Follow sebelum membaca!!
📍tinggalin jejak!!!
📍satu kata untuk Johan ➡️
Happy reading:v
36. Bukan Aku Yang Menginginkan Ini Semua
"Jika sejak awal kau memberitahu ku, maka rasanya tidak ada sesakit ini"
~Baskara Alfin Millanio~
Baskara tertidur di dalam dekapan hangat sosok Bunga---Ibunya. Bahkan saat tertidur cukup lama seperti ini napas cowok itu masih memburu dan membuat Bunga begitu khawatir. Tindakan Baskara tadi benar-benar di luar dugaan Bunga dan juga Aden. Tidak biasanya Baskara akan bersikap seperti itu kepada Johan. Terlebih Baskara masih belum tau kebenaran yang lain.
Setelah mengobati luka yang ada di tangannya, Baskara memilih untuk di peluk sang Ibu. Cowok itu seakan tidak merasakan sakit saat Bunga mencabut beberapa pecahan kaca yang menancap pada punggung dan jari-jari tangannya. Padahal Baskara tidak memakai bius sama sekali. Bunga sudah mengatakan jika rasanya akan sangat sakit jika tidak di kasih obat medis, tapi cowok itu menyuruh Bunga untuk menggunakan alat dan obat seadanya yang ada di rumah.
Bunga bahkan tidak terlalu fokus kepada luka yang ada di tangan putranya itu, tatapannya hanya fokus pada kedua belah mata Baskara yang menatap ke atas langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
Jari-jari lentik wanita berusia 40 tahunan itu terus mengusap surai hitam pekat milik Baskara tanpa henti. Di tatap nya sendu wajah damai putranya itu, wajah nya terlihat sangat lelah dan badannya terasa hangat. Mungkin karena cowok itu sakit, namun dia tidak mengatakan nya.
Cup
"Mama nggak tau kalau kamu akan melakukan tindakan seperti ini, Kara." ucap Bunga setelah meninggalkan kecupan singkat pada kening putranya itu.
Dengan hati-hati Bunga meletakkan lengan tangan Baskara yang melingkar di pinggangnya di atas kasur. Bunga menuruni kasur dengan pelan agar Baskara yang tertidur lelap itu tidak terganggu sama sekali. Menutup pintu tanpa menimbulkan suara agar Baskara tetap nyaman.
Langkah kakinya terus menuruni satu persatu anak tangga. Pandangannya menjuru di setiap sudut ruangan yang terlihat begitu berantakan karena pecahan kaca dan benda-benda lainnya. Pada anak tangga terakhir, Alina menatap prihatin Aden yang masih duduk di kursi meja makan dengan kedua tangan yang di lipat di atas meja, kepalanya ia sembunyikan di lipatan tangan itu.
Setelah kepergian Johan Baskara benar-benar mengamuk dan melemparkan semua barang yang dapat ia jangkau. Putranya itu terlihat begitu marah dan benci pada Daddy nya sendiri tentang fakta yang sudah ia ketahui. Bunga terkejut bukan main saat Baskara kembali meninju meja kaca itu karena melampiaskan rasa kesalnya yang hendak memukul Aden habis-habisan. Tidak ada cara lain kecuali dia melukai dirinya sendiri untuk melampiaskan rasa sesak yang sedikit demi sedikit mulai menggerogoti hatinya.
Sejak kecil Baskara lah yang lebih cenderung menjadi anak yang tidak suka menceritakan tentang semua hal yang ia rasakan. Baskara kecil lebih suka menyembunyikan tentang apapun itu dan lebih suka mencari sesuatu sendiri tanpa harus melibatkan kedua orang tuanya, selagi dia bisa dan mampu.
Berbanding balik dengan putra pertama mereka yang cenderung manja dan sangat bersemangat untuk menceritakan tentang berbagai hal pada Aden maupun Bunga. Semua yang ia inginkan akan selalu ia bicarakan dengan mereka berdua tanpa harus menyembunyikan tentang apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARAURA
Teen FictionBaskara Alfin Millanio, ketua Ghefaros dari keturunan darah Millanio yang saat ini masih aktif menjadi pemimpin Mafia di Amerika. Anak kedua, dari dua bersaudara itu lebih cenderung memiliki kepribadian tertutup dan telah mencintai seorang gadis be...