MENGINGAT LUKA

409 138 82
                                    

📌 jangan lupa vote dan comment nya ya gusyyy!

2. Mengingat Luka

_malam itu di buat untuk tidur Ra, bukan buat nangis_ BASKARA ALFIN MILLANIO

*
*
*
*
*

        Malam ini kota sedang di guyur hujan tanpa henti. Sudah hampir 3 jam hujan tidak kunjung mereda. Jalanan kota tampak begitu sepi dan sunyi. Hanya ada beberapa pengendara yang masih berlalu lalang. Entah apa yang mereka lakukan ketika hujan seperti ini.

        Tidak ada hentinya petir dan hujan masih terdengar begitu jelas. Jalanan sudah mulai digenangi oleh air yang semakin tinggi dan melewati beberapa jalanan kota. Menemani dua anak manusia yang duduk berdampingan di sebuah balkon kecil, memandangi air hujan yang tidak kunjung berhenti.

        Hanya ada keheningan di antara mereka. Tidak ada yang berminat untuk membuka suara. Mereka hanya asik dengan dunia nya sendiri. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.

        Entah berapa lama Aura membiarkan traumanya kembali kambuh. Cewek itu terlalu memaksa tubuhnya.

        Hujan. Satu hal yang sangat ia benci.

        "Udah malem Ra, masuk!" akhirnya cowok dengan jaket hitam kebanggaan itu membuka suara.

        "Lo masuk aja, gue masih mau di sini."jawabnya dengan selimut yang masih menutupi tubuh mungilnya itu.

        Baskara menatap kearah Aura yang masih duduk dengan memeluk kedua kaki nya sendiri. Menatap ke depan dengan tatapan kosong.

        "Malam Ra, seharusnya lo tidur. Bukan nangis sampai sesenggukan kayak gini." Baskara merangkul tubuh Aura yang terguncang hebat akibat isak tangisnya. Cowok itu membawa Aura kedalam pelukannya. Mengelus dengan begitu halus rambut panjangnya.

        "Hiks... hikssss" Aura menyandarkan kepalanya pada dada bidang Baskara yang lebar itu. Terasa begitu hangat dan sangat nyaman. Kedua tangannya memeluk cowok itu dengan begitu erat.

        "Entah apa yang kakak gue lakuin ke lo sampai sesedih ini Ra."

        "Kakak lo pergi terlalu jauh Fin, kakak lo terlalu curang." jawabnya dengan lirih namun masih bisa terdengar oleh Baskara.

        "Udah satu tahun kepergian kak Alden, gue harap lo bisa nerima semua ini." Aura menggeleng dengan kepala yang masih bersembunyi di pelukan cowok itu.

        "Setelah semua kesempurnaan, kebahagiaan yang di berikan kakak lo..... " Aura menjeda ucapan nya. Dia mendongak, menatap Baskara yang kini juga menatap nya. "Gue nggak bisa lupain itu semua Alfin, semakin hari ingatan kebahagiaan, kenangan bersama Alden semakin menampar gue." Aura bersandar di tubuh Baskara yang sangat nyaman itu. Dia tersenyum dan memejamkan kedua matanya. Rasanya sangat sama. Dia selalu merasa nyaman ketika begitu dekat dengan Baskara. Entah itu karena Alden dan Baskara adik kakak atau entah mengapa.

        "Semakin hari gue semakin di buat sakit oleh takdir yang harus gue terima. Gue kira semakin jauh gue melangkah semakin gue melupakan semua nya, tapi nyatanya enggak. Gue di tampar berkali-kali oleh masa lalu gue"jelasnya.

        Baskara hanya diam. Dia tidak berniat untuk membuka mulut. Memberikan Aura ruang untuk menceritakan semua apa yang dia rasakan selama ini. Kepergian Alden yang sudah 1 tahun lalu membuat Daddy dan Mama nya masih dalam keterpurukan.

        Baskara yang begitu tau bagaimana kakaknya memperlakukan Aura sebagai seorang putri, Alden yang selalu memberi kebahagiaan, memberi semua hal yang Aura butuh kan, nyatanya itu semua hanya membuat Aura semakin sedih dengan kepergiannya.

BASKARAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang