20. Wellington

997 78 2
                                    

'From the start what I wanted was you, Liam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'From the start what I wanted was you, Liam... ' Liam terngiang - ngiang dengan kata itu, ia tidak bisa berhenti memikirkannya. Apa yang di maksud Kaiza?

Ia melirik ke arah Kaiza yang sedang berkutat dengan laptopnya, sedari tadi pun yang ia lakukan hanyalah diam. Sementara Liam di buat bingung dengan ucapannya itu.

Liam sedikit terkejut saat Kaiza menoleh ke arahnya, buru - buru Liam mengalihkan pandangannya ke arah jendela agar tidak bertatap mata terlalu lama.

"I'm serious about what I said earlier." (Aku serius dengan apa yang Aku katakan sebelumnya) Ucap Kaiza tanpa menoleh sedikit pun, Liam yang mendengar itu langsung mengalihkan atensinya ke arah Kaiza.

"Hah?" Kaiza menatap ke arah Liam yang bingung itu.

"Tentang kerja" Liam pikir ia akan membahas kalimat terakhirnya itu.

"Gamau"

"Gue udah kirim surat resignnya" Liam membelakkan matanya menatap ke arah Kaiza.

"Gue kan belum mutusin? Lo kok seenaknya sih?!" Kaiza hanya diam enggan menjawab.

"Kai? Gue gamau berenti, tarik suratnya sekarang"

"Gue gasuka" Liam mengernyit menatap nyalang ke arah Kaiza.

"Kenapa lo ga suka?!" Nadanya sedikit tinggi karena merasa kesal, beberapa penumpang sedikit terkejut mendengar teriakan Liam itu.

"Karena lo milik gue, Liam" Liam terdiam mendengar itu, tatapan Kaiza yang terlihat sangat serius itu pun ikut membuat seluruh tubuh Liam membatu.

"I was never yours, Kai." (tidak pernah menjadi milikmu, Kai) Ia sedikit mengehempas tubuhnya ke bangku, dan menatap keluar. Ia malas Melihat ke arah Kaiza.

-

Sesampainya di Wellington Kaiza tidak pernah absen melepaskan tangannya barang sedetik pun. Entah apa yang membuat anak ini semakin menempel padanya, bahkan jika ia melepas tangannya sedetik pun Liam tidak akan hilang.

Kaiza tengah menghubungi seseorang, sementara Liam hanya sibuk melihat ke arah jalanan dan orang - orang yang tengah berlalu - lalang itu.

Tidak menunggu waktu lama sebuah mobil datang menghampiri mereka, seorang Supir turun dari mobilnya memberi hormat kepada mereka dan langsung membawa barang - barang yang ada di samping Kaiza dan Liam itu ke dalam mobil.

Kaiza membukakan pintu untuk Liam masuk, Liam hanya memandang malas dirinya dan masuk ke dalam mobil itu dengan enggan disusul oleh Kaiza yang duduk di sampingnya.

Supir tergesa - gesa masuk ke dalam mobil dan kembali menjalankan mobilnya tanpa berbicara apapun. Liam pun sedang malas bicara, ia hanya memandang keluar jendela dan sedikit menjaga jaraknya dengan Kaiza di sampingnya itu.

Lumayan jauh perjalanan ke rumah Kaiza, mobil yang berjalan sangat hati - hati dan penuh teliti itu malah membuat Liam rasanya mengantuk dan berakhir tidur selama perjalanan. Awalnya ia berusaha menguatkan matanya, namun pada akhirnya ia tetap terlelap juga.

Kaiza menoleh ketika suara benturan kecil di sampingnya, ia melihat Liam yang sudah terlelap dan kepalanya yang bersandar pada kaca mobil. Kaiza menarik kepala itu perlahan ke arah bahunya, jika anak itu terbangun bisa habis dirinya kena amuk karena sudah menyentuhnya.

Kaiza tak henti - hentinya menatap Liam yang berada di sampinganya itu. Namun aksinya itu harus terhenti karena mobil yang tiba - tiba ngerem mendadak membuat tubuh keduanya maju ke depan.

Kaiza menahan tubuh Liam, Tangan kananya melingkar di pinggang anak itu dan tangan kirinya sibuk menahan tubuh depan Liam.

"Eemmngh.."

"Ssshh... sshh ssh.." Kaiza mengelus kepalanya agar Liam kembali nyenyak dalam tidurnya.

"Sorry Mrs. there was a speed bump. I didn't see it." (Maaf Nyonya, ada polisi tidur. Saya tidak melihatnya)

"Be careful" (Hati-hati) Supirnya itu langsung mengangguk canggung, dan kembali menyupir dengan lebih hati - hati.

-

Sampai di rumah Kaiza mobil langsung menuju ke garasi bawah membawa ketiganya. Kaiza melirik ke arah Liam yang masih nyenyak sekali dalam tidurnya, ia hanya tersenyum melihat wajah damai itu.

"It's arrived, Mrs." Kaiza menoleh kesekitar, mereka sudah tiba di depan lift yang berada di basement. Kaiza kembali menoleh ke arah Liam mencoba untuk membangunkannya.

"Liam?" Kaiza mencoba untuk mengelus pipi itu dengan jarinya, agar anak itu terusik. Namun seperti pingsan anak itu tidak terganggu sama sekali.

"Bring all the items to the room that has been prepared" (Bawa semua barang ke kamar yang sudah disiapkan).

"Yes, Mrs" Kaiza turun terlebih dahulu, ia lalu menyelipkan tangan kirinya di bawah kedua dengkul Liam, dan tangan kananya yang berada di pinggang Liam. Ia lalu mengangkat Liam, dan membawanya ke dalam lift yang langsung menuju ke dalam rumah.

Kaiza memandang ke arah Liam yang masih nyenyak bahkan di gendongannya, jika keadaan anak itu tengah bangun pasti ia akan meronta dan meneriaki Kaiza saat berada di gendongan Kaiza seperti ini. Mengingat wajah Liam ketika Kesal membuat Kaiza tersenyum kecil sambil menatapnya.

Kaiza keluar dari lift, penjaga yang menjaga di depan lift itu langsung memberi hormat kepada Kaiza dan Liam yang baru saja datang.

Kaiza berjalan menyusuri lantai 2 rumahnya itu, banyak pelayan yang menjaga seluruh sudut rumah memberikan hormat saat Kaiza melewati mereka.

Salah satu pelayan membantu Kaiza untuk membukakan pintu agar Kaiza mudah untuk masuk. Setelah Kaiza masuk pelayan itu kembali menutup pintunya.

"Emhh.." Alis Liam mengerut, tidurnya sedikit terusik karena gerakan Kaiza yang baru menurunkannya dari gendongan.

Kaiza kembali mengelus kepala itu agar anak itu kembali tenang, ia menarik selimut untuk menyelimuti Liam. Sebelum pergi Kaiza sempat menyium dahi Liam terlebih dahulu, karena ia tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan yang ada.

 Sebelum pergi Kaiza sempat menyium dahi Liam terlebih dahulu, karena ia tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADORE YOU 2 [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang