luangin waktu buat aku, jangan Urfi terus”

“Iya, siap sayang”

******

Wadaww, Razi yang di kira Urfi baik-baik ternyata main api yaaa?

Lagian ini Hana kenapa demen banget sama pacar kakaknya, kayak nggak ada cowok lain ajaa

KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang