HUJAN DI PELUPUK MATA

139 70 17
                                    

Follow sebelum membaca!!

📌 jangan lupa tinggalkan jejak bintangnya ya!! Aku nggak akan capek ngingetin kalian terus!!

📍Tulis satu kata untuk OrSel➡️
(ORION & Sherly)

Follow akun ig: author.baskaraura_

        Happy reading:v

25. Hujan Di Pelupuk Mata

    Apakah belum cukup Mama terus menerus menyakiti perasaanku?
_Aura Anggun Queensha

*
*
*

        Pagi ini mood Aura sedang tidak baik-baik saja. Sudah hampir sepuluh menit dia hanya duduk di meja rias dengan terus menatap wajahnya yang sembab dari pantulan kaca. Kedua matanya benar-benar menghilang rasanya, setelah begitu puas menangis akhirnya dia bisa tertidur yang sialnya mmabuat kedua matanya bengkak. Bahkan bekas tamparan Alina terlihat jelas karena tidak segera ia kompres.

       Aura menghela nafas, bangkit dari duduknya dan memijat pelipisnya yang terasa begitu pusing. Entahlah ia rasa hari ini akan demam karena cuaca pagi ini terasa begitu dingin.

        Dengan seragam putih yang di lengkapi dengan rompi,Aura menggendong tas sekolahnya, dengan sepatu putih yang sudah melengkapi atribut sekolahnya pagi ini. Aura berjalan menuruni satu persatu anak tangga, menghampiri Alina yang sudah datang terlebih dahulu dan menikmati hidangan pagi ini di meja makan.

        Gadis itu mengatur nafas. Entahlah,melihat wajah Alina saja membuat bekas tamparan yang ada di pipinya tiba-tiba terasa sakit. Langkah Aura berhenti, melihat Alina yang tiba-tiba beranjak dari kursi duduknya,padahal makanan yang ada di hadapannya masih tersisa banyak, hal itu mampu membuat mood Aura benar-benar hancur.

        Apakah Alina marah? Tapi kenapa? Seharusnya bukan wanita itu yang tampak begitu kesal, Auralah yang berhak melakukan hal itu.

        "Secepatnya kamu akan Mama kirim ke Amerika." ucapnya membuat Aura menghentikan langkah kakinya mendekat ke meja makan.

        Aura menoleh, melangkah mendekat dan menghadang jalan Alina, Aura benar-benar menghalangi jalannya.

        "Belum cukup Mama buat nyiksa perasaan aku? Belum cukup Mama selalu bertindak seenaknya sendiri tanpa memedulikan perasaan aku?" suara Aura gemetar, dipandanginya Alina yang masih mematung. Wanita itu tidak menatap Aura sama sekali.

        "Kalau Mama memang ngerasa terbebani karena aku ada di sini maka aku akan pergi dan aku janji nggak akan pernah ngerepotin Mama lagi."

        "Pergilah! Mama nggak mau berdebat dengan kamu." ucapnya dingin.

        Aura memejamkan kedua matanya, meremas ujung rok sekolahnya sebagai tempat pelampiasan amarahnya. Alina selalu begitu, bersikap semaunya sendiri tanpa harus meminta persetujuan dengannya ketika hendak melakukan apapun itu. Cukup sakit hati Aura merasakan semua perilaku Alina yang setiap hari semakin menjadi. Selama ini Aura hanya diam dan menurut karena hanya dia yang Alina miliki. Menjadi anak satu-satunya membuat Aura selalu menjadi bahan pelampiasan kekesalan kedua orang tuanya.

BASKARAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang