Urfi menatap jalanan yang padat kendaraan berlalu lalang, malam ini jalanan terlihat begitu macet, maklum malam minggu. Biasanya malam minggu memang lebih ramai dari pada malam-malam lain, terlebih banyak juga pekerja yang baru pulang bekerja, seperti Urfi. Perempuan itu baru pulang karena lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sedikit padat.
“Capek, ya, sayang?”
Urfi mengalihkan pandangannya ke kursi kemudi, di sana Razi menoleh padanya. Urfi tersenyum kepada Razi, pacarnya itu bersedia menjemputnya ke kantor padahal Razi pasti juga lelah sehabis bekerja. “Enggak terlalu sih, sayang. Aku nggak enak aja sama kamu yang harus jemput aku”
Razi menggapai tangan Urfi, membawanya ke sisinya, sedikit mengelus tangan Urfi dengan lembut. “Aku jemput kamu karena nggak mau kamu pulang sendirian malam-malam, bahaya tahu. Lagian kan selagi aku jemput kamu, kita bisa sekalian malam mingguan”
Urfi tersenyum. “Emang mau malam mingguan ke mana?”
Razi tampak berpikir sejenak. “Ke mana ya bagusnya?”
“Nggak tahu juga sih” gumam Urfi, dirinya tidak menemukan tempat untuk mereka bermalam mingguan. “Lagian udah malam juga”
Razi mengangguk, matanya fokus ke jalanan, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Urfi. Entah kenapa sebabnya, Razi merasa begitu gugup saat ini. Jantungnya berdegup cukup kencang, bahkan tangan kanannya menggenggam setir sedikit erat.
Urfi mengernyitkan dahinya saat Razi memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang berada tidak jauh dari kompleks perumahan tempat Urfi tinggal. Urfi menolehkan kepalanya menatap Razi yang tengah menatapnya sambil tersenyum. “Mau malam mingguan di sini?” tanyanya.
Razi mengulum senyum, menarik tangan Urfi ke atas, mencium punggung tangan pacarnya itu. “Kamu tahu kan kalau aku sayang banget sama kamu”
Urfi tersenyum. “Kok tiba-tiba banget ngomong gitu? Aku jadi khawatir nih, ada apa-apa ya?”
Razi sedikit tergelak, menggelengkan kepalanya. “Enggak ada apa-apa, sayang. Emang aku nggak boleh ngomong kayak gitu?”
“Bukannya nggak boleh, tapi tiba-tiba aja, nggak ada angin, nggak ada hujan kamu ngomong gitu”
Razi tersenyum begitu manis, menyembunyikan rasa gugup yang menderanya. “Yaudah, aku panggil anginnya dulu” Razi membuka kaca mobil di sebelah Urfi. “Gimana? Udah kerasa anginnya?”
Urfi tertawa kecil, tangannya memukul lengan Razi pelan. “Razi, ih, kamu mah”
Razi tergelak. “Kamu kalau lagi salting suka mukul ya” godanya. Razi tahu jika Urfi sedang salah tingkah, pacarnya itu suka gemas jika dirinya menggodanya.
Urfi menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya, senyuman masih tercetak sempurna di bibir Urfi, dirinya begitu salah tingkah hanya karena perbuatan kecil dari Razi. “Aku enggak salting ya, jangan kepedean” Urfi memalingkan mukanya ke arah kaca mobil, merasakan angin malam yang masuk, menyapa wajahnya yang memerah.
Razi tergelak. “Iya, Urfi nggak pernah salting kok” godanya lagi, membuat Urfi menatap Razi kesal, tapi masih tersenyum malu. Tangan Razi bergerak mengusap rambut Urfi, menatapnya begitu tulus. “Aku boleh minta tolong nggak?”
“Minta tolong apa?”
“Tolong ambilin tas aku di bagasi belakang, mau nggak?”
Meskipun merasa aneh, Urfi tetap melakukan permintaan tolong dari Razi. Biasanya Razi selalu mengambil barangnya sendiri, tidak pernah membiarkan Urfi melakukan apa-apa sendirian. Urfi menganggukkan kepalanya. “Mau. Emang buat apa tasnya?” tanyanya, penasaran.
“Nanti kamu juga tahu. Ambil dulu aja tasnya”
Urfi mengangguk lagi, keluar dari mobil yang terparkir di parkiran taman. Urfi berjalan ke belakang mobil, di ikuti suara dentuman pintu mobil tertutup yang menyusul. Apa Razi ikut turun juga? Urfi tidak terlalu ambil pusing, perlahan tangannya bergerak membuka bagasi mobil.
Mata Urfi membulat dengan mulut setengah terbuka saat melihat isi bagasi mobil Razi. Saat pintu bagasi terbuka, Urfi melihat ada balon berjumlah 4 buah dengan tulisan I Love You lengkap dengan akrilik berbentuk I❤️U yang di hiasi lampu tumblr berwarna warm white. dan satu buket besar bunga mawar merah, round buket.
KAMU SEDANG MEMBACA
KU PELUK LUKA (Tamat)
ChickLit(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE SECARA ACAK) Kehidupan Urfi yang penuh dengan luka, di tinggalkan oleh Ibunya di panti asuhan ketika bayi. Saat Urfi umur 3 tahun dirinya di adopsi oleh Ibu kandungnya yang sudah menikah...