27. Testing Kaiza's Patience

861 79 4
                                    

Kaiza turun dari tangga, ia sibuk memijat dahinya yang benar - benar terasa 2x lipat lebih pusing saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaiza turun dari tangga, ia sibuk memijat dahinya yang benar - benar terasa 2x lipat lebih pusing saat ini. Kantornya sedang ramai dengan Awak Media, jadi ia memilih tidak akan pergi ke kantornya untuk beberapa saat.

Kaiza melihat ke arah meja makan yang kosong, tidak ada Liam di sana. Bahkan di kamar atau kamar mandi pun Kaiza tidak dapat menemukan sosok Liam.

Kemana anak itu pergi di pagi hari seperti ini? Kaiza berjalan ke arah meja makan untuk minum, lalu mengambil ponselnya menelepon Liam, namun Kaiza lupa bahwa ponsel Liam ada pada dirinya.

Ia kembali mengantongi ponselnya, dan menoleh ke arah jalan menuju ruang tengah ketika mendengar suara ramai dari sana. Ia langsung berjalan menuju ruang tengah menghampiri suara - suara itu berasal.

Kaiza melihat Liam tengah bermain sebuah permainan tangan dengan ke-dua Maid dan Max itu. Sepertinya mereka terlihat sangat asik, membuat Kaiza sedikit tidak senang.

"Liam" Ke-empat orang itu menoleh canggung melihat ada Kaiza, ke-dua Maid dan Max itu segera berdiri dan menunduk lalu berjalan berurutan meninggalkan ruang santai itu memberi waktu kepada Kaiza dan Liam.

Kaiza menghampiri Liam yang hanya duduk di karpet memainkan bulu - bulu karpet itu tidak ingin melihar ke arah Kaiza. Ia tiba - tiba saja teringat bagaimana Kaiza mengungkapkan kata - kata itu tadi malam, hal itu hampir membuat Liam terbakar semu merah di pipinya.

"I'm sorry" Ucap Kaiza membuat Liam menoleh.

"Buat apa?" Kaiza mengelus tengkuknya itu.

"Masalah lukisan.." Ucap Kaiza Karena seingat Kaiza Liam masih marah soal masalah lukisan itu.

"Dan..?" Tanya Liam memastikan.

"Dan..?" Kaiza malah mengucap ulang katanya dengan raut bingung membuat Liam berdecak kesal.

"Dan apa?" Liam bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Kaiza.

"Emang ada lagi?" Alis Liam mengerut kesal menatap ke arah Kaiza. Apa dia tidak ingat bahwa tadi malam ia mencium Liam? pulang larut malam dan turut merepotkan Liam?

"Lo ga inget?" Kaiza menganggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menunduk bingung, memang kesalahan apa lagi yang ia perbuat kepada Liam?

"Lo buat apa aja tadi malem, lo ga inget?" Sekarang Liam benar - benar menatap Kaiza penuh intimidasi, jangan bilang Kaiza tidak ingat telah mencium dan ahh sudahlah.

Liam sudah di ambang kekesalannya, ia berjalan melewati Kaiza menabrak bahunya begitu saja. Sia - sia saja semalaman ia memikirkan soal kata - kata itu, dan tidak bisa tidur karenanya, dan ini balasan Kaiza? Bahkan Kaiza tidak mengingat apa yang ia perbuat tadi malam pada Liam.

Liam merasa kesal setengah mati, apa ia merasa goyah? Hanya karena Kaiza mengatakan bahwa ia mencintainya? Liam yang bodoh, harusnya sejak awal ia fokus dengan tujuannya melepaskan dirinya dari Kaiza.

-

Seharian ini Kaiza hanya terdiam di ruang kerjanya memikirkan percakapannya dengan Liam tadi pagi, berusaha diingat pun hanya membuat kepala Kaiza rasanya semakin pusing. Setelah pusing memikirkan berita yang menyebar, kini ia harus memikirkan kesalahan lain yang diperbuatnya oleh Liam.

Kaiza menyesap kopinya dan kembali menatap ke layar laptop. Sedari tadi yang ia lakukan hanya menatap laptop itu tapi fikirannya melayang entah kemana.

Kaiza menoleh ketika pintu ruangannya di buka tergesa - gesa oleh Max.

"What's wrong?" Max masih mengatur nafasnya, ia lalu menunjuk ke arah pintu.

"Mr. Liam... He.." Mendengar nama Liam, Kaiza langsung beranjak dari duduknya dan berlari ke arah luar.

Ia melihat dari lantai atas keadaan dapur yang sudah seperti kapal pecah itu. Kaiza berjalan cepat ke arah sana ingin memastikan tidak ada yang terjadi pada Liam.

"What are you doing?" (Apa yang kalian lakukan?) Liam yang tengah membersihkan dirinya dari tepung - tepung itu langsung menatap Kaiza dengan acuh.

"Liam" Panggil Kaiza sekali lagi.

"Apa? Memangnya ga boleh? Keluar ga boleh, handphone gua lo ambil, sekarang gua mau ngilangin rasa bosen juga ga boleh?" Ucapnya menatap marah ke arah Kaiza.

Kaiza menghela nafasnya, ia berjalan menuju ke arah Liam dan mengusap pipi Liam yang masih ada sisa tepung itu. Keadaan dapur itu sudah sangat kacau, tepung di mana - mana dan keadaan Koki yang jauh dari kata baik - baik saja. seorang Koki bernama Brandon itu sudah seperti mandi tepung saat ini, sambil memegang sebuah spatula di tangannya ia hanya sanggup menunduk tidak berani menatap Kaiza.

"Gue ga ngelarang lo buat apapun di rumah ini, gue cuman khawatir lo kenapa - napa" Ucap Kaiza sambil membersihkan tepung - tepung yang berada di wajah dan kepala Liam.

Liam langsung menepis tangan itu dengan kasar, dan berlari dari sana menuju kamarnya.

"Tell the maids to clean up all this mess, and you clean yourself up" (Suruh para pelayan membersihkan semua kekacauan ini, dan kau bersihkanlah dirimu) Ucap Kaiza kepada Koki itu dan berjalan menuju ruangannya kembali.

Jika ia menemui Liam itu hanya semakin membuat anak itu marah kepadanya, jadi Kaiza memilih untuk menjauhkan dirinya terlebih dahulu dari Liam beberapa saat ini. Baru Kaiza menjelaskan kepada anak itu tentang semuanya ketika Liam sudah redah dengan amarahnya.

Tapi sudah hari ke-tiga Kaiza berada di rumah, dan selalu saja Liam membuat kekacauan, entah apa yang menjadi tujuan anak itu. Tapi hal ini benar - benar menguji kesabaran Kaiza.

Setelah membuat Tuan Brandon kewalahan dengan tingkahnya, ia juga memecahkan guci besar di sebelah pintu kamar, memberantakan buku - buku di perpustakaan dan sekarang ia tengah mogok makan dan terus menuntut ingin ini dan itu. Tapi saat makanannya tiba ia menolaknya.

"Liam, lo mau apa sebenernya?" Liam menatap Kaiza dengan lirikan tajamnya.

"Kenapa? Lo capek? Kalo capek lo bisa pulangin gue aja" Ucap Liam dengan gaya bersidekap dadanya itu tidak ingin menatap Kaiza.

"Kalo lo marah sama gue, cukup nyusahin gue aja jangan yang lainnya. Kasian mereka" Ucap Kaiza lalu keluar dari kamar itu meninggalkan Liam.

"Nyenyenyenye ..." Ucap Liam mengikuti gaya bicara Kaiza dengan mengejek.

Segala cara sudah ia lakukan tapi tidak juga membuat Kaiza marah besar kepadanya. Sepertinya ia harus membuat rencana lebih besar lagi dari ini agar Kaiza marah kepadanya.
Tapi apa yang harus Liam lakukan? Jika menghancurkan segala isi rumah yang ada para pekerja disini akan repot seperti kata Kaiza.

Liam menggaruk kepalanya bingung, ia akhirnya hanya merebahkan dirinya di atas kasur dan menghidupkan televisi di kamar itu. Mungkin menonton Film akan membuatnya mendapat sebuah ide.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADORE YOU 2 [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang