09. Liam's plan

842 75 1
                                    

"Udah bego, lo mau mati hah?" Axel merebut botol minuman keras itu dari tangan Liam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah bego, lo mau mati hah?" Axel merebut botol minuman keras itu dari tangan Liam. Padahal tubuhnya sudah bersandar lemas pada sofa, tapi tangannya itu masih kuat menyodorkan minuman ke mulutnya.

"Kenapa hidup gue kaya gini ya Xel? Gue gamau... Gamau sama Kaiza" Ucapnya kembali merengek, sedari tadi yang ia lakukan hanyalah menangis, terdiam, dan menangis lagi. Axel sudah bosan mendengarkan orang gila ini mengoceh sejak tadi.

"Xel .. Apa gue bunuh diri aja?" Axel langsung memukul kepala Liam ketika kata itu keluar dari mulutnya.

"Lo gila ya? Udahlah, lo gausah sampai segininya. Lo nikahin aja Kaiza, di fikir - fikir ada untungnya juga, Yam. Utang Papi lo lunaskan dengan lo sebagai jaminan? Kalo lo udah nikah sama Kaiza, lo buat aja dia cape sama kelakuan lo dan cerein lo. Gampangkan? Hutang Papi lo lunas, lo pun bisa lepas dari dia" Liam menoleh ke arah Axel, memikirkan apa yang di ucapkannya itu ada benarnya juga. Liam kembali tertawa keras, akhirnya ia mendapatkan ide dengan otaknya.

"Udah gila ini orang" Axel beranjak dari sana membawa semua botol - botol yang ada di meja itu.

Liam tiba - tiba datang ke Barnya dengan keadaan kacau, dan memintanya untuk menyuguhkan semua minuman yang ada. Axel awalnya menurut saja, karena ia pun di bayar untuk itu

Tapi ketika melihat Liam sekacau ini, membuat Axel sadar bahwa temannya itu sedang tidak baik - baik saja.

-

Liam terbangun di jam 12 siang di depan pintu Apartemennya, untungnya di dalam bukan di luar. Mungkin semalam Axelah yang mengantarnya kembali kesini.

Liam bangkit dari tidurnya, memijat - mijat lehernya yang terasa pegal karena terlalu lama tidur di lantai. Badannya pun ikut terasa sakit karena tidur di lantai itu.

Liam berjalan menuju dapurnya untuk meminum sesuatu, ia bisa merasakan kerongkongannya yang sangat kering saat ini. Ia sedikit menghela nafasnya ketika mengingat harus memenuhi jaminan Papinya itu.

Liam merogoh sakunya untuk menelfon Papinya, ia sudah pada keputusannya. Ia akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

'Halo, Liam?'

"Liam setuju buat nikah sama Kaiza, tapi jaminannya beneran lunas dengan Liam nikahkan?" Liam bisa mendengar Papinya itu bernafas lega.

'Iya, harusnya perjanjiannya kaya gitu. Papi masih ada surat kontraknya kok'

"Yaudah" Liam mematikan panggilan itu, ia hanya ingin memastikan bahwa kontraknya usai ketika Liam sudah menikah dengan Kaiza.

"Liat aja, gue bakal buat lo kesusahan karena udah setuju jadiin gue sebagai jaminan" Liam menyeringai kecil dengan ide - ide gila yang ada di otaknya. Kaiza fikir Liam akan menjadi anak penurut dan baik hati? Tidak, tidak akan.

Liam berjalan keluar dari Apartemennya, ia harus menikmati hari - hari lajangnya sebelum menyandang status sebagai suami orang. Ia memastikan akan benar - benar bersenang - senang hari ini.

 Ia memastikan akan benar - benar bersenang - senang hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




ADORE YOU 2 [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang