LIAM POV
Perlahan aku membuka mataku, sunyi, sepi. Tidak ada siapapun, hanya ada aku sendiri. Aku memegang kepalaku yang terasa sakit luar biasa, ingatan itu masih tak sepenuhnya hilang dari kepalaku.
Mereka bak bayang - bayang yang selalu berada di dalam otakku, kenapa mereka dulu melakukannya padaku? Aku yang tidak tahu apa - apa, kenapa harus menerima rasa sakit ini?
Aku menoleh ke arah pintu yang perlahan terbuka dan menampilkan sosok Kaiza, wajahnya terlihat khawatir melihat ke arahku.
"Udah bangun? Kenapa ga manggil?" Tanyanya saat sampai di sebelahku, tangan Kaiza mulai mengangkat tanganku dan mengelusnya lembut.
"Kenapa? Masih sakit? Mau aku panggilin dokter lagi?" Aku sontak menggeleng mendengar itu, Kaiza pasti merasa sangat khawatir karena melihatku seperti tadi.
Aku hanya menampilkan senyuman terpaksa agar Kaiza tidak lagi merasa khawatir padaku, padahal dalam hati rasa gusar dan ketakutan itu masih ada.
Kaiza diam menatapku, perlahan tangannya menyelip di balik tubuhku dan mengangkatku, membawaku ke dalam pelukannya.
"Jangan disembunyiin, bilang ke aku apapun yang kamu rasain" Mendengar itu entah kenapa rasanya semua rasa yang kusembunyikan melonjak menjadi emosi yang membuatku perlahan menangis di dalam pelukan Kaiza.
"Takut Kai.." Kaiza menepuk - nepuk punggungku, pelukan hangat itu seakan - akan mengatakan bahwa aku sudah aman berada di dalamnya.
"Takut soal mereka ganggu kamu lagi? Bahkan cuman untuk seonggok serangga mau gigit kamu aku ga bakal biarin mereka Liam, kamu aman sekarang.. Ada aku" Ucapnya dan menangkup kedua pipiku, ibu jarinya mulai mengelus pelan pipiku menghapus jejak air mata yang menyisa di sana.
"Tapi aku bener - bener ga apa - apain Dion.. Aku.. Aku gatau kenapa mereka terus mukulin aku Kai" Ucapku sambil terisak, entah sudah yang keberapa kalinya aku menangis di depan Kaiza.
Apa dia bosan jika melihatku seperti ini? Maaf, aku benar - benar tidak bisa menahan emosionalku ketika berhadapan dengan Kaiza.
"Aku percaya, bukan kamu yang apa - apain Dion.." Ucap Kaiza dan tersenyum kecil.
"Jangan nangis lagi.. Cukup fokus ke aku dan kamu aja sekarang"
"Tapi kalo mereka nemuin aku lagi gimana? Kalau mereka balas dendam? Aku takut .." Ucapku sambil menunduk takut.
"Aku yang bakal urus, kamu ga perlu takut. Ini bukan kesalahan kamu, kalau pun mereka marah soal Dion.. Yang harusnya mereka incer itu aku, bukan kamu" Aku terhenyak mendengar itu. Seketika ingatanku memutar saat dimana Keenan mengatakan bahwa Kaizalah yang membuat Dion koma. Jadi apa maksudnya semua ini?
"Jangan difikirin, ayo makan dulu" Aku menggeleng lemas, bahkan selera makanku sudah hilang.
"Makan dulu, aku gamau kamu tambah sakit. Jangan terlalu difikirin, pelan - pelan kita obatin traumanya. Kamu mau bisa balik berenang kan? Aku bakal wujudin keinginan kamu, tapi aku ga bisa sendiri.. Kamu juga harus ikut berusaha sayang" Ucapnya, tangannya mengelus rambutku lembut. Tatapannya benar - benar membuatku tenang, sesaat aku terhanyut dengan sikap lembut itu sampai lupa untuk menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU 2 [ENDING]
Teen FictionLiam Mavrendra yang berusaha keras keluar dari jeratan sang Mantan, ia melakukan segala cara untuk berusaha lepas. Namun nyatanya takdir malah membuatnya semakin terikat dengan Kaiza Lavinia. Wanita licik yang membuat Liam susah lepas dari genggaman...