BAB 23

2.7K 114 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2525 words

******

Urfi menghela napas pelan saat ada nomor baru yang menghubunginya, ini sudah nomor yang kelima di hari ini. Razi terus mencoba menghubunginya dengan membeli nomor baru, nomor yang berakhir Urfi blokir. Tidak ada kesempatan lagi untuk Razi, Urfi akan memaafkan Razi jika saja Razi tidak berselingkuh. Tapi, untuk kesalahan ini, Urfi tidak bisa memaafkannya, terlebih Razi berselingkuh dengan Hana.

Urfi mengaktifkan mode silent, menaruh ponselnya di atas meja rias dengan posisi terbalik. Urfi mematut dirinya di depan cermin, tubuhnya sudah di balut dress. Beberapa jam yang lalu, Linda menyuruhnya untuk mengenakan dress karena akan ada tamu yang datang ke rumah. Sebenarnya Urfi tidak ingin menyambut tamu itu, tapi dia harus menunjukkan kesopanannya.

“Udah selesai, Sayang?” tanya Linda, berdiri di pintu kamar Urfi, tangannya memegang gagang pintu.

Urfi menoleh, tersenyum. “Udah, Ma”
Linda masuk ke dalam kamar Urfi, memperhatikan penampilan Urfi yang tampak cantik. Tangan Linda bergerak membelai pipi Urfi dengan lembut. “Udah selesai sedih-sedihannya?” tanyanya.

Ah, iya, Urfi selalu mengurung diri di kamar selama hampir seminggu. Urfi tidak keluar kamar, bahkan untuk makan Linda yang mengantarkan makanan ke kamar Urfi. Linda yang terus mengingatkan Urfi untuk makan, sesekali Linda melihat keadaan Urfi yang terus meringkuk di balik selimut.

Urfi tersenyum. “Udah jauh lebih baik, Ma”

Waktu yang Urfi habiskan untuk merenung sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakitnya, setidaknya Urfi bisa menerima kenyataan jika Razi bukan lagi pacarnya. Razi bukan lagi laki-laki yang pantas Urfi tangisi. Urfi akan menerima jika memang Hana akan berakhir bersama Razi, lagi pula Hana dan Razi sudah memiliki hubungan yang jauh, mereka sudah tidur bersama.

Linda tersenyum, menggapai kedua tangan Urfi.  “Mulai dari awal, ya? Mama temenin kamu buat buka lembaran baru”

Urfi terharu mendengar ucapan Linda. Selama Urfi bersedih, Linda selalu menyemangatinya, Linda tidak pernah absen memberikan kata-kata penyemangat untuknya.

“Jangan nangis, kita mau kedatangan tamu. Masa kamu nyambut tamunya sambil nangis” Linda mengusap sudut mata Urfi.

Urfi tersenyum, matanya berkaca. “Iya, Ma”

“Ayo, ke bawah” ajak Linda, membawa Urfi bersamanya untuk turun ke bawah.

Urfi melihat jika di meja makan sudah ada beberapa hidangan yang tertata dengan rapi. Linda pasti sudah menyiapkan semua hidangan itu sendirian, dan Urfi hanya sibuk mengurung diri di kamar. Mata Urfi beralih menatap Wandi yang duduk di salah satu kursi di meja makan, dia belum menemukan keberadaan Hana.

“Urfi ikut juga, Ma?” tanya Wandi, menatap Urfi yang sudah rapi.

Linda tersenyum. “Iya, dong, Pa. Kan teman Papa mau ketemu sama keluarga Papa. Ya, jelas Urfi ikut, dia kan juga anak kita"

Wandi tidak menjawab, dia beralih menatap Urfi. Wandi berharap Urfi tidak ikut karena dia tidak mengakui keberadaan Urfi kepada temannya itu. Wandi tidak ingin Urfi ikut dengan makan malam antara dua keluarga itu. “Kamu nggak kamu istirahat di kamar aja, Fi?” tanyanya.

Urfi menatap Wandi. Apa Wandi mengkhawatirkan keadaannya? Atau Wandi tidak ingin Urfi ikut makan malam bersama teman lamanya?

“Urfi udah istirahat lama, Pa. Udah waktunya keluar, mana tahu dengan berinteraksi sama orang lain bikin Urfi merasa lebih baik” sanggah Linda, tersenyum kepada Wandi.

“Emang Urfi udah sembuh?” tanya Wandi lagi, yang dia tahu Urfi tidak keluar kamar karena sakit. Wandi juga mendengarnya dari Linda.

“Udah, kok” jawab Linda, kemudian beralih menatap Urfi yang berdiri di sampingnya. “Iya, kan, sayang?”

Urfi menoleh, matanya sedikit melirik Wandi yang tampak tidak suka dengan dirinya. “Kayaknya Urfi di kamar aja deh, Ma”

Linda menahan tangan Urfi saat anak perempuannya itu akan melangkah menjauhi meja makan. “Kamu ikut aja, udah rapi juga. Ini permintaan Mama, kamu mau bikin Mama kecewa?”

“Tapi, Ma..”

“Nggak ada tapi-tapian” Linda beralih menatap Wandi, tatapannya itu seperti mengancam. “Urfi boleh ikut kan, Pa? Urfi udah sembuh juga”

“Yaudah, Ma” ucap Wandi pasrah, Linda akan marah jika Wandi bersikeras untuk melarang Urfi ikut makan malam.

Wandi tahu jika istrinya itu sangat menyayangi Urfi, Linda memperlakukan Urfi layaknya anak kandung. Kasih sayang Linda di curahkan kepada Urfi sampai orang lain akan langsung tahu jika Urfi anak kesayangan Linda. Wandi terpaksa mengikuti kemauan Linda, tidak ingin Linda hengkang dari rumah, dan meninggalkannya.

KU PELUK LUKA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang